Unduh Aplikasi
81.25% Orang Biasa / Chapter 13: Malam Bersama

Bab 13: Malam Bersama

Huuffft, Huuuft, Huuuft.

Aku terengah-engah berbaring di lapangan pelatihan. Jika kemaren aku hanya melawan Paula dan Naula, maka hari ini Diana ikut bertempur. Pertempuran melawan Diana sangat melelahkan. Dia bertempur dengan menggunakan mantra yang dapat menyerang di kejauhan, saat kau mendekat maka dia akan menghantammu dengan alatnya yang dia temukan sendiri. Meski ahirnya aku bisa mengalahkannya di permainan mantra sih, tapi tetap itu menyusahkan.

Untuk melawan Paula, Naula dan Diana secara berurutan kau harus memiliki stamina yang gila. Mereka itu bukan orang biasa, mereka itu adalah anak yang di berkati dewi bagaimana bisa mereka biasa. Aku yang orang biasa ini bisa beruntung mengalahkan mereka bertiga. Pertama karena model pertempuran mereka yang di perbarui karena kebangkitan kedewasaan mereka, namun saat ini mereka telah mendapat kekuatan baru yang membuat mereka harus beradaptasi dengan kekuatan baru itu.

Setelah Melawan mereka bertiga aku berbaring di lantai terengah-engah mencoba mendapatkan udara untuk paru-paruku yang kehabisan udara. Setelah beberapa waktu, ahirnya nafasku kembali dan aku perlahan mulai bangkit dari lantai, aku melihat mereka bertiga masih berbaring di lantai terengah-engah karena kelelahan sama sepertiku. Aku tau mereka sedikit memaksakan diri mereka yang membuatku sedikit tersenyum.

Setelah berdiri aku pergi ke kamarku dan berencana untuk membersihkan diri setelah itu pergi untuk bersiap makan. Saat aku masuk ke dalam rumah, aku melihat ibu tengah sibuk di dapur dan memperhatikan bahwa dia sangat serius dengan pekerjaannya itu. Yah itulah ibu, dia selalu berusaha semaksimal mungkin atas setiap pekerjaan meski itu pekerjaan paling sederhana sekalipun.

"Kau selesai berlatih?" Tanya ibu saat dia menoleh ke arahku yang baru memasuki rumah dari ruang belakang.

"Yah begitulah" Jawabku dengan santai.

Setelah itu ibu kembali ke pekerjaannya dan mulai memaskan kembali.

"Baiklah, bersihkan dirimu dan kembali ke bawah. Bersiap untuk makan." Jawabnya kembali.

"Ya, buu"

Setelah itu aku naik ke atas dan mulai masuk ke kamar, saat telah sampai di kamar aku melihat Rina yang tengah menyelidiki perihal perusahaan tertentu yang mencoba bermain dengan perusahaan ibu.

"Bagaimana penyelidikannya?" Tanyaku.

'Masih dalam proses tuan, apakah ada yang lain yang perlu aku lakukan?' Tanya Rina dengan suara AI yang seperti manusia biasa, dengan emosi di suaranya.

"Ada apa dengamu?" Tanyaku menyadari ada sesuatu yang aneh dalam suara Rina.

'Maaf tuan, aku mendapatkan informasi bahwa orang itu mencoba untuk menyakiti keluarga tuan yang membuatku sangat marah dan ingin sekali meretas seluruh sistem di perusahaannya.' Jawab Rina dengan penuh kebencian.

"Ahh ayolah, santai saja. Kau hanya perlu menyelidikinya, tak perlu bertindak sendiri. Toh dia juga tak akan bisa melakukan apapun pada perusahaan ibu" Jelasku menenangkan Rina.

'Baik tuan' Jawab Rina tanpa pertanyaan. Aku tau Rina sangat menuruti segala perkataanku. Meski dia bisa melakukan sesuatu sendiri, jika aku melarangnya maka dia akan berhenti melakukan hal itu.

Setelah itu aku langsung mengambil handuk dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diriku. Aku merasa sangat kotor hari ini. Selain harus menunggu upacara di lapangan hampir sepanjang pagi, aku juga menyelamatkan wanita yang di perkosa itu, dan harus meladeni 3 orang yang tak mudah di kalahkanpun, pun harus melayani salah satu 10 perintah tuhan itu juga.

Setelah selesai membersihkan diri, aku melihat di layar komputer beberapa informasi perihal dari pemilik perusahaan yang berencana untuk melakukan sesuatu yang lucu untuk perusahaan ibu.

'Hemm, jadi ini dia?' Aku melihat seorang paruh baya yang memiliki jenggot tipis dan memiliki perawakan yang lumayan gagah, dia memiliki mata tajam dan tatapan yang menusuk membuat orang-orang yang menatapnya ingin menundukkan mata mereka.

Latar belakangnya juga sebenarnya biasa. Dia adalah seorang anak dari keluarga cabang Harimau putih yang telah di keluarkan dan karena dia adalah teman saat masa kecil ibuku jadi dia di bantu ibuku untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang tehnologi pada saat masih belum dengan ayahku dulu.

Jika aku tak salah ingat waktu itu, aku pernah mendengar ayah bergumam tentang namanya juga, kalo tidak salah.

"Sialan, Martin ini. Meski aku memiliki posisi start yang lebih buruk daripada kau, aku tak akan menyerah mendapatkan kantong uang itu" Begitu kalo tidak salah. Dan yah, Martin itu adalah orang ini.

Mungkin dia pernah menjadi saingan ayahku saat mendapatkan ibu? yah itu mungkin saja. Meski begitu, itu bukan urusanku. Urusanku saat ini adalah memberinya peringatan untuk tak main-main dengan ibuku lagi. Meski ayahku tak ada lagi, aku tak akan membiarkan seseorang menyakitinya.

'Hemmm untuk tujuan pertamaku mungkin wanita ini sepertinya' Aku melihat seorang wanita yang juga di lampirkan pada informasi Martin itu.

Setelah menyelidiki perihal wanita itu aku mengantongi identitasnya yang saat ini, yang palsu, dan yang biasa dia gunakan juga. Meski aku sedikit terkejut siapa dia sebenarnya, aku memang sudah menebak bahwa latar belakangnya tak akan biasa saja.

Setelah itu aku mendengar sebuah suara dari lantai bawah yang memanggilku untuk turun.

"Keviiin!!! Turun, ayo makan" Teriak ibu yang terdengar sampai ke lantai 2. Aku lalu mematikan komputerku dan mulai menuruni tangga untuk turun ke lantai 1. Saat aku tiba, lagi-lagi aku melihat saudara-saudaraku dan ibu sudah siap untuk makan bersama.

"Kau selalu saja telat" Keluh Paula, namun anehnya saat ini tak ada lagi kekerasan dalam suaranya. Melainkan kelembutan seorang saudara yang berkata kepada saudara aslina.

Aku merasa ada hal aneh yang terjadi, namun mengabaikannya dan hanya menuju ke kursiku untuk duduk. Namun sikapku mengabaikan Paula hari ini akan selalu menjadi kenangan yang membuatku tak dapat melupakannya.

...

Setelah selesai dengan makan kami, kami membereskan makanan bersama dan mulai bersantai di ruang keluarga. Ibu menghadap laptopnya dan mengerjakan sebuah laporan, Diana membaca buku pengetahuan dan buku tentang sihir yang selalu dia teliti. Paula dan Diana melihat acara tv tentang turnamen profesional yang akan di adakan beberapa bulan kedepan. Sedangkan aku, aku fokus pada percakapanku dengan 10 perintah tuhan karena mereka sedang menyelidiki masalah perihal perusahaan itu.

Kami sibuk masing-masing sampai ahirnya jam menunjukkan jam 9:30 malam. Saat itulah tiba-tiba Paula mendekat ke arahku dan berkata.

"Mau minum bir bersamaku?" Tanyanya ke arahku yang membuat aku sedikit terkejut.

'Sejak kapan anak ini menjadi seramah ini?'

"Ohh tentu. Sekarang?" Tanyaku memastikan.

"Tentu saja sekarang bodoh. Apa aku mengajak untuk lain waktu?" Bentaknya kesal dengan jawabanku.

"Hehe, hanya bercanda. Kita berdua saja atau dengan yang lain?" Tanyaku lagi.

"Hanya kita berdua. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Jelas Paula saat wajahnya tiba-tiba berubah merah karena darah yang di pompa berlebihan ke kepalanya.

Aku yang menyadari ada sesuatu yang aneh hanya menurutinya dan mengambil beberapa bir dari kolkas dan pergi ke kamarku.

"Aku akan pergi untuk tidur ke kamar terlebih dahulu" Kataku ke ibu yang masih fokus ke laptopnya. Sayangnya ibu seperti tak mendengarku dan masih fokus ke laptopnya. Aku melihat sedikit kekhawatiran di mata ibu dan kecemasan di wajahnya.

Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi aku hanya bisa berpura-pura bodoh dan melakukan bagianku sendiri nanti. Aku lalu pergi ke lantai 2 dengan membawa beberapa kaleng minuman beralkohol dan memasuki kamarku. Aku lalu berkata kepada Rina.

"Rina, mode sleep"

'Baik, tuan'

Setelah menonaktifkan Rina untuk sementara aku mulai mematikan lampu utama dan menyalakan lampu cadangan yang mana kecerahannya tak secerah lampu utama. Lampu cadangan memiliki warna cahaya biru dan sedikit redup membuat suasana ruangan menjadi tenang.

Setelah aku menghidupan lampu tiba-tiba pintu kamar berbunyi dan ada seseorang yang mengetuknya.

tok, tok, tok.

Aku tau siapa itu dan langsung mempersilahkannya masuk. "Masuklah" Kataku sembari membuka pintu. Dan tentu saja Paula masuk dengan perlahan sembari memegang ujung pakaiannya.

Setelah Paula masuk aku menjulurkan kepalaku untuk melihat sekeliling lantai dua yang mana itu tidak ada siapa-siapa yang melihat Paula masuk. Setelah memastikan hal itu aman, aku lalu menutup pintu dan menghampiri Paula yang sudah mengambil sebuah meja lipat dari belakang tempat tidurku dan menyiapkannya di tengah ruangan. Dia juga mengambil bantal yang biasa aku pakai untuk alas kepala ketika aku tidur dan memeluknya sembari menunggu aku kembali.

Saat aku kembali semua sudah siap dan aku melihat Paula yang tengah duduk dengan bantal di pelukannya menunggu untuk aku bergabung dengannya.

Aku dengan santai berjalan ke arahnya dan duduk di depan Paula saat aku membuka kaleng bir pertama kami di malam ini.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C13
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk