Unduh Aplikasi
3.41% Rahim Pengganti / Chapter 7: Pertemuan Keluarga

Bab 7: Pertemuan Keluarga

"Maaf Mbak atas nama siapa?" tanya seorang pelayan tersebut.

"Carissa," jawabnya sedikit ragu, karena jujur Carissa tidak tahu apakah benar atau salah.

"Baik silakan saya antar." Carissa hanya mengikuti pelayan tersebut mengajak nya ketempat yang sudah disiapkan.

Sampailah Carissa di ruangan tersebut, dan saat masuk pemandangan pertama yang Carissa lihat ada dua orang wanita ya saat di rumah sakit bertemu dengan nya.

"Sudah datang Nak? Masuk Mama sudah menunggu kamu," ucap wanita itu.

Carissa syok akan hal yang ia lihat didepan matanya saat ini, melihat kedua orang tersebut tersenyum membuat Carissa semakin tidak enak. Sepertinya dirinya harus pergi, tidak mungkin mantan Boss itu mengajaknya ke sini. Ini pasti salah pikir Carissa.

Saat Carissa akan beranjak dari sana, seseorang yang sangat dia kenal baru saja datang.

"Maaf terlambat," ucapnya lalu duduk di samping Carissa. Wanita yang tadi menyambut Carissa tersenyum bahagia.

"Tidak Sayang, kan makan malamnya belum dimulai."

"Mbak namanya Carissa kan? Aku panggil Mbak Caca boleh gak?" tanya wanita satu lagi yang masih terlihat muda umurnya pasti tidak jauh dari Carissa.

"Iya boleh Mbak, terserah mbaknya aja," jawab Carissa dengan nada gugup.

"Panggil Siska aja Mbak, aku kan adiknya Mas Bian. Berarti kan adiknya Mbak juga," jelasnya. Carissa hanya tersenyum kaku, apa apaan ini dirinya tak mengerti dengan situasi seperti ini, ada apa sebenarnya yang akan terjadi.

Semua hanya ada kesunyian di diri Carissa, dia hanya diam tanpa berkata sedikit kata pun. Yang terdengar hanya candaan Siska dan Ibu serta Bian Boss nya itu. Malam ini Bian memang terlihat berbeda, entah lah tapi saat ini Carissa tidak tahu harus bersikap seperti apa dengan kondisi yang sedang terjadi.

***

Setelah selesai makan malam, Bian mengajak Carissa pergi dari tempat tersebut. Mama Bian awalnya tidak memberikan izin, tapi berkat pengertian anaknya itu akhirnya diizinkan.

Saat ini Bian dan Carissa sedang berada di balkon restoran itu, sudah hampir 10 menit mereka berdua di sana tapi tidak ada perbincangan serius.

"Saya tahu perjanjian apa yang kamu dan Della buat," ucap Bian. Carissa yang fokus ke depan menoleh kearah Bian.

Ternyata keduanya saling menatap satu dengan lainnya, Carissa tidak tahu dengan arti tatapan yang diberikan Bian kepadanya.

"Ayo kita mulai permainan ini," ucapnya lagi. Carissa tidak mengerti dengan maksud yang baru saja Bian katakan permainan apa. Apa maksud dari semua yang laki laki itu katakan.

"Kamu pasti bingung kan, jadi seperti ini. Kamu boleh menerima surat perjanjian yang diberikan oleh Della. Kita lakukan semua yang ada di sana, saya akan menikahi kamu demi seorang anak." Bian menjeda ucapannya dan terdengar helaan napas yang panjang.

"Lebih tepatnya saya melakukan ini semua bukan karena permintaan Della, tapi demi kesehatan Mama saya. Saya ini di detik detik terakhir nya, dia sudah bisa merasakan hadirnya seorang cucu. Bukan saya ingin melangkahi takdir tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi sebelumnya," ucap Bian.

"Kamu tenang saja, bukan hanya Della yang akan menjamin kelangsungan semua orang yang ada di panti asuhan. Tapi juga saya, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya kepada mereka."

Carissa hanya bisa diam, tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan yang saat ini Carissa tahu hanya bisa mendengar kan semuanya.

"Carissa saya minta kepada kamu untuk menerima permintaan Mama saya, hanya kamu orangnya."

"Kenapa kalian berdua tidak melakukan program," tanya Carissa. Entah apa yang saat ini di pikirkan oleh Carissa sehingga perkataan ini bisa keluar dari mulutnya.

"Kalau kamu tahu semuanya sudah saya lakukan tapi sepertinya Della memang tidak bisa memberikan saya anak. Saya juga tidak bisa menceraikannya, karena dia adalah orang yang sangat saya cintai," ucap Bian. Laki laki itu tanpa tahu jika ada hati yang sakit mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan.

Carissa hanya bisa menghela napasnya panjang, lalu menatap kearah depan. Memejamkan matanya, pilihan yang sulit tali semua akan dirinya lakukan demi anak anak panti.

"Saya bersedia," ucap Carissa. Bian yang mendengar ucapan itu langsung menoleh kearah Carissa senyum yang tak pernah Carissa lihat, saat ini sedang terbit di bibir Bian.

Laki laki itu tersenyum, membuat sudut hati Carissa bergetar. Wanita itu tidak tahu apa yang saat ini terjadi dengan dirinya, hanya dengan melihat senyum itu Carissa sudah tidak nyaman.

***

Setelah perbincangan singkat itu, Bian langsung memberitahukan hal itu kepada sang Mama. Terlihat jelas di sana Mama Ian sangat bahagia mengetahui hal tersebut, wanita paruh baya itu memeluk erat Carissa.

Tak lama mereka pun beranjak untuk pulang, Siska dan Mama Bian sudah lebih dulu pergi dari tempat itu. Lalu Bian mengusulkan untuk mengantar Carissa tapi wanita itu menolak. .

"Biar saya antar," ujarnya.

"Tidak usah Pak saya bisa pulang sendiri."

Carissa menolak dengan lembut, bukan karena apa dirinya hanya ingin membuat jantungnya stabil saja. Berdekatan dengan Bian membuat pacuan jantung Carissa tidak menentu.

"Tidak ada penolakan." Jawab Bian, keduanya lun berjalan menuju tempat parkir, Carissa hanya bisa pasrah mau bagaimana lagi dia akhirnya menurut.

Selama diperjalanan tidak ada pembicaraan diantara mereka, mobil itu hanya dihiasi dengan lagu "Kasih Putih"

Carissa sangat ingat betul, ini merupakan lagu favorit Bian dari SMA. Dengan nada yang nyaris tak terdengar, Carissa ikut bernyanyi bersenandung ria.

Terdalam yang pernah kurasa

Hasratku hanyalah untukmu

Terukir manis dalam relungku

Jiwamu jiwaku menyatu

Biarkanlah kurasakan

Hangatnya sentuhan kasihmu

Bawa daku penuhiku

Berilah diriku kasih putih

Di hatiku (kudatang padamu kekasihku)

Kucurahkan isi jiwaku

Hanyutkan daku dalam air hidup

Kau bawa selamanya diriku

Biarkanlah kurasakan

Hangatnya sentuhan kasihmu

Bawa daku penuhiku

Berilah diriku kasih putih

Di hatiku (bawa daku kekasihku taburiku dengan cinta oh)

Biarkanlah kurasakan

Hangatnya sentuhan kasihmu

Bawa daku penuhiku

Berilah diriku kasihmu

Biarkanlah kurasakan

Hangatnya sentuhan kasihmu

Bawa daku penuhiku

Berilah diriku kasihmu

***

Hingga lagu itu berakhir tepat Carissa sampai di depan rumahnya. Bian segera mematikan mesin mobil tersebut, lalu Carissa mulai beranjak dari sana. Tapi ketika Carissa akan membuka pintu mobil, lengannya di tahan oleh Bian.

Carissa menoleh kearah Bian, laki laki hanya menatap kearahnya tanpa berkata sedikit pun.

"Ada apa Pak?" tanya Carissa.

"Mulai besok kamu kembali bekerja sebagai sekretaris saya," ucap Bian dengan nada dinginnya.

"Terima kasih."

Carissa pun segera turun dari mobil tersebut, saat ini jantung Carissa seolah akan loncat. Sentuhan tangan yang diberikan Bian tadi mampu membuatnya seperti tersengat aliran listrik. Carissa tidak tahu jika hal yang sama juga di rasakan oleh Bian.

Laki laki itu menghembuskan nafasnya berulang kali, menetralkan detak jantungnya. Bian bingung dengan perasaan apa yang saat ini sedang ia alami.

##

Hallo bagaiman dengan chapter ini semoga masih suka ya. Selamat membaca. Love you so much


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C7
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk