Bab 189: 189. Mendesak Ika

Pemandangan matahari terbenam terlihat sangat indah dari roof top café. Marshal memperhatikan matahari yang keemasan perlahan tenggelam. Udara menjadi lebih sejuk. Syukurlah sore itu tidak turun hujan.

Ika duduk di hadapannya sambil memperhatikan ponsel. Rambutnya yang gelap tergerai indah hingga ke bahunya. Hidungnya kecil dan sangat manis. Kulitnya tampak keemasan terkena cahaya matahari.

Bibirnya tipis dan terlihat sangat cantik jika sedang tersenyum. Sayang sekali si cantik sedang tidak ingin tersenyum saat ini. Baik tersenyum maupun tidak, Ika akan selalu menjadi wanita yang tercantik.

Marshal merasa bersalah karena ia pernah menjalin hubungan dengan Leona. Namun, tak ada penyesalan yang datang lebih awal. Ia akan menganggap semua itu sebagai pelajaran hidup.

Wanita yang kini ada di hadapannya masih menunjukkan raut wajah yang diliputi kesedihan. Sejak tadi mereka diam saja sambil menunggu pesanan makanan datang.