Unduh Aplikasi
20% MR. WILLIEM / Chapter 4: EKSEKUSI

Bab 4: EKSEKUSI

EKSEKUSI

Tampa basa-basi Ray langsung mendorong cewek tadi dan langsung jatuh ke kasur yang tidak ada empuknya itu.

Sang cewek tersenyum sombong karena akan dipuaskan, namun senyumnya pudar saat melihat Punjan membawa pisau yang panjang namun tidak amat lancip seperti pisau daging.

"Kau mau apa dengan pisau itu??". Punjan tidak langsung menjawab. Punjan langsung menekan pisau itu ke bagian dada sang cewek yang terekspos.

"Buat ini" ucap Punjan dengan ekspresi menyeramkan namun wajah tersenyum.

"Buat Williem, dia ga depet darah kemaren." Ucapan Ray melihat darah keluar pun mengambil wadah yang biasanya menjadi koleksi darah untuk sahabatnya Williem. Mengambil alat seperti selang di lemari dan menmasangkanya ke bagian dada yang terkena pisau oleh Punjan lalu menyedot darah agar keluar dan memasukkannya ke dalam wadah tersebut.

"Aaaaa.... Please stop it!!!..." Cewek itu berteriak sambil memegang dada yang disobek Punjan. Meringis kesakitan cewek ini berharap

"Gue.. nggak punya salah sama kalian ka..parat….". Ucap sang cewek terbata-bata karena pisau Punjan akan mengenai jantungnya.

Punjan tahu dirinya mau jantung itu jadi dia gak mau bunuh atau melukai pas bagian jantungnya, Punjan cuma mengecek apakah jantungnya bagus untuk dijual.

Ray melihat paha mulus cewek itu, langsung saja Ray gesekan dengan pisau yang tadi sambil bilang "Lo lancang banget tadi duduk di pangkuan gue. Gue ga suka!!!." Penekanan kata Sambil menekan pisau darah keluar. Sobek kulit mulus pahanya sobek, sakit yang dirasakan pada cewek yang sekarang hanya pasrah akan siksaan yang ia rasakan.

Hanya menangis yang ia bisa, berharap akan ada orang yang menolongnya, namun harapan itu tidak akan terjadi.

Belum juga dada dan kakinya sekarang yang menjadi korban tangannya.

Cewek itu merasa ada yang melukai jari-jari lentiknya dengan memotong bagian kuku jari demi Tuhan ini sakit. Kuku jari yang iya rawat sekarang sudah tidak ada hanya dengan sekejap mata.

"Ini buat lo yang tadi memegang dada gue. Najis tahu enggak".

Ia kembali menangis histeris dan mencoba berteriak meminta tolong karena mau keluar mencari pertolongan pun sudah tak sanggup ia lemas mungkin karena darahnya yang keluar dari dadanya yang begitu banyak.

"Jangan bunuh aku!!" permohonan yang sia sia.

Ray mengambil gunting di lemari, ternyata lemari William banyak benda tajamnya ya pikir Ray. Iyalah kan rumah psikopat. Saat Ray mencoba memilih benda tajam Punjan mencoba membedah kembali dada si cewek ini.

Ray menemukan gunting ia menekan gunting tersebut ke leher sang cewek dengan membuka gunting tepat di tengah leher si cewek yang lagsung mengeluarkan darah.

Sang cewek berontak namun sayangnya ajal menyemputnya saat setelah punjab mengambil jantungnya.

"Akhirnya dapat juga ni jantung!! Tunggu aku belum mencokel matanya". Punjan berjalan ke arah mata si cewek yang membuka serta melotot namun sudah tidak bernyawa saat ini Punjan akan mencokel matanya dengan pisau tadi.

"Lo ngapain bunuh dulu kaparat gue belum puas sama ni cewek!!." Ray sebenarnya pengen bunuh duluan eh kecolong ama Punjan.

"Gue tadi lihat jantungnya, bagus buat dijual gue ambil aja tu jantung. Eh lagsung mati lemah amat ni cewek" sambil mencokel mata kananya Punjan berbicara seperti itu.

Ya iya lah Punjan!!.. orang ga ada jantung ga bisa hiduppp.

"Pergi lu… gue belum puas ama ni cewek.. kenapa mata tu cewek lu cokel juga Punjan katanya cuma butuh jantungg??". Saat Ray akan memotong kepala si cewek dengan kapak yang ia pegang. Ray melihat Punjan yang sedang membersihkan bola mata dan lihatlah kedua matanya sudah hilang.

Ray gereget banget ama ni cowok satu, Ray kan cuma mau tengkorak ama pita suara ni cewek. Kenapa sekarang malah cacat beginiii!. Mana Punjan sok manis lagi.

Emang manis si Punjan.

"Terserah Punjan.., Punjan mau jantung ama mata dia doang tadi dia genit ama Punjan". Disaat seperti ini lihat Punjan yang sok manis mampu buat Ray pengen bunuh aja si Punjan.

"Pergi lu!!,, atau gue bunuh juga lu?,, gue jual tu organ organ lu kalo perlu!.." sambil menaikan suara Ray menyuruh Punjan keluar untuk yang terakhir. Kalo Punjan juga ga keluar, akan ada dua nyawa melayang hari ini.

"Oke,, Punjan pergi" tapi setelah melewati pintu keluar Punjan melanjutkan ucapannya.

"Mobil Punjan yang bawa" sambil teriak Punjan memasuki mobil berwarna hitam keluaran terbaru yang satu minggu lalu di beli oleh Ray.

"Emang Punjan ga tau diri ya, gue sumpahin lu nyunsep Punjan. eh tapi dia pakai mobil gue, gue sumpahin lu mati Jan biar gue bisa ambil tengkorak lu." Gerutu Ray, entahlah dia bicara dengan siapa, mungkin dengan mayat yang sudah hilang kepala ini atau dengan arwah si cewek.

Punjan meletakan jantung serta dua pasang bola mata yang ia wadahi di peti yang tadi Punjan ambil di lemari Williem. Punjan letakan di jok belakang kursi.

Lalu Punjan menelepon orang yang akan membeli jantung ini.

" dimana..?" tanyanya dalam telepon.

" gue ada organ "

"Tambahin,, gue ada bola juga buat lu."

" gue maunya 2M"

"Oke gue tunggu " tut. Bunyi ponsel Punjan, Punjan menunggu notifikasi masuk dengan menetuk-ngetuk stir mobil.

Ting!! notifikasi masuk, Punjan melihat bahwa ponselnya berbunyi ternyata orang yang akan membeli organya yang sudah mentrasfer dengan harga yang lumayan yaitu dua setengah juta Milyiar.

"Thanks broo udah lu lebihin." Ucap Punjan dalam room chat aplikasi di ponselnya.

Punjan melajukan motornya untuk ke tempat dimana akan ada pertukaran organ manusia. Sampai pada tempat dimana jauh dari permukiman daerah yang tidak dijangkau orang, hutan yang lebat terdapat pohon pohon lebat dan hanya orang tertentu yang paham akan letak bagaimana hutan ini.

"Nih" menggambil lalu peti di belakang dan menyerahkan ke penjual Organ

"Aku butuh satu ginjal kanan" bisik penjual organ

"Bentar"

"Dimana!!." Punjan menelepon Ray untuk menanyakan dimana jasat cewek berada.

"Lab"

"Gue butuh ginjal."

"Ga ada, udah gue cacah tuh cewek" setelah Ray menjawab bahwa tidak ada lagi organ yang harus dijual belikan, Punjan lagsung menutup teleponnya. Dan pastinya Ray akan mengumpati Punjan habis habisan disana.

"Shittt men !!!"

"Ga ada udah di cacah tu cewek sama temen gue. Kalo lu perlu, lu bunuh orang aja sendiri." Mencoba memberi intruksi kepada pembeli organ Punjan langsung bilang bahwa sudah tidak ada organ lagi.

Tampa pamitan Punjan menutup kaca mobil dan melanjutkan mobil Ray kembali ke markas. Ah tidak mungkin Punjan akan merayakan hari ini dengan meminum whisky di klub.

Dua setengah M boss ya kali ga foya foya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C4
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk