Unduh Aplikasi
11.91% ONLY LIFE ONCE / Chapter 28: BAB 28 Tantangan Untuk Lusi

Bab 28: BAB 28 Tantangan Untuk Lusi

Hari ini benar-benar kacau, ada dua perempuan selama ini aku sukai. Hanya saja perlu waktu untuk mengutarakan perasaanku, sebelum itu harus punya penilaian dari seseorang sudah aku anggap seperti Ibu kandung.

Perlu sadari juga selama berada di sisinya aku merasa nyaman banget, seperti kembali ke zaman dulu selalu berkumpul bersama. Kali ini sangatlah berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya, biasanya sih aku suka kumpul bersama teman-teman di basecamp.

Aku pun tahu semua ini hanyalah sementara, sedangkan kalau lihat seseorang di hadapanku terasa berbeda banget. Mudah-mudahan aku menerima dengan ikhlas kenyataan memang seperti ini. Merindukan kepada seseorang yang sudah tiada di bumi terasa berat.

Padahal ingin deh bertemu kembali sama mereka di surga. Begitu berat lihat seseorang sedang bersama orang tuanya, membuatku makin iri kepadanya. Termasuk orang tua Lusi maupun Rita benar-benar akrab banget, malah sampai-sampai membeli sesuatu untuk beri kejutan.

Aku sama sekali belum pernah merasakan bahagia seperti kalian, untuk itu aku perlu kalian selalu berada di sisiku. Walau hanya sesaat itu semua sangatlah berarti buatku. Semenjak bergaul aku menyadari bahwasanya hidup benar-benar banyak cobaan yang perlu di hadapi, tak perlu harus dilakukan secara emosi. Tapi dengan cara berdamai.

Apapun permasalahan harus kita hadapi bersama, jangan pernah menghindar dari orang tersebut. Suatu saat, masalah tidak akan selesai. Berhubung sekarang berada di toko buku bersama Lusi sedang baca dengan serius, membuatku bingung menjelaskan kepada Rita.

Punya dua sosok perempuan yang saat ini, berada di sini. Walaupun berjauhan bukan berarti mereka tidak akan pernah ketemu, salah satu dari mereka akan saling bertatapan dengan sedikit kebingungan.

Aku perlu mencari cara supaya mereka tidak saling bertatapan, takut terjadi keributan. Sedangkan WhatsApp Firdaus sama sekali belum di balas. Untuk itu aku harus menyelesaikan dengan sendiri tanpa bantuan orang lain. Hanya saja kali ini aku benar-benar buntu?

Tak ada ide sama sekali, yang ada dalam pikiranku terlintas ada dua sosok pasangan sedang bulan muda di kota Manchester, Inggris. Bersama Lusi melihat pemandangan stadion Old Traffod, sedangkan Rita sedang lihat pemandangan kota Mesir.

Kedua sosok ini membuatku terkagum-kagum, padahal ilusi doang. Namun, aku harus bisa memilih siapa yang pantas berada di sisiku? Apakah Rita? Mungkin saja Lusi Az Zahra. Maaf... ya aku lupa nama kepanjangan Rita hehehe...

Asalkan dirimu janganlah marah kepadaku. Cuma Rita doang yang mudah marah, di banding Lusi terlalu cuek. Hahaha.... kedua perempuan ini karakter sangatlah berbeda. Walau begitu bukan berarti harus pilih keduanya, aku tidak sanggup misalnya ada masalah jadi bingung. Mana dulu yang perlu di selesaikan?

Kejadian seperti ini sering banget, malah ada loh bertengkar di depan umum. Kenapa bertengkarnya di rumah saja? supaya enggak di lihat banyak orang. Lagian salah aku mengajak Lusi ke toko buku di Jakarta Selatan. Lebih baik di kota lain.

Supaya tidak bertemu secara bersamaan hah.... sudahlah terlanjur soalnya enggak mungkin kalau aku paksa Lusi untuk berhenti baca bukunya. Nanti malah bete bukannya semakin dekat, ini malah semakin jauh. Pendekatan terlalu cepat, kita berdua belum terlalu kenal satu sama lain.

Sedangkan Rita kan sudah saling kenal sejak dari SMA. Jadi tak perlu ada penilaian langsung saja mengutarakan saja perasaanku kepadanya, kalau di lihat-lihat nih dari ekspresi wajahnya suka sama aku. Tapi bukankah lebih baik seperti itu, percaya diri dulu sebelum di tolak cintaku heheh....

Setiap melihatnya mereka membuatku penasaran kekurangan maupun kelebihan, supaya nanti aku bisa menerima dengan lapang dada. Sebentar lagi salat maghrib apakah beritahu mereka untuk baca buku? Coba dulu deh daripada mereka tidak melaksanakan salat lima waktu.

"Permisi, Rita salat maghrib dulu yuk." ucap Frendy sambil tersenyum. Lebih baik Rita dulu tanpa sadari aku kan ke sini sama Lusi. Berarti sebentar lagi bakal kaget melihatku, "Lah kok ada Frendy di sini?" ujar Rita dengan ekspresi kaget.

Tuh kan dugaanku benar dia bakal kaget, aduh kasih alasan apa ya? tanpa menunggu lama jawab saja sama saudara. "Heh..... hmmmm.... sama saudara, kalau Rita di sini sama siapa?" tanya Frendy dengan sedikit grogi takut ketahuan.

Begitu sebaliknnya mempertanyakan kenapa Rita berada di sini? Bukannya dia sedang liburan bersama keluarganya. Berarti bohong dong selama ini, lagian aku percaya saja apa yang di bicarakan oleh Rita.

Perbandingan keduanya sangatlah berbeda, misalkan mereka di persatukan. Kemungkinan sih bakal terjadi keributan, terutama Rita emosinya belum bisa di terkontrol. Segera mungkin meminta Rita untuk meninggalkan tempat ini. Sedangkan aku tetap berada di sini menemani Lusi.

Aku tak peduli kalian mereka tidak nurut kepadaku. Setidaknya sudah berusaha memisahkan mereka dari keramaian, apapun alasannya berkaitan denganku jangan pernah ikut campur. Karena ini semua urusan aku!

Paling penting adalah bagaimana caranya supaya mereka tidak ada di tempat yang sama? Soalnya semua tempat pernah aku kunjungi bersama Lusi maupun Rita. Kecuali di kota Bandung, dan Tasikmalaya.

Mungkin saja ini adalah rencanaku ke depannya. Walaupun ragu bukan berarti harus pesimis, di karena ini demi mereka juga supaya enggak saling bertemu. Kemungkinan juga semua ini akan terbongkar dengan sendirinya.

Tanpa harus menjelaskan secara detail sama mereka. Setiap orang pasti mempunyai kebohongan tersimpan rapat, tapi Allah mengetahui semuanya. Aku pun menyadari hal tersebut, untuk itu aku mohon jangan terpancing karena omongan banyak pihak.

Setelah selesai membujuk Rita untuk meninggalkan tempat ini, waktunya menghampiri Lusi sedang baca buku Sastra Indonesia. Tumben dia baca berkaitan dengan Sastra, biasanya suka banget baca novel. Sepertinya dia ingin Kuliah lagi.

Tuh kan hampir lupa sebelum ke sini aku ingin tanya perihal masalah dia kenapa bisa lupa sih? Waduh sepertinya aku kurang minum air putih. Haha... kalau seperti ini terus mungkin saja di cuekin seharian.

Bisa jadi sih soalnya di lihat banyak orang, "Ini orang kenapa sih dari tadi diam saja di samping perempuannya, setidaknya baca buku kek supaya tidak seperti bodyguard." sampai kedengaran di telingaku berbicara seperti itu.

Mungkin saja iri kepadaku hahahaha.... masa kalian tuh wajah sudah tampan, tapi belum punya pasangan hidup. Biarkan saja aku berbicara seperti itu, supaya tahu rasa. Masih perlu aku lebih lengkap, dan padat. "Hey, kalian apa perlu menjelaskan buat apa punya wajah tampan. Tapi.... enggak punya kekasih hahahaha....." ucap dalam hatiku.

Walaupun bicaranya melalui hati. Tapi kok kalimatnya sombong sekali, untungnya enggak di keluarin dari mulutku. Bisa berabeh nanti ada keributan di sini, ya sudah deh baca buku komik Naruto edisi terbaru. Supaya tidak bosan berada di sini mengikuti jejak Lusi.

Tanpa aku sadari ternyata Lusi melihatku dengan ekspresi terheran-heran, "Kamu kok baca buku komi sih?" entah mengapa baru kali ini dia bilang kepadaku dengan sebutan aku kamu? Biasanya kan loe, gue.

Entah siapa yang merasuki ke dalam tubuhmu? Pastinya aku benar-benar bahagia selepas kamu bilang seperti itu. Berarti aku mempunyai kesempatan untuk mendekati dirimu, unuk mengenal lebih jauh lagi. Walaupun terasa aneh, tapi dalam benakku merasa bahagia sekali.

"Enggak apa-apa pengen baca saja, memang kenapa Lusi?" tanya Frendy dengan berikan pertanyaan tersebut sambil tersenyum. Wajar saja sih soalnya selama hidup di dunia, aku belum sekali pun mengatur hidupku. Jika nanti dirinya bisa menjalani kehidupan ini ke arah lebih baik dari sebelumnya.

Kemungkinan sih bakal menuruti perintah calon pujaan hati, walau terasa berat untuk meninggalkan kebiasaan yang dulu. Insya Allah kalau memang Lusi adalah jodohku dekatilah kepadaku, bukan jodohku jangan menjauhi dariku tapi tolohlah membimbingku ke arah yang lebih baik.

Karena kamulah seorang perempuan lulusan Pesantren di Bogor. Walaupun agak bagaimana menanggapi perihal ini? Kalau kata orang-orang sih seharusnya yang harus membimbingku tuh aku sendiri. ini mah terbalik hahahaha....

Namanya juga belajar yah harus dari awal, masa yah langsung ke inti permasalahan. Terkadang susah juga kalau misalkan, salah satu dari kita tak ada saling mengerti satu sama lain. Termasuk hari ini dari sampai ke sini, dan mau pulang sama sekali tidak ada pembincaraan antara aku dengannya.

Otomatis belum terlalu yakin bakal bisa meluluhkan hatinya, sedangkan sama Firdaus akrab sekali. Bagaikan seperti teman masa kecil yang jarang berjumpa dengannya. Pada waktu itu sih, kalau enggak salah aku pernah cemburu. Walau agak aneh saja padahal belum saling kenal.

Sudah ada kecemburuan antara aku sama Firdaus. Bukan berarti harus musuhan, itu mah pikiran yang ingin merusak hubungan pertemanan. Soalnya pernah kejadian di masa lampau, walaupun agak ribet sih menyelesaikan masalahnya.

Cuma gara-gara pinjam pulpen doang heh.... malah berantem jadinya mereka di panggil ke ruang BP. Kan aneh sekali hidup di dunia. Alhamdulillah sekali kita berdua tidak mengalami ha yang sama seperti mereka, perlu ketahui aku sama Firdaus sudah melengkat seperti adik kakak.

Hanya saja beda orang tuanya. Dia adalah sosok lelaki bijaksana menanggapi permasalahan dengan kepala dingin, ada permasalahan sedang di hadapi tidak pernah minta bantuan ke orang lain. Tapi di selesaikan dengan sendiri.

Itulah mengapa sekarang aku condong mengikuti kebiasaan Firdaus. Walaupun kebiasaan burukku masih tersimpan dalam diriku. "Hmmm.... begini ya Frendy Nugraha paling ganteng, seharusnya kamu tuh baca seperti ini. Supaya apa? Supaya ilmu pengetahuan makin bertambah. Jangan baca buku komik dong malu di lihat pengunjung di sini,"

Waduh tuh kan benar dugaanku pasti harus nurut sama calon pujaan hati, bisa bahaya nanti kalau baca buku komik. Seenggaknya ada sedikit mengerti mengerti kenapa baca komik Naruto edisi terbaru? Baru rilis tahun ini.

Seperti ini aku rela berkorban demi calon pujaan hatiku. Kadang terasa berat untuk menyampaikan perasaanku kepadanya, setelah melihat paras wajahnya bagaikan bidadari pertemukan di kota Bogor bersama sahabatku.

Seharusnya aku tuh harus bisa menahan diri bertatapan dengannya, asalkan jangan pernah menyentuh seluruh badannya kenapa? Karena belum muhrim. Pasti kalian juga tahu mengenai ini, "Ouh.... oke aku ganti baca bukunya!" hmmm..... baru kali ini aku langsung nurut.

Setelah berbincang cukup panjang mengenai harus pindah tempat, membuat dia bertanya-tanya kepadaku. "Kenapa harus pindah sih?" tanya Lusi dengan ekspresi bete. Sepertinya dirinya sudah menyukai tempat ini, "Karena sudah tidak nyaman berada di sini," ucap Frendy.

Haruskah memaksa dirinya supaya nurut kepadaku? Hal-hal seperti ini membuatku bingung seketika. Padahal sosok perempuan benar-benar cuek, ternyata susah juga membujuknya. Sampai-sampai berpikir cukup panjang.

"ihhhhhh..... aneh padahal kamu sendiri ngajak ke sini kenapa sekarang enggak nyaman? Memang ada apa sih? Jawab Frendy! Jangan membuatku bete." tanya Lusi masih dengan ekspresi bete. Tuh kan jadinya bete Lusinya.

Aku enggak bisa memastikan persoalan ini akan berakhir tanggal berapa? Harusnya makin dekat ini malah makin jauh. Berasa sudah pacaran padahal mah belum, masih sebatas teman. Tapi entah mengapa aku belum yakin akan sesuai dengan rencanaku? Termasuk persaingan antara aku dengan Firdaus untuk meluluhkan hatinya.

Setidaknya aku perlu beberapa hari untuk menyakinkan perasaanku. Entah sampai kapan? Kembali ke kota Jakarta. Untuk saat ini, aku perlu menyendiri tanpa gangguan orang lain termasuk Rita maupun Lusi.

Sekarang sudah pukul 18.00 malam sepertinya aku tak perlu di jawab pertanyaan dari Lusi. Takutnya salah tangkap mengenai aku kurang nyaman berada di tempat ini, tunggu waktu yang tepat untuk menjelaskannya.

"Lusi sekarang pulang yuk sudah malam, takut orang tuamu khawatir." ucap Frendy sambil pegang tangan kanan untuk pergi dari tempat ini. Namun, dia menahan tanganku. "Frendy belum di jawab pertanyaanku? Kenapa sekarang menyuruhku untuk pulang? Jelasin dulu!" tanya Lusi dengan wajahnya sangatlah marah kepadaku.

Aku sama sekali tidak ada niatan membuatnya marah, padahal niat sebenarnya ingin menghindar dari Rita. Kenapa sekarang jadi begini? Selepas lihat kiri kanan banyak sekali orang-orang melihatku sedang berdebat. Termasuk Rita dengan ekspresi kecewa, dan menahan air matanya.

Aku enggak tega lihatnya. Terutama kalau sudah mengeluarkan air mata semakin tidak tega, berulang kali melakukan seperti ini menyakiti seoerang perempuan. Cuma gara-gara menghindar dari Rita maupun Lusi, padahal Rita ada di sini. Kirain sudah meninggalkan tempat ini, pada saat itu aku sama sekali tak sanggup berikan jawaban yang pasti.

Memberikan kepastian kepada kedua perempuan ini, tapi apakah mereka akan menerima dengan lapang dada. Kalau misalkan salah satu dari kalian ternyata banyak sekali kenangan bersamaku, walaupun paling sering Rita.

Sudah sekian lama tak berjumpa dengannya, Allah mempertemukan kembali di salah satu perusahaan tersukses di Jakarta. Hah.... entah mengapa hari ini sering banget mengingat masa lalu? Padahal selama ini aku sudah berusaha melupakannya.

Ternyata semua itu hanya mampu, kalau ada orang spesial yang selalu berada di sampingku. Ya sudahlah mungkin saja, mungkin saja merindukan suasana masa laluku. Ada beberapa hal yang perlu di perbaiki, hingga akhirnya perbaiki tersebut sudah tidak berguna lagi.

Untuk minta maaf kedua orang tuaku yang sudah wafat, sebelum aku bertobat. Dalam diriku menyesal banget belum mampu membahagiakannya. "Kejadian seperti ini jangan pernah terulang kembali pada saat aku sudah menikah!"

Beberapa hal perlu aku jelaskan mengenai berbuat seperti ini, "Oke, oke, oke nanti aku jelasin tapi jangan di sini ya." pada akhirnya dia percaya bahwa aku menjelaskan semuanya. Setelah meninggalkan toko buku, aku berusaha sebisa mungkin tidak ketahuan sama Rita.

Walaupun aku menyadari bahwasanya di sini ada Rita. Kalau misalkan kedua tahu bahwa dalam hatiku terdapat dua nama Rita sama Lusi. Apakah mereka bisa menerima cinta dari seorang lelaki dulunya pernah di penjara? Atau akan meninggalkanku dengan kondisi sedang sayang-sayangnya.

Menerima cinta dari seorang perempuan dengan keikhlasan walau keadaan sedang sakit. Apakah masih ada perempuan seperti itu? tak pungkiri juga aku benar-benar tulus mencintai kedua perempuan ini.

Walaupun nanti akan di pilih salah satu dari kalian, paling butuh beberapa bulan lagi untuk mengenal lebih jauh lagi. Akhirnya sampai juga di tempat favoritku mudah-mudahan saja Lusi juga suka, kalau dari lihat ekspresinya. Kemungkinan suka walau ada bete sedikit hahaha....

Tapi tetap cantik kok seperti bidadar turun dari langit untuk menemui aku di bumi. Semoga saja di maafkan kesalahan dari aku, membuatku semakin penasaran kalau dia cerita tentang masa lalunya. Biar nanti kita saling melengkapi satu sama lain.

Kadang pernah risih terhadap sosok panther yang dulu, supaya segera mungkin untuk putus sama mantan pacarku. Hingga akhirnya aku tak menjamin bahwasanya itu memang keinginan dia, supaya mendekati yang pernah aku pacari dulu.

Haha.... masa laluku penuh misteri yang pasti tak ada yang tahu kecuali Firdaus, Rita, dan Andra. Tapi suatu saat, pasti akan ceritakan semuanya kepada Lusi mengenai masa lalu yang tertunda. Berbeda kalau kita sudah jadian pasti tak ada rahasia lagi.

"Oke! Sekarang aku cerita mengenai yang tadi. Begini ya asalkan kamu jangan marah dulu, sebelum aku jelasin secara detail." ucap Frendy sambil pegang tangan kanan dengan penuh erat. Tak berselang lama Lusi jawab, "Oke! Aku tidak akan memarahi. Asalkan alasannya masuk akal,"

"Kenapa aku menyuruhmu untuk pulang? Di karena ada mantan pacarku jadi kurang nyaman di toko buku tersebutnya. Hah... aku sudah malas berbincang sama mantan yang mengatur hidupku," ucap Frendy terpaksa harus bohong dulu.

"Hmmm.... oke kapan-kapan kita ke tempat toko buku lagi ya?" tanya Lusi sambil tersenyum. Tuh kan Lusi benar-benar suka sama suasana menyenangkan sekaligus buku-buku lengkap ada semuanya. Di banding daerah Jakarta barat.

Tapi ada juga Gramedia buku-buku lengkap semua di kota Bandung. Insya Allah aku ada rencana untuk mengajak Lusi ke kota kelahiranku, walaupun dari kecil sampai sekarang di Tasikmalaya. Sebelum pindah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Tahunya ketemu lagi sama sahabatku.

Hah... tak terasa hari ini kita sudah berbicara berdua denganmu, "Pasti, tapi apakah kamu mau ikut denganku?" aduh, aduh, aduh jantung aku berdebar sangat cepat, "Memang mau ke mana Frendy?" tanya Lusi masih keadaan tersenyum sambil pegang tangan kananku.

"Ada deh!!! Pastinya kamu bakal suka..." ucap Frendy dengan tatapan penuh keseriusan ingin mengutarakan perasaanku yang sudah jatuh cinta kepadanya. Walaupun belum tahu isi hati Lusi apakah mempunyai perasaan suka kepadaku.

Ingin deh beritahu secepatnya, tapi tiba-tiba saja mulai enggak percaya diri takut di tolak cintaku. Lebih baik menunggu waktu yang tepat. Paling cepat tuh kalau aku sendiri lima bulan, itu pun harus mempertemukan aku sama orang tua Lusi.

Biar mendapatkan restu dari orang tuanya, supaya hubunganku dengannya lancar sampai ke pernikahan. Kadang susah juga kalau misalkan orang tuanya tidak mengizinkan putri untuk menikah sebelum sukses.

Masalah materi sudah ada, tapi bagaimana orang tuanya. Aku juga enggak bisa paksa menjalin hubungan tanpa restu orang tua. Setidaknya ada komunikasi antara aku sama orang tua Lusi biat hubungan tetap baik-baik saja.

Tak ada permasalahan yang perlu di jelaskan suatu saat nanti. Hah... kondisi aku seperti ini apakah bakal menerima dengan lapang dada, pada saat aku berkunjung ke rumahnya di Bogor. "Ouh oke asalkan jangan macam-macam."

"Enggaklah Lusi, Frendy tak akan macam-macam kok," ucap Frendy. Jika nanti aku benar-benar pergi ke kota Manchester, Inggris. Berharap kamu sudah milikku sepenuhnya sebagai pasangan suami istri, "Hmmm... oke aku percaya kamu,"

Pada saat bersamaan, aku melihat seorang anak kecil sedang kelaparan. "Tunggu! Disini ya aku mau menghampiri anak kecil sedang kelaparan." Aku berjalan menuju ke arah anak kecil, haha... tanpa harus melihat ke arah kanan maupun kiri, takut di tabrak oleh kendaraan melewatiku sedang makan di sana.

Ternyata masih ada anak kecil mengalami kelaparan, "Kamu kenapa dek? Orang tuamu mana? Kok sendirian saja." tanya Frendy dengan ekspresi khawatir. Lantas pikiranku teringat sama adikku, sekarang Cinta apa kabar ya?

Kalau ada waktu luang insya Allah mampir ke rumahnya di Tasikmalaya. Sekaligus mengajak Lusi ke sana. Dalam benakku tak tega melihat anak kecil kondisinya sangat pucat, "Maaf kak aku lapar banget, selama 4 hari enggak makan karena tidak punya uang." ujar anak kecil dengan ekspresi kelaparan.

"Ouh... begitu ya sudah mau makan bareng sama kakak, dan teman kakak?" tanya Frendy sambil senyum kepadanya. Tanpa menunggu lama ia lalu jawab, "Serius kak!" ucap anak kecil dengan ekspresi bahagia akhirnya bisa makan.

Nah, ini awal mulanya memberikan tantanga bagi Lusi. Apakah peduli sama sosok anak kecil di sebelahku? Kalau misalkan tidak peduli wah berarti aku harus memberikan nasihat kepadanya.

Walaupun dia lulusan Pesantren katanya dapat informasi dari Firdaus. Sempat enggak mau Pesantren maunya Sekolah biasa seperti temannya. Waktu telah berlalu hingga akhirnya betah juga, dan orang tuanya bahagia.

Setelah sampai di hadapannya, dan menyuruh anak kecil untuk duduk bersama Lusi. Bagaimana ya reaksinya ingin tahu deh? Hehehehe.... sekali-kali lakukan ini supaya ada keyakinan untuk mengutarakan perasaanku kepadanya.

Tanpa sadar ternyata Lusi sangat peduli loh, membuatku terkagum-kagum. Dan semakin cinta kepadanya. Salut deh sama Lusi. Aku siap setia sama kamu, walaupun hari ini belum jadian dengannya.

Alhamdulillah aku sudah menemukan sosok perempuan yang sudah sesuai sama kriteriaku, sejak pertama kali berjumpa dengannya memang perasaanku sudah muncul, hanya saja tidak berani untuk mengutarakan semuanya padamu.

Selagi ada Firdaus punya rasa suka sama Lusi pada waktu itu di Bogor. Sontak aku tak menyadari hal tersebut, hanya mampu senyum sambil melihat kalian berdua. Padahal bisa saja sih mengobrol sama kalian.

Tapi..... dengan kondisi seperti ini, mana mungkin Lusi langsung akrab. Pas kenalan juga benar-benar dingin seperti kulkas, jadinya canggung dong berbicara dengannya. Yang ada malah salah tingkah di lihat banyak orang.

Hingga akhirnya aku maupun Lusi sudah saling kenal satu sama lain. Walau terasa berat untuk memperlihatkan kepada sahabatku tercinta.


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C28
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk