Unduh Aplikasi
4% Pilot dingin jatuh cinta dengan gadis SMA? / Chapter 6: Menggigit sepatu?

Bab 6: Menggigit sepatu?

Tak lama setelah Lavender keluar, Hana masuk seraya membawa makanan. Leon tersenyum melihat pemandangan seperti itu. Iapun bangkit dari kursinya, menarik kursinya agar lebih dekat dengan Hana setelah itu Leon kembali duduk.

"Kamu membeli makanan disaat ada aku, wah apakah aku tamu yang istimewa ya sampai disuguhkan begitu banyak makanan? bahkan sampai berbox-box begitu," Leon menatap kearah lima box besar berisi makanan.

Hana menoleh kearah box makanan lalu menatap kearah Leon yang ternyata kegeeran.

"Bukan, itu mau ku sumbangkan ke panti asuhan," ketus Hana dengan wajah datarnya seperti semen. Leon diam membisu, lalu untuk menutupi malunya ia kembali menulis dan berpura-pura seperti tidak ada apa-apa.

***

Setelah cukup lama mengerjakan tugas praktek, akhirnya semuanya pun selesai. Kini tinggal melihat hasilnya.

"Akhirnya usaha kita gak sia-sia ya?" ucap Leon seraya tersenyum.

"Hmm ya. Sudah kalau begitu sekarang kamu pulang! kan sudah selesai tugasnya," Hana mengusir Leon.

"Hana, biarkan aku istirahat sejenak disini. Capek tahu nulis sebanyak itu," ucap Leon memohon pada Hana agar diberi waktu untuk beristirahat sejenak.

"Tidak! sekarang kamu pulang! aku masih banyak urusan tahu gak?!" Hana menarik Leon keluar dari kamarnya.

"Hana jangan begitu dong, aku capek loh sekarang. Pliss sebentar saja," Leon memohon. Akhirnya Hana pun memberikan kesempatan.

"Ya sudah tapi lima menit saja setelah itu kamu pulang! gak ada alasan lagi!" tegas Hana. Leon mengangguk pelan.

Hana melangkahkan kakinya mendekati ranjangnya lalu ia duduk diatas ranjangnya. Setelah itu Hana mengambil ponselnya. Ia mengechat Renata terlebih dahulu baru setelah itu ia menulis.

Leon menatap Hana yang tampaknya kelelahan namun Hana berusaha mengatasi semuanya sampai selesai meski lelah.

"Kasihan Hana, seharusnya masa SMA kan masa dimana menikmati kebahagiaan. Tapi dia justru sibuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Apa kubantu saja ya?" batin Leon.

"Hana, ada yang ingin ku tanyakan boleh?" tanya Leon.

"Gak boleh, aku sibuk!" ketus Hana seraya mengetik di ponselnya.

"Hmm kalau besok? apakah boleh aku bertanya?" tanya Leon lagi tetapi jawabannya Hana tetap saja sama yakni "Tidak". Leon yang kesal akhirnya mengutarakan pendapatnya.

"Hana seharusnya kamu jangan terlalu dingin seperti ini! kalau kamu begini terus, gak akan ada yang suka sama kamu! dan kamu justru dibicarakan yang enggak-enggak!" Leon mengutarakan pendapatnya akan tetapi Hana diam, tak memperdulikannya.

Leon menghela nafas. Ia benar-benar tidak habis pikir kenapa Hana bisa sedingin ini! sekaku ini!

Lima menit kemudian...

"Hana, aku pulang ya. Sudah lima menit berlalu," ucap Leon seraya mengenakan tas ranselnya. Hana diam tak menjawab.

Leon keluar dari kamarnya Hana. Ketika melewati ruang tamu, Leon melihat disana sudah ada Lavender dan Lily. Keduanya menatap kearahnya.

"Tante, Dek, saya pamit pulang dulu ya," ucap Leon sambil membungkukkan tubuhnya. Lily mengangguk pelan.

"Hati-hati ya, Nak. Sekali lagi Tante minta maaf masalah kejadian tadi," jawab Lily yang tampaknya masih merasa bersalah.

"Iya, Tante. Tidak apa-apa, sudah saya maafkan kok," tutur Leon.

"Hmm kakak hati-hati di jalan ya!" saut Lavender dengan mata yang memandang kearah lainnya. Leon mengangguk pelan setelah itu ia membuka pintu rumah Hana lalu keluar dari sana.

Ketika berada diluar, Leon mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi salah satu supir pribadinya untuk menjemputnya yang ada, didepan rumah Hana.

Saat sedang menghubungi supir pribadinya, tiba-tiba...

"Leon!" terdengar suara seorang wanita yang memanggil namanya. Leon diam lalu ia membalikkan badannya dan menatap kearah belakangnya.

Dan yang memanggilnya adalah Hana. Hana berdiri didepan pintu rumah dengan rambut panjang yang terurai.

"Iya Hana, ada apa?" tanya Leon sambil tersenyum.

"Tidak bisakah kamu tinggal lebih lama sedikit? nanti malam saja pulangnya, hari ini aku akan masak makanan spesial untuk hari ini. Jadi, jangan pergi," ucap Hana dengan kedua pipi memerah.

"Eh apakah ini benar? atau hanya mimpi?" batin Leon.

"Kumohon," Hana memegangi tangan Leon kemudian menariknya.

Ketika sedang menarik-narik tangan Leon, kaki Hana tersandung dan ia jatuh tepat di tubuh Leon.

Kini Hana bisa merasakan perut six pack Leon. Leon diam, ia agak-agak malu disaat-saat seperti itu.

"Hmm body pria yang aku inginkan," gumam Hana.

Dan....

Byuar.....

Leon membuka kedua matanya setelah dirinya diguyur oleh Hana dengan air yang ada didalam ember.

"Woy! kenapa sepatu gw di gigit-gigit sih!? laper? atau gimana sih?" ketus Hana. Leon terdiam seribu bahasa. Lalu ia menatap kearah tangannya yang sedari tadi ternyata memegang sepatu sekolah milik Hana.

"Ih kak Leon kenapa ya? kok jorok banget sih," gumam Lavender yang mengintip.

"Nak Leon laper ya? kalau laper Tante buatin makanan ya," ucap Lily.

"Ah maaf maaf. Tadi aku berniat mau memakan roti tapi karena sedang memikirkan sesuatu jadi salah makan," jawab Leon yang sebenarnya begitu malu.

"Hmm btw, tuh supir kamu udah datang dari tadi! dia juga ngelihat kamu yang gigit-gigit sepatu ku!" singkat Hana. Leon menoleh kearah belakangnya dan ucapan nya Hana benar. Bahwa supir pribadinya sudah datang dan kini menatapnya dengan tatapan bingung.

"Ah iya supirku sudah datang. Kalau begitu aku pulang dulu, oh ya Hana. Nanti aku belikan sepatu sekolah baru yang bagus, oke?" ucap Leon seraya berlari masuk kedalam mobilnya. Setelah itu supirnya masuk kedalam mobil lalu mengendarai mobil pergi dari sana.

"Hmm adanya dia disini, sangat membuang-buang waktu," ketus Hana seraya berjalan masuk menuju.

Lima belas menit kemudian...

Didalam mobil...

Tampak Leon sedang membuka kaos berwarna putih nya. Ia mengambil jas hitamnya dan mengenakannya.

"Tuan, apakah habis ini kita langsung ke acara? apakah tuan tidak mau pulang ke rumah dulu?" tanya supir pribadi Leon.

"Tidak perlu, kita langsung ke tempat acara saja," tegas Leon seraya mengenakan dasi.

"Leon, kamu kenapa gigit sepatu wanita tadi? memang rasanya enak ya?" tanya Alcott, pengawal pribadi Leon sekaligus saudara sepupu Leon.

"Jangan bahas itu Alcott! aku juga tidak sengaja menggigit sepatu itu, niatku menggigit roti bukan sepatu," jawab Leon dengan dingin.

Leon yang sekarang tidak seperti Leon yang sebelumnya. Yang asik, konyol dan gemoy. Leon yang sekarang sangatlah dingin, angkuh dan juga sombong.

"Hmm oh ya Leon, tadi ada salah satu fans kamu yang mengantarkan coklat. Dia cantik dan seksi. Ini coklatnya," ucap Alcott seraya memberikan coklat.

Leon mengambilnya, lalu ia membuka kaca mobilnya dan membuangnya di jalan.

"Coklat murahan dari wanita murahan. Aku sangat membencinya! lain kali kalau ada yang memberikan sampah seperti tadi, bakar saja didepan orangnya langsung! sudah ku katakan berkali-kali masalah itu, apakah kamu lupa?!" ucap Leon.


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C6
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk