Si Harimau Buas tidak mau memberikan kesempatan kepada lawan. Dengan gerakan yang lebih cepat daripada sebelumnya, ia kembali melancarkan serangan menggunakan tongkat yang kerasnya seperti baja itu.
Kelebatan bayangan tongkat telah menyelimuti angkasa raya. Ia menyerang dengan sekuat tenaga. Hawa tongkat semakin menyebar dengan luas.
Tubuh orang tua yang menjadi lawannya kebingungan. Ia tidak bisa melihat mana serangan yang sebenarnya. Ia hanya merasakan adanya ancaman maut yang terus mengincar seluruh bagian penting di tubuhnya.
Harimau Buas tidak pernah berhenti menyerang. Sebagai seorang petinggi dari sebuah partai terbesar yang terdapat di Tionggoan, tentu saja kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.
Deru angin tercipta semakin kencang. Serangannya makin gencar. Pihak lawan mulai terdesak. Padahal pertarungan di antara mereka baru saja berlangsung.