Saat ini Gray masih berada di depan ruang operasi dengan kaki yabg ditekuk. Ia duduk meringkuk di sudut lorong sendirian, tidak ada seorangpun yang memperdulikan keberadaannya membuatnya semakin sakit. Ia menangis dalam diam dan setelahnya tidak lama kemudian ia beranjak dari sana.
Kakinya melangkah menyusuri setiap lorong rumah sakit dengan luka di wajahnya. Napasnya yang tidak beraturan membuatnya sedikit susah untuk bernapas dan berjalan seperti saat ini cukup membuatnya lebih sulit lagi untuk bernapas.
Walaupun demikian, ia terus memaksakan dirinya untuk terus berjalan. Para suster dan dokter mencoba untuk membujuknya supaya luka yang ada pada wajahnya diobati segera yang tentunya Gray tidak menginginkan hal itu. Ia menolak tawaran orang-orang yang menawarkannya untuk berobat. Kakinya terus melangkah tanpa arah yang sesekali ia memegang dinding-dinding yang ia lewati karena rasa pusing kini melanda.