Kinan berusaha menghentikan tangisannya dengan terus mengusap air matanya.
Tak lama lelaki itu mengulurkan sapu tangan tepat di depan wajah kinan.
Kinan langsung melihat itu dan dengan sopan menolak.
"Oh terimakasih, tidak perlu".
Tapi tangan itu tidak juga turun, lelaki itu tetap mengulurkan tangannya seperti memaksa ingin memberikan sapu tangan itu untuk kinan.
Kinan akhirnya menerima itu dan mengusap air matanya dengan perlahan sambil melatih nafasnya agar sedikit relax.
Kinan kemudian melihat ke arah lelaki yang duduk disampingnya tanpa berkata apa-apa, lelaki itu tinggi, rambutnya sangat rapih dengan pomed, wajahnya yang bersih membuat ia begitu terlihat segar untuk ukuran waktu yang menunjukan tengah malam saat itu, dia sangat tampan itu yang pasti.
Itulah pandangan pertama kinan menilai lelaki yang saat ini bersamanya duduk tengah malam di sebuah halte di tengah kota jakarta.
"Disini tidak akan ada bus yang menuju ke rumahmu".
Tiba-tiba saat kinan memandangi lelaki itu, kinan di buat terkejut karena lelaki itu berbicara dan yang dia bicarakan soal bus yang kinan tunghu disana tidak akan menuju rumahnya.
"A...apa???? apa maksudmu??? apa kamu tahu rumahku dimana??? siapa kamu???".
Kinan terbata-bata menanyakan semua itu pada pria yang tidak ia kenal.
"Sudahlah, aku sudah memanggilkan taksi untukmu, pulanglah dengan aman dan jangan berpikir terlalu banyak malam ini. Cukup pulang dan tidur dengan nyenyak, anggap yang terjadi malam ini hanya mimpi bagimu".
Lelaki itu berbicara seakan mereka sangat akrab, nada bicaranya seperti kinan kenal dan suaranya tidak terdengar asing bagi kinan.
Tapi kinan kemudian menepis semua pikirannya, dia benar-benar tidak mengenal lelaki itu.
Tapi bagaimana dia seperti sangat mengetahui tentang kinan dan tahu apa yang sedang terjadi pada kinan malam itu.
Saat kinan bahkan belum sempat menjawab perkataan lelaki itu taksi yang di maksudkan telah datang untuk membawa kinan pulang.
Lelaki itu meraih tangan kinan dan menuntunnya masuk ke dalam taksi
Kinan seperti di hipnotis menuruti saja apa yang di perlakukan oleh lelaki itu padanya.
Lebih tepatnya kinan sendiri tidak merasa asing dengan suara, bau wangi, dan sentuhan tangan lelaki itu padanya saat menuntunnya masuk ke dalam taksi yang akhirnya membuat kinan menuruti semua kata-katanya.
Kinan tiba di rumahnya dengan selamat, bahkan taksi online itu tidak bertanya kepada kinan dimana alamatnya, supir itu seperti tahu sendiri kemana dia harus mengantar penumpangnya saat itu.
Saat kinan sadar telah tiba di rumahnya karena semua lamunannya selama oerjalanan dia bertanya.
"Maaf pak, tapi dari mana bapak tahu alamat rumah saya, saya bahkan belum memberikannya pada bapak tadi?????".
Sebelum turun kinan sempat menanyakan pertanyaan yang dengan mudah di jawab oleh supir itu.
"Dari pria tampan yang tadi menemani nona masuk ke dalam mobil ini, dia yang memesan langsung taksi saya karena tadi saya sempat menelponnya sebelum jalan menjemput nona di halte tadi".
Supir itu menjelaskan dengan jelas pada kinan.
" itu artinya bapak memiliki nomor handphone pria itu?".
Kinan bertanya kembali pada supir itu karena merasa aneh, kenapa lelaki yang bahkan belum pernah bertemu dengannya tetapi bisa tahu alamat rumahnya yang dia sendiri belum tahu pasti nama alamat dari rumah yang saat ini dia tempati.
Kinan akhirnya mendapatkan nomor telepon pria misterius itu dan menyimpan di ponselnya.
Malam berlalu begitu berat bagi adam dan kinan.
Pagi hari menyambut dengan semua kekacauan dalam hati mereka berdua.
Semua yang telah terjadi semalam begitu tiba-tiba dan menghancurkan kebahagiaan yang baru saja kinan rasakan beberapa saat.
Yang terjadi semalam benar-benar meninggalkan luka yang teramat dalam dihati kinan.
Ia telah dihina sedemikian rupa oleh keluarga adam, ayahnya, tantenya dan juga pria yang mirip sekali dengan ayahnya ikut memiliki andil menyakiti hatinya semalam.
Saat kinan tenggelam dengan semua ingatannya tentang keributan yang terjadi semalam, seseorang menekan bel gerbang kinan berkali-kali.
Kinan tersadar dan segera keluar dari kamarnya.
"Siapa yang berisik sekali pagi-pagi begini".
Kinan membuka pintu sambil mengambil kunci gerbangnya untuk melihat siapa yang menekan belnya dengan sangat tidak sabar pagi buta seperti saat itu.
"Bayu???????".
Kinan sangat kesal setelah melihat orang yang sedari tadi menekal belnya berkali-kali.
"Apa yang kau lakukan pagi buta seperti ini, bahkan kau punya kunci gerbangku juga, kenapa kau tidak buka sendiri dan masuk ke dalam. Kau bahkan sering masuk kamarku tanpa permisi. Apa-apaan sekarang yang coba kau lakukan, menekan bel seperti orang penagih hutang".
Kinan sedang dalam situasi yang tidak baik, marah-marah pada bayu di pagi hari mampu membuat hatinya sedikit lega.
Bayu diam saja kinan memarahinya terus menerus. Tidak berhenti sampai disitu. Kinan marah kembali ketika bayu memakan roti yang ada di meja makannya yang tinggal ada satu lapis lagi.
Itu adalah roti terakhir untuk sarapan kinan. Kinan sangat berlebihan marah kepada bayu gara-gara satu roti itu.
"Bayu, apa lagi ini,,,, itu sarapan terakhirku, aku tidak memiliki stok roti lagi di rumah, aku malas untuk keluar membelinya dan bahkan aku tidak ingin keluar hari ini untuk membeli apapun, dan kamu memakan habis semua roti itu????".
Kinan melampiaskan semua kekesalan yang sedari malam ia pendam sendiri dalam hatinya.
"Apaan, roti ini hanya satu lembar kau tahu???? aku hanya memakan itu dan apa kesalahanku sampai kau memarahiku habis-habisan sepagi ini, aku yang akan membelikanmu roti baru hari ini, kamu tidak perlu repot-repot keluar di hari liburmu. kamu puas sekarang?".
Bayu menanggapi amarah kinan dengan meninggikan suaranya. Kinan yang melihat bayu berbalik marah padanya menjadi sangat kesal dan memukul-mukul punggung bayu dengan sangat kencang hingga bayu kesakitan menerima itu.
Tapi bayu hanya diam saja menerima itu dari kinan, bayu tahu betul kinan butuh sesuatu untuk melampiaskan rasa sakit dihatinya agar tidak menjadi beban yang tidak berkesudahan.
Dan bayulah orang yang tepat menerima kekesalan kinan karena dia adalah sahabatnya, baik dalam suka ataupun duka seperti yang sedang kinan alami sekarang..
Lama kelamaan pukulan kinan terasa melemah oleh bayu. Kemudian bayu membalikkan tubuhnya dan mendapati kinan sedang tertunduk dengan air mata yang terbendung di kedua bola matanya.
Tangan bayu segera meraih tubuh kinan dan memeluknya dengan sangat erat.
"Keluarkan saja air mata itu, tidak perlu kau tahan, selama itu hanya dihadapanku, kau bisa menangis sesukamu, kau bisa teriak sepuasmu, kau bisa mencaciku semaumu. Hanya jika dihadapanku".
Kinan mendengar kata-kata ajaib itu dari sahabat baiknya dan tidak lagi mampu menahan rasa sedihnya yang sudah ia tahan sekeras mungkin.
Suara tangisan kinan mengisi ruang di rumah itu, Bayu terus menepuk punggung kinan agar sahabatnya itu merasa tenang.
Tanpa kinan dan bayu sadari, karena pintu rumah masih terbuka dan gerbang yang juga masih terbuka karena kinan marah-marah saat bayu memasuki rumahnya. Diluar sana Adam berdiri menyaksikan adegan kinan yang di peluk oleh bayu, fokus adam bukan pada adegan itu saja, tapi pada suara tangisan kinan yang sangat menyiratkan kesedihan dan kesakitan dalam hatinya.
Adam sadar betul ia telah memberikan luka yang lebih dalam dari sebelumnya di hati kinan. Kinan pasti sangat sakit hati atas semua yang di katakan oleh ayah dan saudaranya semalam.
"Betul,,,,,, aku hampir lupa,,,,,, kinan memiliki bayu untuk melepaskan kesedihannya, untuk menghapus air matanya, aku hanya bisa memberikan luka untuknya, memberikan kesedihan yang membuatnya akan semakin terpuruk. Aku tidak berguna untuknya saat ini. Kedatanganku saat ini hanya akan membuatnya semakin sedih".
Kemudian adam membalikkan badannya dan masuk ke dalam mobilnya dengan cepat karena khawatir kinan menyadari keberadaannya.
Didalam rumah, air mata kinan sudah tidak sederas sebelumnya. Kinan bangkit dari pelukan bayu.
Bayu segera melihat wajah kinan dan menghapus air matanya dengan sangat hati-hati.
"Apa sekarang sudah baikan?".
Bayu sambil bertanya kondisi kinan saat sedang menghapus air mata yang tersisa di pipi sahabatnya itu.