"Bullshit." Sela Aneth. Alex meremas kuat tangannya.
"Bullshit lo bilang? Nggak nyangka gue, lo bisa nganggep gue bicara omong kosong. But it's ok. Kayaknya udah cukup gue bicara, nggak ada yang penting dari itu. Lagian ini masalah pribadi gue."
Mendengar itu hati Aneth sakit, dia ngerasa bersalah tapi emosi menyertainya. Harusnya Cia nggak egois, pikirnya.
"Ci, please ..., jelasni ke gue. Gue pengen denger. Kalo pak Dhika alasan lo nolak gue waktu itu, gue ngerasa bangga walaupun kalah." Jelas Ricky dengan senyum tulusnya.
Cia tersenyum penuh haru sambil ngangguk, "sebelum malam itu hidup gue nggak ada yang berubah, semua sama sampe dimana pak Mahar datang sama ortunya buat ngelamar gue, baru gue tau kalo ternyata kami di jodohin sama kakek nasing-masing sedari kecil, apes banget kan hidup gue? Malam itu gue ngerasa hidup nggak sesempurna yang gue rasain selama ini." Alex cs melihat merasakam beban yang Cia rasakan tapi mereka diam aja, ingin mendengar lanjutannya.