Rain menghela napas dan menuding perut Jeanna. "Kau benar-benar keras kepala. Kau bahkan belum lahir, tapi kau sudah sekeras kepala ini?" omel Rain.
Mengejutkan Rain, di depannya, Jeanna tersenyum geli. Gadis itu … tersenyum, meski masih sambil meneteskan air matanya. Namun kali ini … senyum itu bukan senyum kosong atau senyum yang dipaksakan.
"Lalu, sekarang apa lagi yang ingin dia lakukan?" tanya Rain pada Jeanna. "Bayi di perutmu itu. Apa yang dia inginkan sekarang?"
Pipi Jeanna tampak memerah dan gadis itu menunduk menatap perutnya. "Itu …"
"Kurasa, dia pasti ingin bermain game," cetus Zee, menyela kalimat Jeanna.
Rain menatap Zee kesal. "Itu kau."
"Jeanna, kau tidak lupa jadwal kita, kan?" singgung Zee. "Dan, kau." Zee menatap Rain. "Kau jangan mengganggu. Hari ini ada event penting di game-nya."
"Aku tidak peduli dengan game-mu. Lagipula, hanya kau yang bersenang-senang di sini. Jangan memaksa Jeanna melakukan hal yang tak dia sukai," sengit Rain.