Unduh Aplikasi
16.7% Mantan suami atau mantan pacar / Chapter 81: Dia pergi untuk selamanya

Bab 81: Dia pergi untuk selamanya

Ivanka hatinya hancur, tangisnya pecah. Di luar ruangan itu dia menyaksikan dokter berusaha membuat jantung Riqky berdetak lagi.

"Ivanka, dimana Riqky ?"

Mamah nya Riqky tiba dengan muka yang pucat dan kacau.

"Tante..."

Ivanka menunjuk ke kaca.

Pecah lah tangis kedua wanita itu. Mereka saling berpelukan untuk menguatkan satu dengan yang lain nya.

Lalu mereka juga menyaksikan dokter menggelengkan kepalanya dan suster menutup Riqky dengan selimutnya.

"Qq... jangan !!!" Ivanka berteriak kuat.

Mamah Riqky tiba-tiba jatuh pingsan. Beruntung papah Riqky sigap.

"Biar om yang mengurus tante."

"Suster, tolong istri saya pingsan"

Suster yang melihat nya langsung menyiapkan roda dan membawa ke ruang UGD.

Sementara Ivanka terduduk lemas di lantai. Melihat dokter keluar, Ivanka langsung berdiri.

"Dok, bagaimana keadaan Qq?" ucapnya dengan penuh harap akan mendengar keajaiban.

"Maaf kami sudah berusaha."

"Tidak dok, dia masih sangat muda. Dia sangat berprestasi dan dia sangat baik. Ayo dok, coba lagi. Berusaha lebih lagi. Saya mohon dok."

"Tenang de..iklaskan lah. Ini sudah kehendak yang maha kuasa."

"Tidak dok, ayo masuk Lagi. Coba lah lebih keras." ucap Ivanka dengan tangisan dan dia menarik tangan dokter masuk ke dalam ruangan itu.

"Dok, cepat lakukan sesuatu."

Ivanka mendekati tubuh Riqky dan membuka kainnya.

"Bagaimana dia akan bernafas jika kalian menutup nya semua!!!"

"De...cobalah untuk tenang."

Dokter dan suster mencoba membuat Ivanka tenang.

Mereka meninggalkan Ivanka yang menangis semakin keras.

"Qq bangun!! Ada aku di sini. Lihatlah !!!

Buka mata mu jangan membuat ku marah. Lihatlah aku sudah menangis. Kamu bilang kamu tidak suka melihat ku menangis. Bangun lah dan hiburlah aku."

"Qq.. bangun lah. Ku mohon jangan tinggalkan aku."

Ivaka menggoyangkan badan Riqky dengan menagis keras. Dia lalu memeluk nya dan menagis keras di atas dada Riqky.

Dari luar papah nya Riqky menyaksikan semua itu. Dia pun merasa yang sama. Sangat kehilangan anak semata wayang nya itu. Dia pun tak kuasa menahan tangis lagi.

Ivanka tetap berada di sana. Dia masih menangis di dada Riqky. Berharap Riqky akan membuka matanya. Dia mengoceh sambil menangis. Dia berharap seperti di film-film, dimana tiba-tiba akan ada keajaiban dan Riqky akan menyapanya.

"Ivanka... seperti nya kita harus merelakan nya." ucap papah nya Riqky.

"Kami akan membawa nya pulang ke cirebon dengan ambulan. Om sudah menyiapkan semuanya. Kalau mau mari ikut mobil kita, kita akan mengawalnya bersama."

Ivanka tidak menjawab nya. Saat ini pikiran nya kacau. Dia hanya fokus dengan jenasah Riqky.

Lalu petugas berbaju putih mendekati nya

"Maaf de, kami akan mengangkat jenasah ini."

"Tidak!!! Dia akan kembali. Tunggu lah!!"

Lalu datang mamah nya Riqky memeluknya.

"Sayang... kita harus membawa nya."

"Kemana Tan, aku akan berada di samping nya. Saat dia bangun, dia akan melihat ku. Dia pasti senang. Dia..sangat... mencintai ku Tan. Apapun yang ku pinta, dia akan memberikan nya untuk ku. Selama ini aku tidak pernah meminta apapun dari nya, dia pasti senang aku akhirnya meminta sesuatu darinya Tan."

Kedua wanita itu menangis bersama.

"Ivanka, ayo ikut mobil kita. Kita akan mengawal mobil ambulance ini dari belakang."

"Tidak, aku akan tetap disampingnya."

Mereka akhirnya menyetujui Ivanka.

Jenasah Riqky langsung di bawa ke rumah duka di cirebon.

Saat tiba di rumah duka, Ivanka tiba-tiba jatuh pingsan.

Tony dan Budi yang melihat hal itu langsung mengangkat. Mereka membawanya keruang istirahat.

Satu jam kemudian Ivanka tersadar lagi.

"Bud, dimana Riqky?"

Ivanka langsung berdiri dan keluar ruang istirahat itu. Dia melihat Riqky sudah didalam sebuah peti. Dia berjalan mendekati nya, dia hanya duduk di samping peti itu dan menatap Riqky. Air mata nya tidak berhenti mengalir. Beberapa sahabat baiknya mencoba untuk menenangkan nya tapi Ivanka mengacuhkan mereka, seakan hanya ada dia dan Riqky disana.

Ivanka seperti mayat hidup. Dia hanya terdiam dan bersandar di peti itu. Dan saat peti itu hendak di tutup Ivanka bahkan meronta.

"Jangan di tutup, Qq akan bangun. Qq bangunlah." Ivanka berteriak seperti orang gila .

Karena tidak makan atau minum apapun Ivanka pun jatuh pingsan lagi.


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C81
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk