Unduh Aplikasi
90.9% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 20: TEMANI AKU MALAM INI

Bab 20: TEMANI AKU MALAM INI

Galang memeluk Jovanka dengan erat. Entah apa yang merasukinya, Galang merasa sangat ingin memiliki Jovanka melebihi apapun saat ini. Sosok Jovanka merupakan penggambaran dirinya sendiri. Dia merasa sangat bisa memahami dan dipahami jika sedang bersama gadis itu.

"Kamu mau menjadikan aku desert?" tanya Jovanka datar sambil menatap kesal ke arah Galang. Lelaki itu tertawa mendengarnya.

"Ide yang bagus. Kenapa tidak dicoba saja?" jawab Galang sambil menatap Jovanka dengan penuh gairah.

"Seperti itu tatapanmu saat hendak menyantap desert?" tanya Jovanka lagi dengan pandangan meremehkan. Gadis cantik itu segera mengurai pelukan Galang dan berjalan keluar kamar.

"Ah, ini sih balkon luar saja," gumam Jovanka yang cukup kagum dengan keindahan interior dan eksterior yang didesain di hotel itu.

"Rooftopnya bukan di sini, Jova," bisik Galang sambil memeluk Jovanka dari belakang.

"Hm, aku tahu," gumam Jovanka sok tahu. Ada kenyamanan yang dia rasakan saat dirinya berada dalam rengkuhan tubuh kekar lelaki itu.

Galang menggandeng Jovanka ke sisi lain balkon. Ada sebuah tangga kecil di sana. Mereka pun menaiki tangga itu. Jovanka merasakan hembusan angin yang cukup kencang.

"Wow, rooftop!" desisnya senang. Kamar itu mempunyai rooftop sendiri. Persis seperti yang dikatakan Galang tadi. Jovanka tersenyum senang. Ada sebuah sofa malas yang cukup besar dan satu set kursi. Beraneka bunga tampak menghiasi kanan dan kiri rooftop itu. Jovanka melangkahkan kakinya lebih jauh. Sebuah sekat kaca yang tebal menjadi pagar pembatas rooftop itu sehingga mereka tetap bisa menyaksikan keramaian lalu lintas di bawah sana dengan jelas.

"Wah, bagus sekali," gumam Jovanka.

"Kemarilah, Jova. Kita nikmati dulu desertnya," ajak Galang. Jovanka menoleh dan melangkah menghampiri Galang. Sebuah desert yang cukup menggugah selera tampak tertata rapi di meja. Jovanka duduk di depan Galang dan mulai menikmati desert itu hingga habis tak tersisa.

"Kamu menikmatinya?" tanya Galang. Jovanka menganggukkan kepalanya. Galang tersenyum melihatnya. Netranya tak henti-henti menatap Jovanka seakan menantikan sesuatu yang akan terjadi dari diri gadis itu.

Jovanka tiba-tiba merasa panas mendera tubuhnya. Begitu panas sehingga membuatnya ingin menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Galang pura-pura tak melihat apa yang terjadi. Dia tetap saja menikmati desertnya dengan perlahan-lahan.

Sementara Jovanka yang kepanasan juga mulai merasa ada yang menggelitik di bagian tubuh bawahnya sana. Sebuah rasa yang menggebu untuk segera tersalurkan. Netranya menatap Galang dengan marah.

"Ini pasti ulah laki-laki keparat itu," gumamnya dalam hati. Galang menatapnya dengan sebuah senyum kemenangan.

"Kamu pasti akan menyembah memintaku untuk menjamahmu, Jova," batin Galang dalam hati. Dia mulai membuka jas dan meletakannya di sandaran kursi. Galang berdiri dan mulai membuka kancing kemejanya. Dia membalikkan tubuhnya menghadap Jovanka yang dengan sekuat tenaga menahan hasrat yang sudah sangat membuncah di bawah sana.

"Ada apa denganmu, Jova?" tanya Galang sambil berjalan menghampiri gadis itu.

"Kamu yang menginginkannya, Galang. Maka kamu akan mendapatkannya," jawab Jovanka sambil berdiri dan menerkam tubuh Galang. Jovanka sudah tak peduli lagi. Hasrat yang sudah tersulut harus segera dituntaskan.

Galang yang tak menyangka dengan tindakan Jovanka pun dibuat sangat terkejut. Namun, sebuah senyum penuh kenikmatan kemudian terus terlihat di bibirnya. Galang menemukan lawan yang seimbang. Jovanka yang sangat teratur melakukan latihan beladiri itu mempunyai tenaga dan bentuk badan yang sangat istimewa.

Berbagai posisi mereka lakukan. Jovanka pun merasa sangat menikmatinya. Galang yang terlihat dingin dan arogan ternyata mempunyai sisi lembut dalam bercinta. Galang sendiri juga heran karena selama ini dirinya tak pernah lebih dari lima menit mengurung seorang wanita. Tetapi justru hanya dengan Jovanka dia ingin mengurung diri selama dia bisa.

Permainan itu berakhir di sofa malas. Galang yang kelelahan tertidur sambil memeluk tubuh mulus Jovanka. Mereka saling meringkuk di sofa itu hingga akhirnya Jovanka mendahului untuk turun.

"Kita akan masuk angin jika terus berada di sini," ujarnya sambil memungguti pakaian yang tersebar di lantai. Galang tersenyum dan ikut bangun. Bibirnya menyunggingkan senyum saat melihat tubuh indah Jovanka melenggang meninggalkannya dan turun ke kamar. Dia pun segera menyusulnya.

"Aku nggak mau kehilangan dia lagi seperti dulu," gumam Galang sambil bergegas turun. Agak kebingungan dia mencari Jovanka yang ternyata masih membersihkan dirinya di dalam toilet.

"Aku harus segera pulang," gumam Jovanka sambil memperbaiki riasannya.

"Kamu mau kemana?" tanya Galang yang tiba-tiba telah bersandar di pintu toilet. Jovanka melirik sekilas kemudian kembali melanjutkan kesibukannya memperbaiki riasan.

"Pulang," jawabnya sambil mengecap bibirnya untuk meratakan lipstik.

"No. Kamu temani aku malam ini," tolak Galang sambil menatap lekat tubuh Jovanka yang sudah berpakaian itu.

"Tidak bisa," kata Jovanka datar. Dia menoleh ke arah Galang.

"Aku harus pulang," lanjutnya tanpa bisa ditawar.

"Aku akan kembali kemari besok, tetapi aku harus pulang," katanya menegaskan.

"Kenapa kamu harus pulang?" tanya Galang penasaran.

"Apakah ada yang harus kamu urus?" tanyanya lagi sambil berjalan mendekati Jovanka.

"Ya, begitulah," jawab Jovanka sambil memutar badannya menghadap Galang.

Galang menatap gadis keras kepala itu dengan kesal. Percuma saja dia menyewa tempat ini jika harus menidurinya sendirian tanpa teman kencan. Galang mendengus kesal sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku antar kamu, urus yang perlu kamu urus dan kita kembali lagi ke sini," kata Galang yang justru membuat Jovanka kalang kabut.

"Ka-kamu mau nganterin ke rumahku?" tanya Jovanka tergagap. Sebuah tanggapan dari Galang yang tak diinginkannya.

"Ya. Kenapa? Kamu keberatan?" tanya Galang heran.

"Tentu saja," jawab Jovanka dengan cepat. Galang menatapnya curiga.

"Aku tidak biasa membawa orang asing ke rumah," kata Jovanka.

"Juga rumahku tak seindah rumahmu. Nggak pantas kamu datangi," lanjutnya sambil menatap Galang dengan kesal.

"Terserah, tetapi aku mau kamu nanti kembali ke sini. Atau kamu akan melihatku datang ke rumahmu," ancam Galang.

"Dasar keras kepala," desis Jovanka kesal. Dia pun segera menghubungi Lavender. Tersambung.

"Malam Om. Bisa minta tolong?" pinta Jovanka lirih. Galang memperhatikan apa yang dikatakan Jovanka dengan seksama.

["Minta tolong apa, sih, Cin?"] tanya Lavender setengah berteriak. Rupanya dia sedang berada di sebuah diskotek. Musik keras terdengar di telinga Jovanka.

"Om keluar dulu dari sana," pinta Jovanka setengah berteriak.

["Oke. Sudah. Gimana?"] tanya Lavender yang terpaksa harus keluar dari ruangan gemerlap itu.

"Bisa tolong bawakan Oyen makanan?" tanya Jovanka lirih sambil melirik ke arah Galang yang menatapnya curiga.

"Oyen?" tanya Galang heran.

"Siapa Oyen. Anaknya? Adiknya? Pacarnya?" batin Galang penasaran.

"Aku lupa belum mempersiapkan apa-apa untuk Oyen. Kasihan dia, Om. Aku mungkin nggak bisa pulang malam ini," kata Jovanka sambil menatap kesal ke arah Galang.

["Kamu dimana?"] tanya Lavender heran.

"Aku bersama si Tuan Muda," jawab Jovanka yang cukup membuat Lavender tertawa senang di seberang sana.

{"Oke. Baiklah. Demi kamu aku rela tinggalkan party yang mulai memanas ini,"] kata Lavender akhirnya. Jovanka tersenyum dan segera mengakhiri panggilan itu.

Jovanka mengangguk ke arah Galang dan berjalan keluar dari toilet. Namun Galang tak juga beranjak dari tempatnya, jadi Jovanka terpaksa berhenti di depan lelaki itu.

"Aku sudah menuruti kemauanmu. Bisa geser? Aku mau lewat," pinta Jovanka. Galang tersenyum dan memberi sebuah pertanyaan yang membuat Jovanka mengerutkan keningnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C20
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk