Unduh Aplikasi
12.96% MENGEJAR CINTA MAS-MAS / Chapter 14: MCMM 13

Bab 14: MCMM 13

Wuiih galak banget ya si Gladys

Bawaanya emosi melulu kalau ketemu Banyu

Hati-hati jatuh cinta, Dys.🤭

Ayo ditunggu vote dan komennya.

Biar author tambah semangat menulisnya

⭐⭐⭐⭐

Happy Reading❤

"Akhirnya neng Adis mampir juga ke resto ambu," sambut Vina, ibunya Khansa. "Kemarin pas soft launching kamu teh kamana, neng geulis? Ambu teh nungguin kamu datang. Padahal mami dan papi kamu datang lho waktu itu. Eta si abah juga nanyain kamu"

"Maaf ambu, waktu itu Adis harus menghadiri undangan fashion week yang disponsori perusahaan papi,"  Gladys memeluk Vina dengan perasaan sayang. Ibu sahabatnya yang sudah seperti ibunya sendiri. "Baru hari ini Adis sempat mampir."

"Memangnya neng Adis nggak kangen sama ambu? Nggak doyan lagi masakan ambu?" Vina sedikit merajuk.

"Tau nih, Mbu. Sekarang dia mah sok sibuk." Celetuk Khansa. "Tadi aja hampir batal dia datang kesini. Hanya gara-gara ribut sama .... " Gladys buru-buru membekap mulut Khansa.

"Apaan sih Dys? Kenapa gue nggak boleh ngomong?" Omel Khansa kesal. "Gara-gara elo, lipstik gue berantakan."

"Ah, lipstik lo berantakan bukan karena gue tapi gara-gara elo ci.... " Gantian mulut Gladys yang dibekap oleh Khansa. Untunglah saat itu perhatian teralihkan oleh kehadiran Banyu.

"Eh ada si kasep. Saha ieu neng Adis? Kabogohnya neng Adis ya? Siapa nama kamu Kasep? Sudah lama pacaran sama neng Adis? Pantesan aja neng Adis sekarang sibuk banget. Rupanya punya pacar baru." Celoteh Vina saat melihat kehadiran Banyu.

"Ambu, dia bukan pacar Adis. Dia itu temannya bang Ghif. Adis nggak kenal sama dia." Ucap Gladys kesal.

"Masa sih bukan pacar kamu? Kalian kelihatan cocok banget lho." Vina terus nyerocos tanpa menyadari wajah Gladys yang memerah.

"Ambu, katanya mau nyiapin masakan istimewa buat bang Ghif." Khansa langsung mengalihkan pembicaraan begitu dilihatnya wajah Gladys mulai memerah karena malu. "Banyu itu teman sekolah bang Gibran. Kebetulan bang Ghif ada urusan kerjaan sama dia."

"Oh iya, ambu kan sudah menyiapkan menu istimewa buat calon mantu. Sebentar ya. Kalian duduk di ruang VIP aja biar neng Adis nggak kegerahan. Neng Adis kan nggak bisa kalau nggak ada AC" Khansa langsung mengajak mereka menuju ruangan yang dimaksud

"Manja." Sindir Banyu pelan yang rupanya terdengar oleh Gladys yang berjalan di depannya.

"APA LO BILANG?!" tanya Gladys marah. "JAGA MULUT LO YA! MAKANYA PUNYA MULUT TUH DI SEKOLAHIN!"

"Dek, sudah ah jangan ribut melulu." Ghiffari berusaha menenangkan Gladys yang mulai emosi.

"Dia tuh yang seharusnya abang tegur. Bukan adek. Heran, kok ada ya orang yang menyebalkan kayak dia. Nggak tau malu. Cuma tukang kue aja belagu berani-beranian mengkritik orang." Omel Gladys sambil menarik kursi dan duduk dengan kesal. "Heran, ibunya ngidam apaan sih punya anak kayak dia."

"Sudah dong dek. Kita kesini kan buat makan siang, bukan buat berantem." Tegur Ghiffari.

"Abang kenapa malah ngebelain si tukang kue ini? Aku ini kan adeknya abang."

"Sorry ya kalau ada omonganku yang menyinggung perasaan kamu." Banyu meminta maaf.

"Sadar nggak sih lo kalau semua omongan lo dari tadi tuh semuanya menyinggung perasaan gue. Seenaknya aja lo bilang gue bukan anak kandung mami papi. Terus tadi lo bilang gue manja. Seenaknya aja elo menilai orang yang elo nggak kenal." Dengan kesal Gladys membeberkan segala kekesalan dia. Ghiffari dan Khansa berusaha menahan senyum mendengar ucapan Gladys.

"Kamu tau kenapa tadi aku ngomong kayak gitu di kantor bang Ghiffari? Soalnya setahuku keluarga kamu tuh ramah sama pegawai. Sementara kamu tuh dari tadi ketus sama aku dan si Hesti yang tadi mengantarkan minuman. Terus tadi aku bilang kamu manja, karena memang itu image yang kamu tampilkan sejak kita pertama bertemu di pernikahan Erick dan Qori." Jawab Banyu kalem. "Kalau menurut kamu, aku nggak kenal kamu. Bagaimana kalau sekarang kita mulai lagi dari awal."

"Ogah banget."

"Dek, jangan begitu dong kalau ada yang minta maaf. Kamu harus mau memaafkan."

"Kalau kata ibuku, Allah aja mau memaafkan hambanya. Masa kita yang hanya manusia biasa dengan angkuhnya menolak memaafkan." ucap Banyu. "Jadi kuharap kamu mau memaafkanku yang cuma tukang kue ini."

"Sok tua lo. Eh, elo emang sudah tua ya," sindir Gladys.

"Sudah ah, berantemnya lanjut nanti lagi setelah kita makan. Untuk berantem kan butuh energi." Khansa langsung memotong pembicaraan Gladys dan Banyu. "Liat nih, ambu sudah nyiapin nasi tutug oncom, nasi liwet komplit, karedok, sambel dadak, sate maranggi dan ada seblak. Nanti kalau sudah kenyang, boleh deh kalian lanjutin berantem."

"Neng Adis, jangan berantem lagi sama si kasep, atuh. Apalagi kalau nanti sudah jadi suami istri. Neng Adis teh harus nurut sama si kasep." Ghiffari dan Khansa tergelak mendengar ucapan Vina. Sementara itu Banyu mencoba menahan tawanya dengan menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Ambu, emangnya siapa sih yang mau kawin sama dia. Kenal juga nggak." Sungut Gladys. "Dia itu bukan siapa-siapanya Adis. Ogah banget deh Adis nikah sama dia."

"Jangan gitu neng Adis. Nggak ada yang tau soal jodoh. Semua itu rahasia Allah. Siapa tau sekarang neng Adis dan si Kasep berantem melulu, besok-besok malah pacaran dan akhirnya kawin. Ambu mah senang banget kalau neng Adis jadian sama si Kasep." Ucap Vina dengan polosnya.

"'Ambu jangan ngomong gitu dong. Itu mah sama aja ambu ngedoain Adis jadian sama si tukang kue ini." Rengek Gladys.

"Makasih ya, ambu sudah mendoakan yang baik-baik buat kami. Benar kata ambu, jodoh itu rahasia Allah. Tapi kayaknya tukang kue kayak saya mah nggak cocok sama anak manja kayak neng Adis." Sahut Banyu. "Nggak ada ceritanya kan tukang kue jadian sama tuan putri."

"Sudah ah Nyu, elo jangan ngeledekin adik gue terus. Liat tuh dia sudah mau nangis. Bisa bubar pelanggan resto kalau dia sampai nangis dan ngambek." Ucap Ghiffari. "Yuk, kita makan dulu."

"Neng Adis nggak nyobain nasi tutug oncom buatan ambu? Ini kan masakan kesukaan neng Adis. Biasanya neng Adis bisa nambah-nambah kalau sudah ketemu makanan ini." Tanya Vina saat melihat Gladys hanya makan sedikit, bahkan tidak menyentuh makanan yang terbuat dari nasi.

"Gladys lagi diet, Mbu." Jawab Ghiffari. "Sudah sebulan ini dia nggak mau makan karbo, kecuali pas hari minggu. Tadi Mami sampai secara khusus telpon Ghiffari supaya Gladys nggak skip makan siang."

"Ngapain sih elo pakai diet segala?" Tanya Khansa heran. "Elo merasa insecure sama body lo yang sudah proporsional ini? Kalau elo aja insecure gimana gue dan yang lain?"

"Proporsional gimana sih, Sa. Badan gue mungkin keliatan kecil, tapi berat. Itu artinya gue sudah mulai gendut, Sa. Kalau gue nggak workout dan jaga pola makan, dalam waktu sekejap gue bisa menggendut."

"Gendut itu lucu neng Adis. Nih, lihat badan ambu yang gendut. Si abah malah tambah sayang. Kata si abah, kalau ambu gendut itu artinya ambu bahagia. Nggak banyak pikiran, menikmati hidup dan selalu bersyukur."

"Dengerin tuh apa kata ambu, kamu harus bersyukur," bisik Banyu yang duduk di samping Gladys.

"'Hmm.. gue yakin pasti ada yang nyuruh elo buat nurunin berat badan ya?" Tebak Khansa. "Siapa Dys? Pasti cowok nih yang komen soal berat badan lo. Kalau cewek lain mana ada yang berani komen soal berat badan lo. Cewek lain mah minder ngeliat body lo."

Gladys diam tak menjawab pertanyaan Khansa. Sementara itu Banyu juga tak berkomentar. Ia terkejut, tak menyangka Gladys memikirkan komentarnya saat itu. Padahal komentar itu ia lontarkan hanya untuk meledek Gladys. Tubuh Gladys sama sekali tidak berat, bahkan terasa ringan dan pas berada dalam pelukannya. Sontak Banyu geleng-geleng kepala saat menyadari pikirannya yang mulai ngelantur.

"Kenapa lo, Nyu?" Tanya Ghiffari tiba-tiba dengan pandangan menyelidik.

"Nggak papa, Bang. Mendadak ingat sesuatu."

"Sesuatu apaan? Ada hal penting yang elo kelupaan?" Desak Ghiffari.

"Ah, cuma ingat kalau tadi ibu nyuruh gue telpon bokap. Tapi gue malas telpon dia. Elo tau lah Bang apa alasannya." Elak Banyu. Ya Allah maafin aku yang sudah berbohong.

"Elo masih belum bisa berdamai dengan bokap lo?" Banyu hanya mengangkat bahu tak peduli. Ghiffari mengerti kalau Banyu tak ingin membahas hal tersebut.

"Ambu masakannya enak banget." Banyu langsung mengalihkan pembicaraannya. "Rugi banget sudah jauh-jauh kesini kalau nggak nyobain masakan ambu."

"Beneran masakan ambu teh enak, kasep?" Vina tampak berbunga-bunga mendengar pujian Banyu. "Sok atuh nambah lagi. Kamu juga Ghiffari. Ambu khusus masak sate maranggi kesukaan calon mantu."

Sementara itu Gladys hanya bisa cemberut melihat yang lain makan dengan lahap. Semua makanan yang ambu siapkan sebenarnya makanan favoritnya juga. Namun karena mulut tajam seseorang, membuatnya harus menahan diri. Diliriknya Banyu yang sedang menambahkan nasi liwet ke piringnya. Tiba-tiba Banyu menoleh ke arahnya dan tersenyum manis serta mengedipkan sebelah matanya.

"Kalau kepengen, makan saja. Nggak usah ditahan-tahan. Makan nasi sesekali nggak bikin kamu gendut kok. Lagipula sedikit menggendut bagus kok buat kamu. Biar badan kamu sedikit lebih berisi. Biar nggak jadi omongan orang. Masa anak seorang konglomerat badannya kurus kering kayak nggak dikasih makan."

"Eh, ini tuh bukan kurus kering ya, tapi LANGSING. Dasar elonya aja yang nggak ngerti trend anak muda jaman sekarang. Cewek jaman sekarang tuh body goalsnya tinggi langsing."

"Kamu itu langsing tapi sayangnya kamu nggak tinggi." Balas Banyu.

"Tuh, abang dengarkan apa yang dia bilang. Gimana adek nggak marah kalau dari tadi omongan dia tuh menyinggung perasaan terus." Adu Gladys pada Ghiffari yang duduk di hadapannya.

"Lho, yang aku bilang ini kenyataan kan. Kamu itu memang nggak tinggi." Ucap Banyu tak mau kalah. "Kamu tuh imut," bisik Banyu.

"Sa, biasanya yang sering berantem model gini nantinya malah saling jatuh cinta dan mungkin saja akan berakhir di pelaminan." bisik Vina pada Khansa dengan suara yang masih bisa terdengar oleh Gladys.

"Astaga ambu... Adis mah nggak mau deh nikah sama dia." Ucap Gladys tegas. "Bang, catat ya ucapan adek bahwa sampai kapan pun adek nggak bakalan nikah sama si tukang kue ini."

"Hati-hati nona Gladys, jangan takabur. Nanti kalau jatuh cinta beneran sama tukang kue gimana?" Ledek Banyu. "Awas ya, aku nggak tanggung jawab lho kalau nanti kamu kepengen nikah sama aku."

"Dasar tukang kue jeleeeek!!!"😡😡

⭐⭐⭐⭐

Jangan lupa ya vote dan komennya. Kalau yang komen sedikit, author jadi malas update🥺🥺


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C14
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk