Malam pertama tinggal di istana megah keluarga West membuat Crystal tidak bisa tidur, Crystal yang biasa tidur diatas kasur setengah keras dan angin malam yang berhasil menembus sela-sela dinding rumah sewanya justru tidak terbiasa dengan tempat tidurnya saat ini. Meskipun Crystal tidur diatas sofa bed, namun tetap saja tempat tidur itu terasa begitu mewah untuk Crystal. Belum lagi ditambah dengan aroma menyenangkan yang menyeruak di seluruh kamar tidur super besar itu, semuanya benar-benar membuat Crystal justru semakin terjaga.
Takut membuat Reagan yang sudah tertidur pulas bangun, Crystal bergerak dengan sangat hati-hati ketika bangun dari tempat tidurnya. Pun saat dia berjalan kearah meja kecil tempatnya meletakkan tas ransel kesayangannya, sebenarnya tidak ada satupun barang berharga yang tersimpan dalam tas itu. Hanya ada satu foto usang saja yang menjadi barang paling penting di dalam tas itu dan foto itu adalah foto masa kecil Crystal yang sedang berdiri bersama kedua orang tuanya saat merayakan natal bersama, dua hari sebelum malam mengerikan itu terjadi.
"Mommy," desah Crystal lirih, tangan kurusnya meraba foto cantik Paola yang sedang tersenyum lebar menatap kamera. "Maafkan anakmu yang tidak berbakti ini karena pergi tanpa berpamitan, aku harap Mommy bisa terus menjagaku dari atas sana meskipun aku sudah meninggalkan Australia."
Air mata Crystal jatuh berderai di wajahnya yang pucat, kembali berbicara dengan sang ibu melalui perantara foto masa kecilnya kembali membuka luka lama yang sudah Crystal coba kubur dalam-dalam. Semua tawa, harapan dan mimpi langsung terenggut paksa dari dalam diri Crystal sejak malam itu, malam dimana semua mimpi buruknya bermula.
Pergerakan Reagan diatas ranjang seketika membuat tubuh Crystal kaku, beberapa detik pertama Crystal bahkan sampai berhenti bernafas. Crystal takut desahan nafasnya membuat Reagan terbangun dari tidurnya. Setelah merasa yakin jika Reagan kembali tidur, Crystal pun bergegas kembali ke tempat tidurnya. Dalam gerakan cepat Crystal membungkus tubuhnya dengan selimut pemberian Reagan dan mencoba untuk tidur dengan masih membawa foto masa kecilnya yang bahagia.
***
Sama seperti hari-hari sebelumnya ketika berada di Melbourne, Reagan bangun jauh lebih cepat dari alarm yang terpasang di ponselnya. Setelah melakukan beberapa peregangan sederhana perlahan Reagan mengangkat tubuhnya dari ranjang hanya untuk menemukan Crystal yang sedang duduk diatas sofa bed dengan wajah datar.
"Fuck!"
Teriakan keras Reagan sontak mengembalikan kesadaran Crystal, Crystal yang sejak tadi melamun langsung menoleh ke arah Reagan dengan tatapan bingung.
"Apa yang kau lakukan dikamarku!" pekik Reagan dengan keras, ingatan Reagan yang belum sepenuhnya kembali membuat lelaki itu bicara tidak jelas. "Siapa yang memperbolehkan mu masuk kedalam kamarku?!"
Crystal memiringkan kepalanya, terlihat bingung. Crystal tidak mengerti kenapa tiba-tiba Reagan bicara seperti itu pada dirinya.
"Kenapa diam? Jangan bilang kau tuli atau bisu, karena aku sama sekali tidak percaya dengan hal-hal semacam itu!"
"Kau tidak punya penyakit hilang ingatan, bukan?" Crystal balik bertanya pada Reagan dengan polosnya, Crystal tidak sadar jika saat ini Reagan benar-benar sedang marah.
Reagan mengernyitkan kening, selama hampir tiga puluh tahun dirinya hidup belum pernah sekalipun Reagan bertemu dengan seorang perempuan yang berani membalik pertanyaan yang diberikannya seperti yang dilakukan oleh gadis yang sedang duduk dengan tenang di atas sofa bed kesayangannya itu.
"Shit.. bagaimana aku bisa lupa," gerutu Reagan dalam hati.
Setelah otaknya berhasil mengingat kembali potongan demi potongan kejadian yang terjadi sejak dua puluh empat jam terakhir, Reagan pun akhirnya bisa mengenali sosok gadis yang sedang duduk di hadapannya dengan mata lebarnya yang tertuju padanya. Sialan.
"Kau sakit?" tanya Crystal kembali. "Wajahmu pucat."
Reagan mendengus kesal. "Jangan bicara denganku, kau tidak lupa dengan perkataanku tadi malam, bukan?"
Crystal langsung mengunci bibirnya rapat-rapat, semua kalimat manis yang sudah dia siapkan sebelumnya untuk menyapa Reagan ketika sudah bangun dari tidurnya langsung lenyap bersama hembusan nafas kekecewaannya.
"Kau hanya istri pura-puraku, jadi jangan bertindak melebihi batas," imbuh Reagan kembali.
"Maaf."
Reagan memukul kasurnya dengan kasar, melampiaskan kekesalannya akan keberadaan Crystal di dalam kamarnya sebelum akhirnya melompat turun dari ranjang dan menghilang ke dalam kamar mandi yang satu jam lalu Crystal gunakan untuk mandi.
"It's ok..semuanya akan baik-baik saja Crys. Semuanya akan baik-baik saja." Crystal merapal mantra yang sama berkali-kali dengan kepala tertunduk.
Meskipun Reagan begitu kasar, namun Crystal tetap merasa jika bersama Reagan adalah pilihan yang tepat ketimbang harus berada di klub telanjang itu. Karena itulah Crystal berusaha mengabaikan semua sikap kasar Reagan, yang perlu Crystal lakukan saat ini adalah menjalankan perannya dengan baik sesuai keinginan Reagan dalam surat kontrak yang sudah dia tanda tangani sebelumnya.
Setelah lima menit berlalu, Reagan muncul dari kamar mandi. Lelaki muda yang memiliki tubuh sempurna itu keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sehelai handuk yang menutupi tubuh bawahnya, dia sama sekali tidak peduli dengan kepolosan Crystal yang sedang berada dalam satu ruangan dengannya.
"Segera bersiap, sepertinya kakekku sudah menunggu kita diluar. Aku lupa jika hari ini kakek ingin membawamu ke dokter pribadinya," ucap Reagan dengan keras dari dalam walk in closet.
Crystal mengangkat kepalanya secara perlahan, mengintip dengan hati-hati ke arah sumber suara. Crystal takut jika dirinya kembali harus melihat Reagan yang hanya menggunakan selembar handuk saja seperti beberapa saat yang lalu.
"Kau dengar aku, bukan?"
"I-iya, aku dengar," jawab Crystal terbata.
"Ingat yang sudah aku dan Jarvis katakan sebelumnya, bersikaplah yang baik dan jangan buat kakekku serta asistennya curiga. Jika sampai sandiwara kita terbongkar maka kau harus siap dengan semua konsekuensi yang sudah tertulis dalam surat kontrak kita," ucap Reagan kembali setengah mengancam. "Aku bahkan bisa lebih jahat dari wanita yang sudah menjebakmu itu."
Diingatkan soal Rose membuat Crystal menegakkan tubuhnya, rekaman mengenai betapa kejamnya Rose malam itu kembali berputar dalam kepala Crystal. Crystal bahkan masih bisa mengingat jelas bagaimana puasnya Rose dan lelaki gemulai itu tertawa lebar saat melihat penampilannya pasca selesai didandani oleh dua orang anak buah Rose.
Crystal menggelengkan kepalanya dengan bibir bergetar, ketakutannya pada Rose sangat nyata.
"Aku mau kau bisa berakting sebagus mungkin dihadapan kakekku dan yang lain supaya mereka yakin jika kita berdua…
"Hei, ada apa denganmu?!"
Bersambung