Unduh Aplikasi
33.33% Newone / Chapter 5: Chapter 5

Bab 5: Chapter 5

Sambil menggeser-geser layar ponselnya, pikiran Kyungsoo melayang-layang. Sebenarnya tak ada hal serius yang ia lakukan dengan ponselnya. Dia hanya masuk satu aplikasi, menggeser ke atas, lalu membuka aplikasi lain, menggesernya juga, dan begitu seterusnya. Tatapannya kosong namun pikirannya bergerilya liar ke luar tenda. Kyungsoo masih memikirkan apa yang terjadi tadi pagi.

Tanda tanya besar memenuhi kepalanya. Kyungsoo memang tak pernah dipeluk oleh orang lain sebelumnya, hanya orang tuanya saja yang pernah memeluknya. Itupun saat ia membuat prestasi bagus di sekolahnya, atau ketika sedang terbaring sakit di tempat tidur, ataupun hal lain untuk memberi semangat ketika melewati hari-hari. Bibi Ann yang memeluknya saat tiba pertama kali di bandara menurutnya tidak masuk hitungan.

Dan orang lain yang pertama yang memeluknya adalah sunbae nya yang merupakan mahasiswa terkenal nomor dua di SM Seoul University. Sunbae yang selalu berbaik hati padanya dan memberi banyak pertolongan. Sunbae yang menurut pendapat Kai sangat mengistimewakannya.

Jujur Kyungsoo merasa beruntung bisa dekat dengan sunbae seperti Sehun. Banyak sekali hal yang sudah Sehun lakukan untuk Kyungsoo apalagi saat menolongnya yang hampir celaka beberapa minggu lalu. Kyungsoo bahkan tak pernah memikirkan Sehun seserius seperti saat ini. Menurutnya hal yang tak pantas jika harus memikirkan orang lain, terlebih lagi dia sama-sama seorang laki-laki.

Tapi, sejak apa yang terjadi tadi pagi di depan pondok pemandian, setiap kali Kyungsoo mengingatnya lagi, mengingat apa yang dilakukan oleh laki-laki jangkung berkulit putih pucat itu, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang dan dia bisa merasakan rasa hangat di pipinya karena rona merah. Kenapa seorang laki-laki yang tiba-tiba memeluknya walau hanya beberapa detik mampu membuat jantung Kyungsoo memalu kencang.

Sepasang mata muncul diatas ponsel Kyungsoo, membuat ia terkejut dan membuyarkan apa yang sejak tadi ada di pikirannya.

"Ya! Kau mengejutkanku," katanya sedikit berteriak dan melempar bantal ke arah Baekhyun.

"Aku memanggilmu lima kali, apa kau tidak dengar?" Baekhyun balas melempar bantal tadi yang langsung mengenai wajah Kyungsoo.

"Ada apa?" tanya Kyungsoo kesal, mengusap wajahnya.

"Kau sedang memikirkan apa sih? Apa yang sedang kau lamunkan?" tanya Baekhyun memandang penasaran. Ia tak pernah melihat sahabatnya melamun seperti tadi.

"Tak ada," kata Kyungsoo sekenanya tanpa memandang mata Baekhyun.

Baekhyun mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan tajam. Kyungsoo yakin Baekhyun tidak percaya pada ucapannya baru saja, dan Kyungsoo lebih memilih berpura-pura sibuk lagi dengan ponselnya.

"Sebentar lagi acara puncak Malam Keakraban dimulai, lebih baik kita segera ke lapangan. Ayo," kata Baekhyun keluar dari tenda.

Kyungsoo diam sejenak, kemudian memakai jaket tebal musim dinginnya dan mengalungkan syal abu-abu. Tak lupa kupluk cokelat di kepala hingga menutupi kedua telinganya.

"Ayo," katanya pada Baekhyun, yang sedang mengecek sesuatu di ponselnya di depan tenda mereka, saat sudah menyusul keluar tenda.

Ini adalah malam terakhir sekaligus acara puncak dari Malam Keakraban jurusan Teknologi Informasi. Semua orang sudah berkumpul di lapangan luas yang letaknya persis berada di tengah blok-blok tenda yang berjajar, rata-rata setiap orang menggunakan jaket atau mantel tebal untuk menahan dinginnya malam karena acara ini memang dijadwalkan akan sampai tengah malam. Saat ini waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam, dengan suasana langit cerah berwarna biru gelap dan tanpa bintang. Semburat kuning pucat masih terlihat sedikit di ufuk barat.

Teman-teman sekelas Kyungsoo dan Baekhyun berkumpul di sisi panggung mini yang ditempatkan di bagian depan lapangan, dan mereka berdua langsung bergabung ke kelompok. Mr Park Seok dengan beberapa wali murid dan dosen lain terlihat sedang mengobrolkan sesuatu di sisi panggung.

Di sisi lain terlihat Suho bersama Sehun dan anggota Yeonhab mendiskusikan sesuatu. Melihat sosok Sehun sekilas, Kyungsoo langsung menunduk memalingkan wajahnya. Dia bahkan tak sempat bertanya alasan Sehun memberinya pelukan tadi pagi.

Tak lama, Suho naik ke atas panggung, menghadap ke microphone. Seketika suasana ramai orang-orang yang sedang asyik mengobrol langsung mendadak hening. Setelah dirasa semua perhatian sudah padanya, Suho pun mulai bicara.

"Terima kasih. Saya ucapkan selamat malam kepada semua guru dan mahasiswa tingkat pertama jurusan Teknologi Informasi. Merupakan sebuah kehormatan untuk saya memberi sedikit sambutan di malam terakhir acara Malam Keakraban dimana sebentar lagi kita semua akan mengikuti puncak acara."

Dan Suho seperti biasa dengan gaya yang memukau khas nya ketika berbicara diatas panggung menghadapi banyak orang, memberikan beberapa kalimat sambutan. Sesekali apa yang diucapkannya membuat semua orang tertawa atau bertepuk tangan dengan meriah.

Hampir sepuluh menit sambutan yang diberikan Suho, dan acara pun diambil alih oleh MC acara Malam Keakraban. Ada beberapa penampilan hiburan musik dari grup band kampus membuat acara nampak begitu meriah karena semua orang ikut menyanyi. Untuk siapapun yang ingin sekalian mengisi perut mereka, tenda besar yang selama ini menjadi ruang makan sudah menyediakan berbagai jenis makanan yang menggugah selera sehingga semua orang bisa menikmati acara sambil makan.

Kyungsoo, Baekhyun dan Jimin mengambil tempat di sisi lain lapangan bersama dengan beberapa teman sekelas mereka. Mereka semua ikut larut menikmati sajian lagu yang dinyanyikan grup band diatas panggung.

"Kalian tahu," seru seorang cowok jangkung dengan dagu lancip dan mata sipit, mengimbangi suara riuh orang-orang, "aku punya ide menarik untuk kita semua."

"Apa memang idemu?" tanya seorang laki-laki kurus jangkung dengan rambut ikal, ikut berteriak.

"Ini akan menarik, percayalah. Ikutlah denganku."

"Ikut kemana, Eunkwang?" tanya Baekhyun setelah meneguk Coke kaleng-nya.

"Sudah, ayo," Eunkwang berbalik dan memberi isyarat kepada yang lain untuk mengikuti. Kedua temannya berjalan mengikuti sementara Baekhyun berpaling pada Kyungsoo dan Jimin disampingnya.

"Kalian mau ikut dengannya?" tanya Baekhyun yang harus berteriak dua kali lebih keras karena semua orang disana bertepuk tangan ketika lagu selesai.

"Memang Eunkwang mau mengajak kemana?" Kyungsoo bertanya sambil memeluk erat botol minum berisi susu cokelat hangat.

"Entahlah. Bagaimana kalau kita lihat saja dulu? Jika bukan sesuatu yang menyenangkan, kita kembali lagi kemari."

Kyungsoo dan Jimin mengangguk, lalu mereka bertiga berjalan mengikuti arah dimana Eunkwang dan kedua temannya tadi pergi. Setelah menjauh dari keramaian, di salah satu blok tenda mereka bertiga bergabung dengan Eunkwang dan temannya.

"Baiklah, kalian siap untuk petualangan?" tanya Eunkwang memandang orang-orang yang ada di tempat itu dengan tatapan antusias.

"Petualangan? Apa maksudmu dengan petulangan? Memang kau akan mengajak kemana?" tanya temannya.

"Petualangan, Dongwoo. Kita akan menjelajah kesana."

Eunkwang menoleh ke arah pepohonan tinggi jauh di belakang blok tenda terjauh kompleks perkemahan.

"Masuk ke dalam hutan? Malam-malam seperti ini? Apa kau gila?" kata Baekhyun dengan ekspresi galak.

Kyungsoo setuju dengan yang baru saja diucapkan oleh Baekhyun. Masuk ke dalam hutan yang terlihat gelap sekali dari kejauhan itu adalah hal yang gila.

"Kenapa kau mengajak kesana? Memang ada apa disana?" tanya Jihoon, yang meski postur tubuhnya agak gemuk tapi Kyungsoo yakin nyalinya sedikit ciut ketika memandang ke arah hutan yang gelap.

"Tak jauh di dalam sana, ada semacam air terjun yang tidak begitu besar. Konon jika malam hari di air terjun itu akan terlihat pelangi menghiasi seluruh air yang turun. Aku penasaran ingin melihatnya," jelas Eunkwang.

"Lalu bagaimana kalau kita tersesat dan tak bisa kembali pulang?" tanya Kyungsoo yang bergidik ngeri. Dia yakin tidak akan ada binatang buas, karena di wilayah ini meski dikelilingi hutan tapi adalah wilayah perkemahan umum. Yang dia takuti adalah hantu tentu saja.

"Kita pasti bisa pulang, jangan khawatir, letaknya tak begitu jauh dari tepian hutan," kata Eunkwang dengan nada meyakinkan.

Walau begitu, kelima orang yang lain masih saling memandang satu sama lain, kemudian bersamaan melihat lagi ke arah hutan di kejauhan.

"Ayolah, ini akan seru. Besok kita akan kembali ke Seoul dan entah kapan bisa kemari lagi. Hei Dongwoo, Jihoon, kalian ikut kan?" ia merangkul bahu kedua temannya.

"Kelihatannya seru," kata Jihoon meski masih terlihat ragu. Dongwoo pun hanya mengangguk cepat.

"Kalian bagaimana?" Eunkwang menoleh pada Kyungsoo, Baekhyun dan Jimin.

"Aku penasaran ingin melihat," kata Jimin yang terlihat antusias pula, "bagaimana denganmu?" tanyanya pada Baekhyun.

"Hmmm," gumam Baekhyun, yang menoleh pada Kyungsoo, "kau ikut?"

"Kelihatannya tidak. Aku kan belum sembuh benar. Lebih baik tidur di tenda saja menunggu," kata Kyungsoo nyengir. Ia bersyukur ide itu terlintas begitu saja sesaat sebelum Baekhyun bertanya.

Baekhyun terlihat berpikir, namun kemudian ia mengangguk, "baiklah, aku juga akan ikut," katanya.

"Bagus," kata Eunkwang yang mengepalkan kedua tangannya dengan penuh semangat, "siapkan saja ponsel kalian barangkali kita butuh penerangan."

Dia lalu berjalan memimpin kelompok ke arah hutan diikuti oleh Dongwoo, Jihoon dan Jimin di belakangnya.

"Kau yakin mau ikut?" tanya Kyungsoo, "kau lihat hutan itu?" dia menerawang kearah hutan gelap.

"Nampaknya sih seru. Lagipula Eunkwang bilang tempat itu dekat jadi tak akan lama," kata Baekhyun.

"Dan bagaimana jika ada saem atau panitia mencari kalian?"

"Segera kabari aku, oke? Aku akan mengajak mereka semua untuk segera kembali kemari."

"Baiklah. Hati-hati. Jika sesuatu terjadi, hubungi aku segera," kata Kyungsoo.

"Takkan terjadi apa-apa," Baekhyun tertawa, lalu segera menyusul yang lain. Kyungoo melihat ke arah kelompok itu pergi menjauh dibawah sinar temaram bulan, lalu masuk ke dalam kegelapan dan menghilang dari pandangan.

Kyungsoo menggeleng sambil menghela nafas panjang. Kemudian dia berbalik dan memutuskan untuk kembali ke tenda saja. Setidaknya Kyungsoo bisa tiduran di kasur yang empuk dan menghangatkan tubuhnya sambil mendengarkan musik atau melakukan hal lain yang lebih menyenangkan, daripada harus masuk ke dalam hutan yang gelap itu.

Suara keramaian masih terdengar sayup-sayup di kejauhan ketika Kyungsoo berjalan melewati deretan tenda-tenda yang pemiliknya tentu berada di lapangan tempat acara berlangsung, sambil bersiul-siul kecil saat sesekali harus meloncati batu atau pohon kecil.

Saat ia berbelok di salah satu blok tenda, Kyungsoo melihat ada dua orang berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang. Seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan. Mereka berdua tampak sedang berbicara sesuatu dengan serius. Kyungsoo memicingkan matanya dan berhasil mengenali itu adalah Sehun. Perempuan di depannya pasti adalah Sulli kekasihnya, pikir Kyungsoo, karena terlihat Sehun memegang tangan perempuan itu.

Tenda Kyungsoo berada tidak jauh dari tempat dimana Sehun dan Sulli terlihat sedang mengobrol serius. Jika ingin segera ke tendanya, berarti Kyungsoo harus melewati mereka berdua. Dia pikir rasanya bukan masalah besar untuk lewat, hanya perlu permisi saja menurutnya.

Saat ia melangkahkan satu kaki, Kyungsoo melihat Sulli mendekati wajah Sehun dan langsung menarik tengkuknya lalu mencium bibirnya. Pemandangan itu sedikit mengejutkan Kyungsoo karena tanpa sengaja ia harus menyaksikan sebuah peristiwa yang tentu saja hal yang normal bagi orang yang berpacaran.

Tapi, kenapa tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang dan memalu-malu ke dadanya. Seharusnya Kyungsoo tak ada disana saat itu, atau setidaknya segera pergi meninggalkan tempat itu. Namun ia hanya mematung di tempatnya berdiri terakhir, menyaksikan sepasang kekasih berciuman.

Seolah sadar ada yang memerhatikan, Sehun menoleh dan matanya membulat karena terkejut.

"Kyungsoo?" bisiknya, saat ciumannya dengan Sulli terlepas. Ia terlihat salah tingkah, sementara Sulli hanya menoleh sekilas.

Sulli adalah koordinator supervisi Hubungan Masyarakat Yeonhab. Seorang cewek jangkung dengan kulit putih, rambut merah menyala yang terurai hingga punggungnya, dan memiliki perawakan seorang model. Untuk acara-acara tertentu SM Seoul University, ataupun bentuk promosi seperti flyer, banner, atau apapun untuk mempromosikan kampus, Sulli yang kerap kali menjadi modelnya.

"Errr mianhae, aku tak bermaksud mengganggu kalian," kata Kyungsoo menunduk dengan perasaan bersalah. Ia seharusnya pergi dari situ tadi.

"Tak apa," kata Sehun, yang hanya memberi senyum singkat.

"Ok, Sehunnie sayang, kita lanjutkan nanti. Ayo kita kembali ke acara," kata Sulli menggenggam tangan Sehun dan menariknya.

Saat Sehun dan Sulli berjalan mendekati Kyungsoo yang masih berdiri terpaku, ia bisa merasakan meski Sulli tak melihat padanya tapi Sehun masih sedikit salah tingkah mengerling ke arahnya. Kyungsoo sendiri hanya bisa menunduk tanpa berani melihat keduanya. Dengan perasaan tak karuan, ia sendiri bingung kenapa jantungnya harus berdegup kencang seperti sekarang.

"Disini kalian rupanya."

Kyungsoo memalingkan wajahnya ke arah suara di belakangnya. Suho muncul dan berjalan menghampiri saat Sehun dan Sulli berada tepat di samping Kyungsoo.

"Aku mencari kalian kesana kemari. Kalian hilang sejak tadi. Apa ada sesuatu?" tanya Suho.

"Kami hanya mengobrol saja, oppa. Kami akan segera bergabung kembali dengan yang lain," kata Sulli merangkul lengan Sehun.

"Baik. Aku mau ke tenda dulu, ada yang mau aku ambil," Suho lalu menoleh pada Kyungsoo yang sejak tadi hanya diam saja menyaksikan, "kau sedang apa disini, Kyungsoo?" tanyanya.

"Eum aku mau kembali ke tendaku, sunbae, tapi tidak sengaja berpapasan dengan Sehun sunbae dan Sulli sunbae," kata Kyungsoo dengan suara sedikit parau karena tenggorokannya terasa kering.

"Oh, ayo," kata Suho dengan senyuman ramah membuat gerakan mengajak Kyungsoo pergi, "aku akan segera kembali," tambahnya pada Sulli yang melambai lalu menarik Sehun, yang menatap sekilas pada Kyungsoo dan Suho, lalu memberi senyum datar dan berjalan berdampingan dengan Sulli.

Kemudian Kyungsoo dan Suho berjalan ke arah yang berlawanan dengan Sehun dan Sulli yang bergandengan ke tempat acara masih berlangsung. Selama perjalanan, baik Kyungsoo dan Suho hanya larut dalam diam. Entah kenapa Kyungsoo tiba-tiba melamunkan sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa. Harus diakui, jantungnya masih berdegup tak normal saat itu, dan ia hanya memegangi dadanya dengan tangan kanan.

Merasa sedikit aneh dengan cowok disebelahnya yang membuat keheningan, Suho melirik dan menjawil bahu lelaki mungil itu, yang sedikit terkejut sambil menoleh padanya.

"Kau baik-baik saja? Apa kau sakit lagi?" tanya Suho mengamati wajah Kyungsoo.

"Aniyo, sunbae," Kyungsoo menjawab singkat sambil nyengir.

"Kau yakin?"

"Ne, sunbae. Memang kenapa?"

"Soalnya kau sudah berjalan tiga meter melewati tendamu," Suho menunjuk ke tenda biru yang ada di belakang mereka berdua.

Kyungsoo menepuk dahinya. Saking sibuk melamunkan sesuatu yang tidak dimengertinya membuat ia tidak memerhatikan langkahnya. Suho kembali menatap Kyungsoo.

"Kau yakin baik-baik saja?" tanyanya.

"Ne, sunbae, tak usah khawatir. Oh ya, aku lupa mengucapkan terima kasih padamu," kata Kyungsoo mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Terima kasih untuk apa?"

"Karena sudah menolongku kemarin. Hmm yaa itu," kata Kyungsoo yang mendadak tersipu.

"Oh," kata Suho yang langsung tertawa, "tak apa-apa. Senang bisa membantu. Sudah menjadi kewajibanku membantu orang lain," senyuman khas Suho mengembang.

"Kau sudah baik sekali padaku, sunbae, kau, Sehun sunbae, dan semua di kampus ini sungguh baik sekali padaku yang baru pertama kali datang ke Korea. Aku sungguh beruntung masuk ke kampus ini. Gamsa habnida, sunbae." kata Kyungsoo mengangguk singkat seperti memberi hormat.

"Tak usah dipikirkan. Jika aku bisa membantu, kau tak perlu sungkan minta tolong," Suho memegang kedua bahu Kyungsoo dan menepuk pelan, "ngomong-ngomong, kenapa kau sendirian? Tak bergabung dengan temanmu Byun Baekhyun dan Jimin? Kemana mereka berdua?"

Kyungsoo merasa jantungnya copot dan jatuh ke dasar perutnya. Apa yang harus dikatakan olehnya pada Suho? Mengingat teman-temannya itu sekarang sedang melakukan sebuah pelanggaran dengan pergi ke hutan gelap tanpa sepengetahuan guru dan panitia. Terlebih yang sekarang bertanya pada Kyungsoo adalah presiden Yeonhab langsung.

"Euhh, Baekhyun..." Kyungsoo mengalihkan matanya. Mulutnya mendadak gagap dan sedikit keringat menetes dari balik kupluknya. Selama ini Kyungsoo tak pernah berbohong pada siapapun. Dia juga tak pintar membuat alasan untuk menutupi sebuah kebenaran.

Menyadari ada yang ganjil lagi, Suho bertanya, "kenapa? Apa ada masalah?"

Belum sempat Kyungsoo membuka mulut untuk menjawab, lagu khas Call Me Baby yang menjadi nada panggilnya berbunyi. Kyungsoo merogoh saku celananya dan mendapati nama Baekhyun di layar.

"Baekhyun?" bisik Kyungsoo, "sebentar, sunbae," dia meminta diri dan bergeser untuk mengangkat telepon, "Yeoboseyo? Baekhyun?"

"KYUNGSOO!!" suara teriakan Baekhyun di ujung telepon membuat Kyungsoo sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya.

Terdengar nafas terengah-engah dan bunyi keresakan dedaunan dan dahan yang terinjak di sebrang sana.

"Baekhyun? Ada apa? Kenapa berteriak?" tanya Kyungsoo yang tiba-tiba merasa panik.

"KYUNGSOO!! TOLONG!!!"

"Baekhyun, kau dimana? Ada apa?" Kyungsoo semakin panik saat mendengar ada teriakan lain disana, kemudian terdengar keributan tak jelas. Suara Baekhyun terdengar putus-putus.

"KYUUU....NNGGG.... TOLOOO.....NGG...." suaranya semakin tidak jelas dan terdengar samar.

"BAEKHYUNNN!" Kyungsoo balas berteriak saking paniknya ketika sambungan tiba-tiba terputus.

"Ada apa? Hey," tanya Suho yang mendekat pada Kyungsoo.

"Baek... Baekhyun kelihatannya ketakutan," kata Kyungsoo dengan tangan bergetar dan langsung saja merasa khawatir dan cemas luar biasa. Dia memandang hutan gelap di kejauhan.

"Ada apa dengan Byun Baekhyun? Dimana mereka?" tanya Suho yang terlihat mulai panik juga karena sikap Kyungsoo yang tampak ketakutan ini.

Tidak ada waktu untuk menyembunyikan lagi, pikir Kyungsoo, dia harus memberi tahu Suho karena sepertinya sesuatu yang mengerikan terjadi pada Baekhyun dan yang lain, dan mereka membutuhkan pertolongan segera.

"Baekhyun bersama yang lain masuk ke hutan," kata Kyungsoo, sedikit takut-takut.

"Apa?" Suho berbisik dengan tatapan tak percaya, "kau bercanda?"

"Ani.... aniyo, sunbae. Mereka pergi sekitar sepuluh menit yang lalu. Dan baru saja tadi Baekhyun menelepon, dia seperti ketakutan," Kyungsoo mencoba menjelaskan gambaran singkat dari yang ia dengar di telepon. Belum pernah ia mendengar sahabatnya itu ketakutan begitu.

Semburat panik terlukis di wajah Suho.

"Bodoh!" bisiknya tajam, wajahnya berubah murka, "kau tunggu disini, jangan kemana-mana, jangan melakukan hal yang gegabah. Aku akan mencari bantuan," Suho berbalik dan segera berlari meninggalkan Kyungsoo.

Kyungsoo menatap sesaat ke arah Suho sesaat sebelum menghilang di belokan. Dia sangat panik dan khawatir pada Baekhyun yang entah apa yang terjadi padanya di dalam hutan sana. Ponselnya kembali berbunyi saat dia mengigit bibir bawahnya karena cemas. Baekhyun kembali menelepon dan langsung Kyungsoo mengangkat, "Baekhyun? Apa yang terjadi?"

"Kyung, tolong..." terdengar suara Baekhyun lirih dan seperti menangis. Hal itu membuat Kyungsoo semakin panik dan cemas.

"Apa yang terjadi Baek? Aku sudah meminta bantuan..." belum sempat menyelesaikan ucapannya, kembali terdengar suara Baekhyun berteriak ketakuan diseberang telepon dan sambungan pun terputus.

"BAEKHYUN!!" percuma saja Kyungsoo berteriak karena saat coba dihubungi kembali, ponsel Baekhyun sepertinya mati.

Baekhyun harus segera ditolong, pikirnya, lalu tanpa dipandu, kaki Kyungsoo mulai berlari menyusuri jalan diantara tenda-tenda ke arah hutan. Kyungsoo melompati pagar pembatas terbuat dari kayu yang tingginya seukuran pundaknya.

Kini dia sudah berada tepat di tepi hutan dengan pepohonan yang tak begitu tinggi tapi rapat. Hutan itu gelap gulita membuat Kyungsoo sedikit menelan ludah saat memandang ke sekitarnya. Angin sepoi bertiup di sekitarnya saat ia melangkahkan kakinya ke jalan setapak dan mulai memasuki hutan. Suara dedaunan dari puncak pohon yang berdesir membuat Kyungsoo bergidik. Dengan bantuan lampu senter dari ponselnya, Kyungsoo setengah berlari menyusuri tanah yang dipenuhi semak-semak dan pepohonan kecil.

Sebenarnya Kyungsoo merasa bodoh masuk ke dalam hutan sendirian seperti ini karena dia sendiri tak tahu tepatnya dimana Baekhyun berada sekarang. Seharusnya tadi dia menurut pada Suho dengan menunggu bantuan datang. Tapi rasanya sudah terlanjur. Daripada menyesali, Kyungsoo memilih terus berjalan kedalam hutan yang semakin gelap. Sayup-sayup ia mendengar suara orang berteriak di kejauhan yang ia yakini adalah suara Baekhyun.

"BAEKHYUN!!" teriak Kyungsoo, berlari ke arah sumber suara sambil masih mengacungkan ponsel didepan untuk pencahayaan, "kau dimana Baekhyun?"

Walau nafasnya sudah tersengal dan perut sebelah kirinya sakit, Kyungsoo terus berlari melewati semak-semak, sambil sesekali menyeka keringat yang membasahi wajahnya. Dahan-dahan kering berderak saat terinjak kakinya. Terlihat ada sebuah bukit kecil dengan pepohonan yang lebih tinggi di hadapannya saat Kyungsoo melewati sebuah pohon besar. Gelap sekali tapi Kyungsoo bisa melihat ada orang disana yang tampaknya tergeletak dibawah pohon. Kyungsoo yakin itu Baekhyun karena rambutnya sedikit terlihat ketika seberkas cahaya bulan menerangi menerobos pepohonan.

"Baekhyun!" kata Kyungsoo dengan sekuat tenaga berlari menaiki bukit kecil itu mendatangi Baekhyun, yang terduduk di sisi pohon sambil memegangi perutnya.

Saat menyadari yang datang adalah Kyungsoo, Baekhyun mencoba bangkit. Dengan nafas putus-putus, baju kotor dan sobek di beberapa tempat, wajahnya kotor dan ada memar-memar, kondisinya begitu memprihatinkan ketika Kyungsoo menghampiri.

"Baekhyun, kau kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Kyungsoo, yang meraih Baekhyun saat ia limbung akan terjatuh.

"Mengerikan sekali." kata Baekhyun dengan suara bergetar, "ayo cepat pergi dari sini."

"Ada apa, Baek?" Kyungsoo mengangkat Baekhyun dengan mengalungkan tangannya ke leher.

"KYUNGSOO AWASS!"

Belum sempat merespon teriakan Baekhyun, Kyungsoo merasa seusatu yang besar menabraknya dan Baekhyun dari belakang. Kyungsoo langsung terjerembab jatuh ke depan. Dia mencoba bangkit namun merasa entakan keras di sisi kiri perutnya, membuatnya jatuh berguling-guling ke bawah bukit, menabrak semak-semak dengan dahan tajam dan menabrak pohon di dasarnya.

Kyungsoo terbatuk dan bisa merasakan sakit yang amat sangat di sisi perutnya dan dadanya yang menabrak pohon. Pandangannya menjadi berkunang-kunang. Di kejauhan yang gelap, samar-samar Kyungsoo bisa melihat ada sesosok tinggi besar berjalan perlahan ke arahnya menuruni bukit.

"KYUNGSOO!! LARI!!" terdengar suara Baekhyun berteriak diatas bukit.

Sedikit susah payah Kyungsoo mencoba bangkit dengan tangan yang menopang tubuhnya. Lalu sebuah tangan besar menarik rambutnya membuat Kyungsoo berteriak kesakitan. Sosok besar itu menyeret Kyungsoo yang mencoba meronta untuk melepaskan diri saat menaiki kembali bukit. Di tengah bukit, sosok itu mengangkat Kyungsoo hingga ia berdiri sejajar dengan setengah tubuh sosok itu, lalu mengayunkan Kyungsoo seperti sebuah boneka hingga berguling kembali kebawah dan jatuh menabrak pohon.

"KYUNGSOO!!!" jerit Baekhyun. Dia samasekali tak bisa menggerakan tubuhnya karena sudah tak ada lagi tenaga.

Tubuhnya sakit dimana-mana dan Kyungsoo bisa merasakan mungkin beberapa tulang di tubuhnya remuk. Namun sepertinya penderitaannya belum berakhir saat sosok itu kembali mendekat dan meraih rambutnya lagi. Kyungsoo sudah meringis kesakitan. Pandangannya semakin kabur saat sosok itu mengangkat tubuhnya seakan-akan ingin membantingnya lagi ke tanah. Kyungsoo hanya pasrah. Dia sudah tak punya tenaga sedikitpun bahkan untuk bergerak.

Lalu Kyungsoo merasa tubuhnya tiba-tiba jatuh kembali ke tanah sebelum diangkat terlalu tinggi, dan saat kepalanya terantuk batang pohon, mendadak pandangannya seketika menjadi gelap dan Kyungsoo tak bisa mengingat apa-apa lagi.

*

Terasa damai sekali disini. Dia merasa nyaman dengan keadaannya dan bahkan bisa mencium aroma manis di hidungnya. Kyungsoo berpikir apakah dia sudah mati? Kalau benar sudah mati, tentu mungkin ini di surga. Lalu bagaimana kedua orang tuanya yang belum sempat ditemuinya saat-saat terakhir? Dan apa yang terjadi semalam? Dia tak harus mengingatnya lagi jika memang sekarang dia sudah merasa aman, nyaman dan tenang.

Tapi Kyungsoo belum ingin mati. Masih banyak hal yang ingin ia lakukan di dunia. Dia bersikeras harus bisa kembali ke kehidupannya lagi di dunia.

Dia harus bersyukur. Dia belum mati. Tuhan masih memberinya kesempatan untuk melanjutkan hidup.

Sayup-sayup terdengar suara televisi di telinganya. Rasa sakit masih terasa di beberapa bagian tubuhnya. Yeah, dia masih hidup tentunya jika masih merasa sakit. Kemudian Kyungsoo mencoba membuka matanya. Cahaya di ruangan itu terlalu silau membuat matanya membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Kyungsoo berpikir mungkin dia tak sadarkan diri untuk jangka waktu yang cukup lama.

Matanya mengerling ke sisi, dimana ada sosok Baekhyun sedang duduk di tempat tidur sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Baek?" bisik Kyungsoo berhasil membuat sahabatnya menengok. Mata sipitnya sedikit membulat dan membuat ekspresi kaget sekaligus gembira.

"Kyungsoo," katanya senang, "kau sudah sadar akhirnya. Syukurlah."

"Apa yang terjadi?" Kyungsoo mencoba mengangkat tubuhnya dan rasa sakit langsung menjalar membuat ia meringis kesakitan.

"Kau tak boleh bangun dulu. Kau harus menjalani pemulihan karena luka dalam mu cukup parah," kata Baekhyun duduk di sisi tempat tidur Kyungsoo sambil membawa botol dan selang infusnya sendiri.

"Ini dirumah sakit?"

"Kau tidak berpikir ini di hotel bintang lima kan," kata Baekhyun mengangguk pada botol infus milik Kyungsoo di sisi tempat tidur.

"Apa yang terjadi?" tanya Kyungsoo yang sungguh penasaran bagaimana dia tiba-tiba bisa ada disini ketika sadar. Yang bisa dia ingat terakhir adalah ketika rambutnya dijambak dan tubuhnya diangkat kemudian dia terjatuh.

Baekhyun menghela nafas sambil bergumam, "mengerikan."

Kyungsoo tahu dan paham apa yang terjadi malam itu sangatlah mengerikan. Baekhyun tampak akan melanjutkan cerita dan Kyungsoo pikir tak perlu memberi interupsi dulu dan memilih mendengarkan.

"Saat berjalan memasuki hutan, kami berlima tak merasa akan terjadi hal yang aneh. Kupikir juga demikian. Hutan itu masih bagian dari kompleks perkemahan yang tentu tidak akan ada hewan buas atau hal-hal mengerikan. Oleh karena itu aku percaya diri saja saat Eunkwang memimpin perjalanan memasuki hutan.

"Ketika kami asyik mengobrol satu sama lain melewati pepohonan, Jimin melihat sesuatu bergerak di kejauhan di tempat gelap. Kami kira dia hanya bercanda untuk menakut-nakuti. Tapi ketika aku ikut melihat ke tempat Jimin menunjuk, aku pun terkejut saat ada sosok tinggi besar muncul dari balik pohon. Sekejap saja kami langsung berteriak ketakutan dan memilih berbalik dan mulai berlari. Eunkwang, Dongwoo dan Jihoon terpisah dengan aku dan Jimin."

Baekhyun berhenti sejenak untuk mengambil nafas, lalu melanjutkan cerita.

"Ternyata orang itu memilih mengejar aku dan Jimin. Aku panik dan takut sekali saat itu maka aku segera mengambil ponsel dan meneleponmu. Saat berhasil menghubungimu, dan kami berdua masih berlari, Jimin terjatuh karena kakinya tersandung batu. Aku mencoba membantunya bangun tapi sosok itu sudah tepat berada di belakangku dan langsung memukul hingga aku terjatuh ke samping. Dia lalu menarik Jimin dan melemparnya ke sembarang arah, seperti yang terjadi padamu."

Kyungsoo kembali mengingat kejadian itu. Sungguh mengerikan memang, membuat ia mengerjap dan mencoba membuyarkan mimpi buruk itu. Baekhyun tak menyadari itu, dan kembali bercerita.

"Jimin berhasil bangun dan segera kabur. Aku yang merasa kakiku keseleo," Baekhyun mengangkat kaki kirinya dimana pergelangan kakinya dibebat, "tak bisa melakukan apapun. Untuk bangun saja aku kesulitan, apalagi melawan sosok besar itu, yang semakin mendekatiku. Orang itu tinggi besar. Dengan rambut panjang awut-awutan dan pakaian lusuh berantakan," kata Baekhyun menggambarkan sosok misterius itu sambil bergidik ngeri.

"Memang siapa orang itu?" tanya Kyungsoo yang sudah tak sabar ingin bertanya siapa orang yang membuatnya menderita begini.

"Kau tahu, pagi hari sebelumnya, saat di tenda dan kau belum bangun dari tidur yang semalaman habis dipeluk oleh Suho," Baekhyun berkata datar seolah hal itu memang hal yang tidak aneh, "aku sedang membaca artikel berita di ponselku. Salah satu berita mengatakan bahwa ada pasien gila dari salah satu rumah sakit jiwa di kota ini yang berhasil kabur. Dan disebutkan bahwa yang kabur adalah pasien gila yang berbahaya.

"Saat itu aku dan Jimin menertawakan berita itu, dan dengan bodohnya aku berkata pada Jimin, seandainya orang gila itu datang kemari aku akan mengajaknya berfoto selfie," kata Baekhyun tertawa hambar, "dan aku menyesal telah berkata itu kemarin," tambahnya menunduk.

"Lalu bagaimana kita bisa ada disini?" Kyungsoo kembali bertanya dengan tatapan penasaran.

"Tak lama setelah orang gila itu menjatuhkanmu lalu kau pingsan, banyak orang berdatangan. Mereka adalah panitia acara, guru dan beberapa mahasiswa. Ada Sehun juga disana," kata Baekhyun, yang entah kenapa membuat Kyungsoo sedikit mengerjap kaget, walau Baekhyun tak menyadari itu.

"Aku belum pernah melihat manusia sebuas itu," bisik Baekhyun.

"Maksudmu?" tanya Kyungsoo tak mengerti.

"Sehun berlari dan langsung menerjang orang gila itu dengan keras membuatnya jatuh tersungkur. Tanpa ampun dia menghajar, menendang dan membantingnya walau orang gila itu sudah terlihat tak berdaya. Jika tak ada orang-orang disana yang memisahkan dan menenangkan, aku yakin Sehun akan membunuh orang gila itu. Aku bisa melihat tatapan murka di matanya."

Kyungsoo diam dan hanya melongo mendengar cerita Baekhyun baru saja. Lagi, Sehun muncul dan menolongnya. Tanpa disadari, jantungnya kembali berdegup kencang dan sebuah perasaan yang tak pernah ia tahu memenuhi dadanya.

"Setelah dipisahkan, dia menghampirimu dan segera menggendongmu sendiri kembali ke perkemahan. Sesampainya di kemah, dengan mobil minibus guru, kau dan aku dibawa kemari diantar dia dan beberapa guru dan mahasiswa lain," kata Baekhyun mengakhiri cerita.

Dia bangun dari sisi tempat tidur Kyungsoo, dan dengan langkah sedikit terseok karena kakinya yang cedera, Baekhyun kembali naik ke tempat tidurnya dan duduk kembali disana dengan posisi yang sama dengan sebelum tadi Kyungsoo bangun.

"Mengerikan sekali. Itu serasa mimpi buruk," kata Baekhyun yang kembali mengunyah makanan, "kalau kau lapar, ada banyak makanan disana," ia mengangguk ke meja di sisi jendela yang dipenuhi berbagai makanan ringan seperti biskuit dan kue. Ada juga beberapa keranjang buah-buahan disana, "eomma yang membawakan. Makanlah sesukamu."

"Gomawoyo, Baek," kata Kyungsoo.

Lalu ia diam termenung. Mengalihkan pandangannya dari setumpuk makanan di meja ke arah jendela diluar yang cuacanya agak gelap dan sedikit gerimis. Tiba-tiba sosok Sehun muncul di pikirannya.

Sekali lagi nyawanya tertolong oleh Sehun. Entah seperti apalagi wujud terima kasih yang harus ia ungkapkan pada sunbae jangkung itu.

Tapi, kenapa Kyungsoo merasa hal yang tidak wajar saat ada nama Sehun dipikirannya. Kenapa jantungnya harus berdegup kencang tidak normal saat ia mulai memikirkan sunbae nya itu. Apa ada sesuatu yang salah dengan dirinya?

*

Esok harinya Baekhyun sudah diizinkan pulang karena sudah jauh lebih baik, meski masih sedikit kesulitan berjalan karena kakinya masih dibebat. Kyungsoo sendiri masih harus istirahat selama beberapa hari ke depan karena masih dalam proses pemulihan. Baekhyun berjanji akan datang menemaninya saat siang hari ketika jam kuliah kosong, sementara ada Bibi Ann yang menemani di malam hari.

Kyungsoo harus membuat Bibi Ann bersumpah untuk tidak menceritakan yang terjadi pada kedua orang tuanya di Los Angeles karena dia tak ingin orang tuanya mencemaskan dirinya. Dia ingin benar-benar belajar hidup mandiri disini.

Ponselnya rusak lagi. Baekhyun menunjukkan ponsel Kyungsoo yang sudah tak berbentuk dari dalam laci meja ketika Kyungsoo mencarinya kemarin. Tak bisa menghubungi siapapun, atau memainkan game atau aplikasi di ponsel, membuat ia hanya memencet-mencet tombol remote TV untuk mencari acara yang bisa menghibur.

Empat hari sudah Kyungsoo dirawat. Tak lama lagi ia sudah bisa pulang. Di depan sebuah cermin bulat kecil, Kyungsoo mengamati wajahnya yang ada beberapa goresan luka membuatnya menggembungkan pipi cemberut karena harus bersusah payah merawat lagi wajah mulusnya.

Setelah meletakkan cermin di sisi tempat tidur, Kyungsoo mencoba bangun dengan susah payah untuk mengambil makanan di meja karena ia merasa lapar. Rasa sakit masih sedikit terasa di bagian ulu hatinya ketika ia duduk di sisi tempat tidur, meski tidak sesakit kemarin-kemarin. Selang infus sudah dicabut jadi Kyungsoo kini bisa lebih leluasa bergerak.

"Tok! Tok! Tok!"

Kyungsoo menoleh ke arah pintu, "Masuk."

Pintu terbuka. Chanyeol masuk ke dalam. Senyum mengembang dengan lukisan lesung pipi menghiasi saat berjalan menghampiri.

"Ahh kau," kata Kyungsoo yang senang dikunjungi oleh Chanyeol.

"Kau mau kemana?" tanya Chanyeol.

"Aku lapar sekali, mau mengambil sesuatu di meja," kata Kyungsoo hendak turun dari tempat tidur tapi ditahan oleh Chanyeol.

"Aku membawakan bakpau hangat, duduklah," katanya meletakkan bungkusan di sisi tempat tidur.

"Wow," kata Kyungsoo gembira, melongok ke dalam bungkusan hangat itu, "nampaknya enak, gomawo, Chan," dia mengambil satu bakpau yang ukurannya besar dan langsung melahapnya.

Chanyeol tersenyum geli melihat Kyungsoo dengan pipi membulat karena mengunyah bakpau besar yang dibawanya itu. Wajahnya meski banyak luka goresan namun tampak masih begitu menggemaskan, apalagi sambil mengunyah begitu.

"Kau tak mau masuk?" Chanyeol memalingkan wajah dan berkata ke arah pintu.

"Memang siapa yang datang lagi?" tanya Kyungsoo dengan mulut penuh bakpau.

Tak lama seorang lagi masuk ke ruangan. Kyungsoo hampir tidak mengenali orang itu karena rambutnya kali ini berwarna hitam legam, namun akhirnya tahu saat Kai berdiri di sisi lain tempat tidur. Dia hanya tersenyum singkat.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya.

"Kai?" tanya Kyungsoo terkejut, "kau mengecat rambut pirangmu?"

"Kau tak menjawab pertanyaan ku," kata Kai dingin.

"Kabarku baik," jawab Kyungsoo kembali melahap bakpaunya, "terima kasih sudah datang. Kalian tidak ada kelas memang?"

"Banyak guru tidak hadir hari ini. Nanti sore ada latihan basket dan untuk menghabiskan waktu makanya kami kemari," kata Chanyeol, "syukurlah kau baik-baik saja," ia tersenyum dan mengusap singkat ke puncak kepala Kyungsoo.

"Ya, aku merasa bersyukur sekali bisa selamat dari kejadian itu, benar-benar..." ucapan Kyungsoo terpotong karena dia tiba-tiba batuk karena tersedak.

Dengan cepat Kai meraih botol minum di meja samping tempat tidur dan menyodorkan pada Kyungsoo.

"Habiskan dulu makanmu, jangan sambil mengunyah saat bicara," katanya dengan nada pedas.

Kyungsoo mengambil air minum sambil sedikit mengernyit jengkel, lalu segera meminumnya, "gomawo." katanya walau sedikit tak rela. Chanyeol membantu menepuk pelan belakang lehernya sambil terkekeh. Saat akan melanjutkan cerita Kyungsoo lupa bagian mana yang akan diceritakan. Jadi ia hanya menggembungkan pipi sambil menggeleng pelan dan berdecak sebal.

"Apa yang terjadi padamu cukup membuat heboh di kampus. Semua murid yang terlibat permainan konyol itu akan dihukum oleh pihak kampus, kecuali kau tentunya," kata Chanyeol.

"Benarkah? Dihukum bagaimana?" tanya Kyungsoo yang berpikir Baekhyun pun berarti terkena hukuman.

"Mereka kan sudah melanggar peraturan dengan masuk ke hutan tanpa diketahui dan diberi izin oleh pihak guru ataupun panitia. Terlebih lagi akibat kecerobohan mereka ada korban yang jatuh."

"Tapi kan Baekhyun juga korban."

"Dan dia juga bagian dari kelompok yang kabur dari perkemahan tanpa izin."

Kyungsoo hendak membuka mulut untuk membantah, tapi mengurungkan niatnya karena dia berpikir Baekhyun memang benar salah satu dari kelompok yang masuk ke dalam hutan saat itu. Meski agak sedikit kurang adil, batinnya, karena ia sendiri walau tidak ikut dan dianggap hanya korban tapi dia mengetahui yang kelompok itu lakukan dan tidak melaporkan pada guru atau panitia.

"Tapi seharusnya aku juga dihukum karena tidak melaporkan apa yang mereka lakukan," Kyungsoo berhenti mengunyah dan sedikit merasa bersalah. Seharusnya dia bisa menghalangi niat mereka, atau setidaknya melarang Baekhyun untuk ikut.

"Kau tidak dihukum. Walaupun menurut Suho sunbae apa yang kau lakukan juga salah. Seharusnya kau tidak bertindak sendiri dengan masuk kedalam hutan sendirian tanpa ditemani," jelas Chanyeol.

"Suho sunbae memang memintaku menunggu. Tapi aku tak tega jika harus membiarkan Baekhyun yang terdengar sudah sangat tersiksa saat di telepon terakhir kali," kata Kyungsoo menunduk sedih.

Chanyeol mengusap puncak kepala Kyungsoo lagi, "sudahlah tak usah merasa bersalah. Yang penting sekarang kau sudah selamat. Dan yang lain juga selamat. Ayo lanjutkan makanmu."

Kyungsoo lalu memaksa tersenyum dan mengambil lagi satu bakpau besar.

"Ngomong-ngomong kau pulang kapan?" Tanya Chanyeol lagi.

"Dokter sudah mengizinkan aku pulang besok jika kondisiku sudah lebih baik. Aku juga sudah bosan disini. Aku ingin pulang dan masuk kuliah. Sudah empat hari aku tak masuk, pasti banyak sekali tugas."

Ada suara ponsel berbunyi. Chanyeol merogoh saku celana jeansnya, "sebentar," katanya yang lalu berjalan keluar untuk mengangkat panggilan.

Tinggal Kyungsoo dan Kai saja di ruangan itu. Kyungsoo yang masih mengunyah bakpau mendadak sedikit salah tingkah karena keheningan tiba-tiba itu. Entah kenapa hanya di sebelah Kai mendadak dia tak memiliki topik untuk dibicarakan. Tapi Kyungsoo sadar Kai sedang memerhatikannya membuat dia malah merasa tak nyaman.

"Mau?" tanya Kyungsoo menyodorkan bungkusan yang berisi satu bakpau lagi agar memecah keheningan yang ganjil itu. Matanya membulat saat menawarkan bakpau hangat itu pada Kai.

Kai menggeleng sambil mendengus pelan seperti menahan tawa. Dia lalu memalingkan wajah ke TV membuat Kyungsoo melotot sebal. Tak lama kemudian, meski pintu ruangan dalam keadaan terbuka, terdengar suara orang mengetuk pintu dari luar.

"Masuk," kata Kyungsoo. Ia mengira pasti bukan Chanyeol karena tak mungkin untuk masuk kembali ia harus mengetuk pintu lagi. Dugaan nya benar saat seorang dengan postur jangkung berkulit pucat masuk membawa sebuah bungkusan di tangannya.

"Sehun sunbae?" tanya Kyungsoo sedikit terkejut.

Sehun berjalan menghampiri dan berdiri di sisi lain tempat tidur. Sementara itu, saat Sehun melangkah masuk, Kai memandangnya dengan ekspresi dingin.

"Anyeong, Kai," Sehun menyapa ramah pada Kai, dan tanpa menunggu balasan dia berpaling pada Kyungsoo, "bagaimana kabarmu? Maaf aku baru sempat menjenguk."

"Tak apa, aku mengerti kau mungkin sibuk, sunbae. Aku sudah lebih baik sekarang. Oh ya, terima kasih kau sudah menolongku lagi saat itu, Baekhyun yang bercerita," kata Kyungsoo, yang tiba-tiba merasa sumringah melihat kemunculan Sehun.

Sehun tak menjawab dan hanya tersenyum.

"Kulihat kau sudah makan. Tadinya aku membawakan ini untuk makan siang. Nanti saja kau makan," Sehun menyimpan bungkusan yang ia bawa di samping Kyungsoo.

"Apa ini?" tanya Kyungsoo penasaran, melongok ke dalam bungkusan.

"Sayap ayam."

"Benarkah?" mata Kyungsoo berbinar-binar, "aku suka sekali sayap ayam. Bolehkah aku memakannya?"

"Tentu saja."

Dan mereka semua yang ada di ruangan memerhatikan pasien yang mereka jenguk itu dengan tak sabar membuka bungkusan makanan dan mulai melahapnya. Mau tak mau Kai sedikit memberi senyuman singkat melihat kelakuan Kyungsoo itu. Namun demikian senyuman itu memudar ketika ia mengerling Sehun di hadapannya.

"Darimana kau tahu aku suka sekali sayap ayam, sunbae?" tanya Kyungsoo dengan mulut penuh makanan.

Sebenarnya ia sudah kenyang memakan tiga bakpau besar yang dibawa oleh Chanyeol tadi. Tapi adalah sebuah pengecualian jika ia disodorkan makanan favoritnya. Belum sempat dijawab Sehun, Chanyeol muncul dan masuk ke dalam ruangan.

"Sehun sunbae?" ia sedikit kaget melihat keberadaan Sehun, "apa kabar?"

"Kabarku baik, bagaimana denganmu, Chanyeol?" kata Sehun.

"Baik juga. Bukankah tadi ada rapat Yeonhab?"

"Betul. Tapi tidak lama karena Suho harus segera rapat dengan presiden mahasiswa dari kampus lain. Oh ya Chanyeol, kudengar kau dan Kai dua minggu lalu terlibat perkelahian dengan mahasiswa kampus sebelah, benarkah?"

Chanyeol dan Kai tampak terkejut mendengar Sehun tahu mengenai perkelahian mereka berdua dengan Jiyong dua minggu lalu. Setelah saling bertukar pandang, kemudian Chanyeol mengangguk.

"Hal itu cukup membuat susah karena presiden mahasiswa mereka mendadak membatalkan keikutsertaan dalam acara Campus Solidarity. Kalau kau tak keberatan, besok ku tunggu kalian di ruangan Yeonhab, ada yang ingin ku obrolkan mengenai masalah ini," kata Sehun, yang Kyungsoo sadari dia tak pernah mendengar Sehun berkata dengan nada serius seperti itu.

Sekali lagi Chanyeol mengangguk, "ne, sunbae," katanya. Berbeda dengan Kai yang hanya menatap dingin.

"Kau mau menghukum kami?" tiba-tiba Kai bertanya. Sebuah hal yang unik mengingat ini kali ketiga dia bersuara selama dia berada di ruangan ini.

"Kau tentu sudah tahu jika Yeonhab tak punya wewenang untuk memberi hukuman pada individu murid. Kalaupun harus dihukum, Dewan Sekolah yang akan memberikannya. Setidaknya jika memang harus dihukum, aku bisa membantu kalian agar hukumannya tidak berat," jelas Sehun.

"Kenapa kami harus dihukum? Itu semua bukan murni kesalahan kami," pungkas Kai.

"Lalu kau ingin anak kampus sebelah yang dihukum? Aku tak bisa memastikan apakah dia dihukum oleh dewan sekolahnya atau tidak."

"Yang berhak diberi hukuman adalah Jiyong. Kau sendiri tak tahu kan apa yang sudah dilakukan oleh orang itu?"

"Kai," bisik Chanyeol menyenggol tangan Kai, sadar kalau temannya itu sedikit agak kelewatan karena terus membantah.

"Apa aku harus tahu apa yang memang terjadi pada kalian? Apa aku berhak tahu urusan pribadi kalian?" tanya Sehun yang masih terlihat kalem.

"Kau berkata seolah itu semua murni kesalahan kami. Dan berpendapat juga karena ulah kami berdua, yang membuat acara kampus yang kalian adakan jadi berantakan. Bukankah begitu maksudmu?" nada Kai naik satu oktaf.

"Kai!" kata Chanyeol sedikit lebih keras.

Tapi Kai terlihat tak peduli. Dia menatap dingin pada Sehun, seperti seekor elang yang sedang mengintai mangsanya. Di sisi lain, Sehun tidak terlihat menunjukkan ekspresi kesal atau marah. Sebaliknya matanya masih memancarkan ketenangan. Kyungsoo sendiri hanya bisa menyaksikan dengan mulut sedikit menganga dan belepotan bumbu blackpepper, mata membulat sempurna, satu bagian sayap ayam di tangan kanannya.

Lalu Sehun hanya tersenyum.

"Ini bukan tempat yang tepat membicarakan hal itu. Aku mengharapkan besok kita lanjutkan pembicaraan ini," katanya dengan nada mengakhiri percakapan.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Kai berbalik dan langsung keluar tanpa pamit atau permisi.

"Hey, Kai," kata Chanyeol memanggil ke arah pintu. Kemudian dia kembali berbalik sambil menunduk dengan perasaan bersalah, "joesong habnida, sunbae, seharusnya dia tidak seperti itu."

"Tidak apa. Aku mengerti," kata Sehun, yang memberi senyuman ramah.

"Besok kau sudah bisa pulang, Kyung?" tanya Chanyeol menoleh pada laki-laki bermata bulat yang hanya melongo, yang seharusnya menjadi fokus utama di ruangan ini.

"Kuharap begitu," kata Kyungsoo meletakkan sisa sayap ayam.

"Baiklah, akan kujemput," kata Sehun dan Chanyeol bersamaan. Mereka berdua saling menatap setelah itu.

"Ya sudah," kata mereka lagi bersamaan, kemudian kembali saling menatap.

Kyungsoo melihat satu persatu dan berbisik, "tidak apa-apa, Baekhyun sudah bersedia menjemputku besok. Terima kasih sudah menawarkan. Kalian baik sekali."

Sehun dan Chanyeol kelihatan salah tingkah, saling berpandangan kemudian tersenyum sekilas. Setelah itu, Chanyeol pamit pulang dan segera berlari keluar menyusul Kai. Kini tinggal Sehun yang ada disitu. Sambil menghabiskan sisa sayap ayam, Kyungsoo menanyakan beberapa hal dan mereka terlibat obrolan seru. Meski sempat terjadi sedikit ketegangan tadi, tapi mereka mengobrol sambil terkadang tertawa-tawa seolah tak ada hal tak mengenakan terjadi.

[TBC]

*


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C5
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk