Tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam melamun dikursi yang berada di depan ruangan rawat Mara saat ini. Dirinya memikirkan bagaimana pria itu yang merasa belum pantas untuk bertemu dengan putri kandungnya sendiri setelah sekian lamanya. John hanya merasa bahwa apa yang dikatakan oleh wanita yang dicintainya itu memanglah benar.
"Maafin ayah, Via," lirihnya dengan kedua mata yang sudah memerah hendak menangis. Seketika ia merasa bahwa dirinya memang benar-benar tidak pantas untuk disebut sebagai seorang ayah bagi anak gadisnya itu.
Kedua tangannya mengepal kuat, ia melamun membayangkan bagaimana Via setelah mengetahui semuanya. Pasti akan sulit bagi anak itu menerima kenyataannya, bahwa seseorang yang saat dulu selalu datang ke Rumahnya dan mengajaknya bermain, mengantarkan Sekolah, lalu perhatian-perhatian khusus ternyata adalah orang yang selama ini selau dicarinya oleh gadis itu.