"Ki!"
"Ah, apa?"
Pemuda yang berada di hadapan Yuki memijat pelipisnya, pening. Kemudian ia menghembuskan nafas nya.
"Lo kenapa? Ada masalah lagi."
Yuki menggelengkan kepala nya. Ia tak mau merepotkan teman-temannya.
"Gimana kalau nanti malam kita ke pasar malam aja. Mungkin bisa balikin mood Yuki lagi setuju?" ucap gadis yang berada di samping Yuki, Naomi.
Gadis yang berada di depan Naomi menutup buku yang ia baca kemudian menganggukkan kepalanya. Iya mereka saat ini sedang berada di perpustakaan sekolah. Seperti inilah kegiatan mereka, waktu dua puluh menit yang diberikan sekolah untuk merefresingkan otak. Mereka gunakan untuk belajar atau hanya sekadar membaca novel. Dan berakhir Naomi yang akan mengeluh karena pusing membaca buku.
"Sepuluh menit lagi masuk ngak ada niatan mau kekelas nih?" tanya Aiko.
Naomi menganggukkan kepalanya. "Yaudah, ayo kekelas masing-masing. Kasian sama otak kalian di isi sama hafal dan rumus terus."
Yuki, Mark, dan Aiko menggelengkan kepalanya akibat mendengarkan keluhan seorang gadis imut itu.
••
••
••
Pada malam hari yang indah.
Disinilah mereka, berada di pasar malam. Yang tengah ramai. Mereka melihat-lihat pemandangan indah pasar malam, dan sesekali memainkan permainan yang berada di sana.
Sampai...
Yuki melihat seseorang yang sangat ia kenali.
"Ki." Mark sedikit menoleh ke arah yang hyunsuk lihat.
"Mi, Ko. Berhenti dulu coba." Aiko dan Naomi mengernyit bingung namun kedua nya mengangguk dan berhenti. Aiko dan naomi5 yang tengah bingung kini menoleh ke arah yang di lihat Yuki dan juga Mark.
Naomi membelalakkan matanya. Gila! Itu Leo, pacar Yuki yang kini tengah suap suapan permen kapas dengan ehm.... Adik sepupu Naomi?
Yuki yang melihat itu tersenyum kecut. Sang pacar dan sahabat pacar nya kini bercanda riang dengan sesekali bersuap-suap ria permen kapas yang mereka bawa.
"EIJI!" Teriakan aiko merebut atensi semua orang, termasuk leo dan juga orang yang di sebut dengan nama Eiji, atau yang biasa di panggil dengan sebutan Eji.
Dari sebrang sana dapat yuki lihat, leo sangat terkejut melihat sosok diri nya. leo seperti habis ketahuan 'selingkuh'.
Aiko yang saat ini tengah marah ingin menghampiri eji tapi mark menahan tangan nya lebih dulu. "Jangan gegabah ko."
"Gegabah gimana mark! leo selingkuh! Itu juga sama sepupu gue!"
"Ko tenang." kali ini yuki menenangkan aiko, aiko gadis itu sedikit berkaca-kaca. Ia tidak tega melihat Yuki menderita begini. Ini salah nya, kenapa ia tidak tau bahwa sepupunya adalah biang kerok yang selama ini membuat yuki galau dan juga sedih.
"Maaf."
Eiji dan juga leo menghampiri mereka ber-empat. Eiji hendak memegang tangan aiko, tapi Aiko menepis kasar tangan adik sepupunya.
"Kak aku bisa jelasin." ucap Eiji.
Plak!
Tamparan itu seakan mengema dipasar malam yang sangat ramai ini. Semua orang yang sedang bersenang-senang menghentikan kegiatan mereka dan menonton kemarahan seorang Aiko.
Eiji tak percaya ini. Kakak sepupu yang selalu menyayangi nya kini menampar pipinya. Hingga memerah.
"Ko, tenangin pikiran lo!" kesal naomi.
"NGAK BISA MI! Orang ini yang selalu buat yuki galau, orang ini yang selalu buat yuki nangis tiap malam. Dan orang ini adalah sepupu gue!!" aiko berteriak marah. Ia benar benar marah kali ini.
"Tenang ko. Kita dilihatin banyak orang." kali ini bukan mark atau pun Naomi, melainkan Yuki sendiri.
"Ngak bisa ki! Orang ini udah buat lo menderita! Lo ngak capek apa!"
"AIKO, DIA SEPUPU LO! DAN MEREKA CUMA TEMAN! I'm fine ko. Jadi jangan khawatirin gue."
Aiko menatap Yuki tak percaya. Yuki membentak diri nya hanya karena sepupunya?! Hell?! Aiko langsung pergi dari kerumunan banyak orang itu.
"Leo mending lo bawa Yuki pulang. Kelarin dulu urusan kalian." ucap mark.
"Dan lo Eiji. Lo ikut kami." ucap naomi.
"BUBAR KALIAN SEMUA!" teriak mark.
•••
•••
•••
Disinilah yuki. Berada di dalam mobil sang pacar, Leo.
Leo mengengam stir mobilnya erat. "Maaf, aku ngak bermaksud buat nyakitin hati kakak." sesal leo.
Yuki saat ini diam. Ia sedikit tak percaya namun ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Kekasih nya lebih bahagia bersama sang sahabat di banding kan diri nya.
"Kak."
"Antar aku pulang aja."
Leo mengangguk pasrah. Ini salah nya membuat kepercayaan Yuki hancur terhadap nya. Apa yang ia harus lakukan?
•••
•••
•••
Setelah sampai di kediaman yuki. Yuki tak banyak bicara, dan langsung pergi ke dalam rumah nya. Leo menghela nafas nya dan beranjak pergi darisana.
Disana Yuki tetap berdiam diri di depan pintu rumah nya. Ia tak bergeming sama sekali.
Cklek
"Kamu darimana sayang?" ucapan itu terlontar dari mulut sang mama.
"Keluar, sama teman."
Mama yuki hanya menganggukkan kepalanya, kemudian memberi ruang untuk yuki masuk.
"Ehm. Papa belum pulang, ma?"
Sang mama menoleh ke arah Yuki kemudian tersenyum. "Belum."
Yuki menghela nafas nya. Papanya selalu pulang malam. Dengan alasan 'kerja'. Tidak ada yang tau pasti apakah papanya benar-benar bekerja? Bagaimana bisa papanya begitu lama bekerja? Ia selalu pulang jam lima pagi dan kembali bekerja pada pukul setengah tujuh. Yang benar saja! Walaupun lembur, pasti tidak akan selama itu! Lagipula, ia tau kapan jam pulang kerja papanya. Papanya telah berbohong pada dirinya dan juga mamanya.
Ia tau dan mamanya juga tau, bahwa papanya menginap di rumah istri muda. Iya istri muda, papanya telah menikah kembali. Ia tau itu, ia pernah melihat surat pernikahan sirih papanya. Mamanya selalu menutup-nutupi semuanya. Tapi percuma, yuki sudah tau itu semua.
Kenapa hidupnya begitu menyedihkan? kenapa, kenapa?! Selalu saja, selalu seperti ini. Ia lelah, lelah dengan semuanya. Dengan kepura-puraan. Ia lelah harus berpura-pura bahagia nyatanya ia bersedih. Ia lelah harus berpura-pura tersenyum padahal nyatanya ia menangis, Ia lelah berpura-pura seakan tidak terjadi apa-apa padahal nyatanya banyak kejadian pahit yang mendatanginya. Ia lelah, lelah akan semuanya.
Ia selalu berpikir, bagaimana kalau ia mati? Tapi nyatanya ia tak bisa, ia tak sanggup. Ia masih punya mama yang harus ia rawat, ia masih punya cita-cita yang harus ia kejar. Ia lelah, ia ingin menyerah tapi ia berpikir sebelum melakukan semuanya. Ia tau tuhan tuhan itu adil, ia tau. Karena dulu ia pernah merasakan kebahagiaan. Setiap orang pasti pernah merasakan kepedihan, duka, dan juga kepahitan dunia. Ia tau, semua orang pasti akan melewatinya. Walau tidak tau itu kapan.
Pada akhirnya ia bertahan, bertahan untuk semuanya. Ia bertahan untuk menyatukan kembali ke dua orang tuanya. Ia masih ingat bahwa, di atas penderitaan seseorang pasti akan ada jalannya. Ia pasti akan bahagia. Pasti. Ia akan tetap bertahan hingga waktu bahagia itu kembali, seperti dulu lagi. Walau benar-benar tak sempurna.