Jeanna berhenti melangkah di depan tangga ketika Rain lewat di depannya. Pria itu tak sedikit pun menoleh padanya. Jangankan menoleh, melirik pun tidak. Dan entah kenapa … dada Jeanna terasa sesak ketika pria itu melewatinya seperti itu.
Namun, apa yang Jeanna keluhkan? Siapa yang Jeanna protes? Bukankah dia tahu lebih baik dari siapa pun, siapa Rain? Pria itu adalah pangeran berhati es, yang sayangnya, mampu membuat jantungnya berdebar.
Bagaimana Jeanna bisa berakhir memiliki perasaan seperti ini pada pria sedingin Rain? Jeanna benar-benar yakin jika dirinya sudah gila.
Jeanna menggeleng untuk mengusir pikiran gilanya itu. Hingga senggolan keras dari belakang membuat Jeanna nyaris tersungkur ke depan. Jeanna sudah berbalik untuk meminta maaf, tapi sebuah tamparan mendarat di pipinya.
"Apa kau tidak punya mata, hah?!" bentak orang yang menabraknya tadi.