Unduh Aplikasi
3.45% Putri Lycan / Chapter 11: Melawan

Bab 11: Melawan

Keributan kembali terjadi, itu semua karena gadis berambut pirang yang mengadu pada Luna. Luna Berdine adalah pemimpin para Omega dan dialah yang akan mengurus hal-hal yang Omega lakukan di asrama ini. Tapi kedatangan Caroline dengan teman sekamarnya jelas adalah hal yang sangat kekanak-kanakan.

Tapi semua itu bukan karena Caroline melainkan karena gadis berambut pirang itu. Ucapan yang mengatakan bahwa dia menyuruh Caroline keluar dari kamarnya, akhirnya menjadi masalah yang harus Luna Berdine itu urus. Terlihat jelas gadis pirang itu yang menempel pada sang Luna dengan sikap imutnya.

Tentu saja Caroline menatap jijik akan sikap imut gadis cerewet itu. Dia bahkan tidak paham jelas alasan gadis cerewet itu yang membuat masalah kecil menjadi sangat besar sekarang. Tentu saja Caroline tidak peduli dan hanya berdiri tenang memainkan jari mungilnya yang menurutnya lebih menarik sekarang.

"Tenanglah Sena" ucap sang Luna menyuruh gadis berambut pirang yang bernama Sena itu untuk tenang.

"Bagaimana aku bisa tenang kak, dia memakai selimutku dengan seenaknya. Apalagi tubuhnya yang kotor itu menyelimuti selimutku, ah.. Ini benar-benar hal yang paling menjijikkan di dunia. Kau harus mencarikan kamar lain untuknya dan aku tidak ingin dia terlihat oleh pandanganku lagi"

Sepertinya Sena memang sangat menyukai drama, apa-apaan dengan ucapannya yang sangat tidak masuk akal. Jelas ini hal yang sangat menyusahkan melihat gadis itu selalu ingin menang sendiri. Apa susahnya, bukankah masalah ini sangat sepele.

Jika meributkan soal selimutnya yang Caroline pakai, maka dia tinggal mencucinya saja bukan dan masalah selesai. Tapi bisa-bisanya gadis tidak tau malu itu malah mengusirnya, dan Caroline jelas tau apa maksud gadis itu. Jelas Sena berniat mengusirnya.

"Sena, kau hanya perlu mencuci selimutmu bukan lalu kenapa kau ingin pisah kamar dengannya"

Sepertinya sang Luna juga kebingungan untuk menghadapi Sena tapi apa peduli Caroline dia malah menghela nafas panjang dan berniat pergi.

"Mau kemana kau! Kau harus tanggung jawab!!"

Sena berteriak menarik Caroline yang terlihat lelah dengan drama murahan seperti ini. Apakah di tempat ini tidak orang yang normal, pertama sang Alpha yang bersikap paling benar lalu sang Luna yang terlalu baik tapi bodoh. Ada juga Jennifer yang dia sendiri tidak paham dan terakhir ada Sena yang cerewet dan mendrama.

"Kau ini apa tidak cukup puas dengan aku yang mencuci selimutmu itu, kenapa kau tidak bilang saja pada kakakmu itu jika kau tidak suka punya teman sekamar" ucap Caroline membuat Sena mendengus.

Tapi apa yang di katakan Caroline jelas benar, bahkan Sena sampai malu sendiri karena Caroline mengetahui niatnya. Sang Luna terkejut dan langsung menghampiri Sena yang menunduk tidak berani menatap manik kakak kandungnya. Itu benar bahwa Sena dan sang Luna adalah adik kakak dan Caroline tentu langsung tau dari bagaimana sang Luna memperlakukan adiknya itu.

"Jadi kau tidak ingin memiliki teman sekamar?" tanya sang Luna membuat Sena menggeleng dengan cepat.

"Bukan seperti itu kak, hanya saja dia terlalu buruk untuk jadi teman sekamarku" sahut Sena mencoba menjadikan dirinya yang paling benar lagi.

Caroline menghela nafas, ternyata dia akan lama di tempat ini dan Caroline sudah cukup lelah untuk terus meladeni anak cerewet dan bodoh seperti mereka "lakukan dramamu sendiri aku lelah" ucap Caroline langsung melangkah keluar ruangan sebelum tubuhnya terjatuh.

Caroline meringis merasakan sakit di telapak tangannya yang terbentur dengan lantai. Sepertinya dia memang sedang dalam hari yang sial, sejak pagi tadi selalu saja ada masalah yang datang menghampiri dirinya. Mengingat semua kejadian hari ini saja sudah membuatnya muak, apalagi situasi sekarang.

Di hadapannya ada sang Alpha yang menatapnya tajam, tapi bukan hanya tatapan tajam saja yang Caroline lihat. Ada tatapan merendahkan yang terpancar dari manik merah sang Alpha. Dengan pasrah dia berdiri dan langsung pergi meninggalkan ruangan itu sendiri.

Tapi suara Alpha yang terdengar di telinga Caroline membuat Caroline membeku di tempatnya. Suara yang paling dia benci dan sangat dia ingin hindari.

"Apa kau tidak punya sopan santun!!"

Caroline menggenggam tangannya kuat bahkan tanpa sadar telapak tangannya kembali mengeluarkan darah. Sepertinya luka Caroline kembali terbuka dan Caroline tidak peduli. Sudah sejak lama dia selalu membenci Alpha yang tidak bisa menghargai seorang Omega.

Walau Omega itu bukan Matenya harusnya Alpha itu tau bahwa dirinya sedang dalam keadaan yang tidak baik. Oke ini memang salahnya karena bersikap tidak sopan tapi dia melakukan itu karena tatapan merendahkan dari Alpha itu sendiri. Lalu apa salahnya, apa salahnya jika dia tidak bisa berpura-pura untuk menghormati orang yang tidak menghargai dirinya.

Dia tau kalau dirinya itu menjijikkan dan cacat tapi bukan berarti dia bisa di rendahkan begitu saja. Caroline menoleh menatap manik merah menyala milik sang Alpha. Ada perasaan takut dan tertekan dalam dirinya, tapi Caroline tidak peduli dia langsung mendekati sang Alpha yang cukup tertantang sekarang.

"Hei.. Harusnya kau itu menjadi pemimpin yang baik bukan seperti seorang preman yang selalu bersikap menjadi pemimpin yang di takuti" ucap Caroline dengan tubuh bergetar.

Aura Alpha yang menguar dari tubuh Alpha di hadapannya itu cukup menganggu. Dan dia yakin bisa mati kapan saja jika Alpha itu muak dengan kelakuannya. Tapi apa peduli Caroline, dia bukan sesuatu yang berguna dan berharga.

Tangan sang Alpha langsung mencengkram leher Caroline, jelas Caroline tidak bisa bernafas dengan benar. Tapi dia tidak pernah menurunkan pandangannya untuk menatap manik sang Alpha. Kali ini saja dia ingin menunjukkan bahwa dirinya itu tidak akan kalah hanya karena tekanan dari aura dan tatapan Alpha.

"Cukup Mate..!!" teriak sang Luna mendekati mereka.

Katakan saja bahwa Caroline terlalu bodoh karena menantang seorang Alpha, tapi hanya ini yang bisa dia lakukan. Jika terus menuruti ucapan Alpha maka dirinya sama saja seperti budak. Caroline hanya berharap kali ini dia tidak mati dan dia melihat seorang pria Alpha mendekat.

Alpha itu membantunya dan Caroline tidak begitu jelas melihat wajahnya karena pandangannya yang mulai kabur. Tapi Caroline sangat berterima kasih akan bantuan Alpha itu. Tubuhnya terjatuh dengan manik yang berusaha melihat tiga orang yang saling ribut di sana.

Semuanya pria dan sang Luna terus memegangi tubuhnya yang mulai limbung. Ah.. Jika di ingat dirinya belum makan sejak pagi dan dia juga sudah banyak menggunakan kekuatannya untuk hal tidak penting seperti ini.

'Luis' entah kenapa dia malah memikirkan Luis sekarang.

Pria itu mendekat "bagaimana keadaannya" ucap pria itu sebelum semuanya gelap.


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C11
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk