Unduh Aplikasi
17.19% Konsekuensi / Chapter 65: Jawab Saja Pertanyaanku!

Bab 65: Jawab Saja Pertanyaanku!

Melihat dirinya sendiri semakin direndahkan, Raya lebih memilih pergi dan membuat dirinya seolah mengalah, meski pada kenyataannya ia memang kalah. Jhana hanya bisa tersenyum melihat itu dan langsung merapikan kotak-kotak perhiasan Bunga.

Setelah memastikan bahwa keadaan sudah aman, Jhana kembali mengambil amplop coklat itu dan menyembunyikannya di badannya sendiri, tepatnya di bagian pinggang dengan menahannya dengan karet roknya.

Jhana lantas pergi meninggalkan kamar itu bersama keranjangnya.

Sementara itu, rumah makan Populer tampak sepi hari ini. Pekerjanya pun jadi sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, termasuk Yahya yang sedang asyik mencongkel-congkel giginya menggunakan tusuk gigi. Namun tak lama kemudian datang beberapa SPG yang memberikan sebuah brosur pada Yahya, lalu mereka pergi.

"Brosur apa itu?" tanya Arvin, tapi matanya terfokus pada ponselnya.

"Kau ingin tahu? Sekedar ingin tahu atau sangat ingin tahu?" Yahya bertanya balik.

"Katakan saja, apa susahnya?"

"Apa? Memangnya brosur apa itu?"

"Ini konyol."

"Berhenti membuatku penasaran." Arvin lalu merampas brosur itu dari Yahya dan ia terkejut melihat isi brosur yang mempromosikan sebuah perusahaan sedot WC.

"Sebuah trik dagang," ucap Yahya.

"Haha, banyak orang pintar sekarang. Mereka berinovasi, sampai sedot WC saja dibuat brosur dan dibagikan oleh para SPG," ujar Arvin.

"Oh iya! Salma, kenapa tidak kau buat brosur seperti ini saja untuk mempromosikan Brownies buatan bibimu? Saat jam istirahatmu, kau bisa membagikan brosur-brosur seperti ini ke kantor-kantor, bank dan tempat umum lainnya. Kau sertakan nomor ponselmu di brosur dan tinggal ditunggu saja pesanan datang," usul Yahya.

"Ide bagus! Aku akan coba mendiskusikannya dengan bibiku," ujar Salma.

Setelah beberapa jam pergi

berbelanja, Bunga akhirnya pulang dengan wajah bingung. Sementara itu Jaya dan Ismail membantu Indira dan Kania mengeluarkan semua barang belanjaan Bunga dari mobilnya.

"Kau sudah kembali?" ucap Ny. Zemira yang baru keluar dari ruang tamu.

"Ya, tapi, ada hal yang janggal, ibu," kata Bunga.

"Apa?"

"Uang ditabungan aku hilang sebanyak delapan juta."

Jhana kebetulan mendengar percakapan itu dari lantai 2, karena letak ruang tamu memang tidak jauh dari tangga.

"Apa? Yang benar saja."

"Aku sudah memeriksa biaya administrasi, semuanya berjalan normal seperti setiap bulan. Dan aku tidak menggunakan uang di ATMku sejak beberapa hari yang lalu, sampai akhirnya sekarang aku baru menggunakannya. Aku mengingat betul jumlah akhirnya, dan ketika aku melihatnya, totalnya berkurang begitu banyak," papar Bunga.

'Delapan juta? Itu sama dengan jumlah yang dikeluarkan Kevlar untuk membiayai pengobatan Joshua Arsalan. Apa dia membayar semua itu menggunakan uang Bunga? Tapi kenapa dia juga mencuri uang ibu? Apa maksudnya?' batin Jhana.

"Seseorang pasti membobol ATMmu," ucap Ny. Zemira.

"Tidak, ibu. Itu tidak mungkin, aku selalu waspada ketika ingin bertransaksi. Aku memeriksa mesin ATM dan memastikan aku memasukkan PIN tanpa dilihat siapapun. Itu mustahil."

"Lalu siapa yang tahu PIN ATMmu selain kau? Mungkin saja orang itu mengambil kartu ATMmu dan melakukan transaksi tanpa sepengetahuan dirimu."

"Satu-satunya orang yang mengetahui PIN ATMku selain aku adalah Kevlar. Tapi untuk apa dia menggunakan uangku? Apa lagi dia tidak memberitahuku kalau dia menggunakan uangku."

"Kau sudah menghubunginya?"

"Sudah, sebentar lagi dia akan sampai disini."

"Baiklah, kita tanyakan saja padanya."

'Ini pasti kerjaan Kevlar, karena jumlah yang dia tarik sama persis dengan yang dia keluarkan. Aku memang tidak memiliki bukti tentang ATM Bunga, tapi setidaknya dengan dokumen ini, Kevlar tidak bisa berbohong lagi. Mungkin dokumen ini akan mengakhirinya, aku harus memberitahu Bunga tentang dokumen ini sebelum Kevlar sampai kemari,' batin Jhana. Ia kemudian turun dan menghampiri Ny. Zemira juga Bunga dengan dokumen itu. Namun disaat yang bersamaan, Kevlar sampai. Tapi Jhana tidak kehabisan akal, ia langsung 'menyosor' dan mengarang sedikit cerita tentang dokumen tersebut.

"Permisi, Nyonya. Saya menemukan ini di balkon lantai tiga. Silakan Nyonya lihat dulu isinya," ucap Jhana pada Bunga.

Mata Kevlar langsung terbelalak ketika melihat amplop coklat itu berhasil ditemukan Jhana dan sekarang sedang dipegang oleh Bunga. Ia tidak memiliki cara untuk menghentikan istrinya, sebab Bunga sudah terlanjur membuka amplop itu.

Kakak Arvin dan Isa itu mengernyitkan dahinya ketika ia membaca surat dari sebuah rumah sakit tersebut. Karena penasaran, Ny. Zemira pun mengsejajarkan posisinya dengan putrinya itu agar ia bisa membaca surat itu juga. Sangat jelas nama Kevlar Novandiro tertulis sebagai orang yang mengurus dan membayar uang perawatan juga pengobatan Joshua Arsalan.

Satu hal yang tidak Jhana sangka adalah, Bunga berucap :

"Siapa itu Joshua Arsalan?"

Ya, jika Bunga saja tidak tahu siapa itu Joshua Arsalan, konon lagi Ny. Zemira, apa lagi Jhana. Sadar akan situasi yang semakin panas baginya, Kevlar pun akhirnya mengambil tindakan.

"Selamat siang semuanya," sapa Kevlar.

"Syukurlah kau ada disini. Kau datang tepat waktu," ucap Bunga.

"Ada apa? Kenapa kau terlihat khawatir? Kau bahkan tidak membalas sapaanku," ujar Kevlar.

"Ya, aku sedang khawatir dan bingung. Coba kau jelaskan tentang surat ini," kata Bunga seraya memberikan surat itu kepada Kevlar.

'Aku menyimpan ini di kolong ranjang kami karena aku tahu kalau Bunga tidak pernah membersihkan kolong itu. Jadi bagaimana Jhana bisa menemukan ini? Terlebih lagi aturan dirumah ini adalah siapa pun harus meminta izin kalau ingin masuk kedalam kamarku dan Bunga. Apa dia masuk tanpa izin? Tentu saja, dia adalah Jhana. Dia mengatakan kalau dia menemukannya di balkon, padahal aku tidak pernah memindahkan benda ini sejak pertama kali aku menerimanya, hahaha. Kau menjatuhkan dirinya sendiri ke dasar jurang, Jhana,' batin Kevlar.

'Apa yang akan dia katakan?' batin Jhana.

"Astaga, aku lupa menceritakan hal ini kepadamu," ucap Kevlar pada Bunga.

"Aku sangat sibuk akhir-akhir ini, jadi aku sampai lupa menceritakannya," sambungnya.

'Cepatlah, kampret. Jangan banyak basa basi,' batin Jhana.

"Jadi, sebenarnya beberapa hari yang lalu aku menabrak seorang pemuda, dan aku lupa membawa uang untuk biaya pengobatannya, tak sengaja aku melihat dompetmu tertinggal di mobilku, jadi aku memakai uangmu untuk membayarnya. Pada saat aku mengembalikan dompetmu ke kamar kita, aku lihat kau sudah tidur, karena saat itu memang sudah malam, jadi aku memutuskan tidak membangunkanmu. Lalu aku kembali melihat-lihat surat ini di balkon, dan lupa membawanya ke kamar, aku bahkan lupa mengatakannya padamu dan tidak sempat menggantikan uangmu. Maafkan aku, sayang," papar Kevlar.

Bunga lalu tersenyum.

"Tidak apa, kau tidak perlu menggantinya. Tidak masalah bagiku kalau kau menggunakan uangku untuk bertanggungjawab, yang terpenting adalah kau bertanggungjawab, itu saja. Dan itu membuatku bahagia," ujar Bunga.

"Terima kasih. Kau memang istri terbaik di dunia ini.

'Jadi untuk apa uang ibu? Kenapa dia mencuri uang ibu? Kenapa mereka tidak menyinggung hal itu? Dan kenapa Kevlar mengatakan kalau amplop ini memang berada di balkon?' batin Jhana.

"Baiklah. Karin, kau bisa kembali bekerja sekarang," perintah Ny. Zemira.

"Baik, Nyonya," kata Jhana sembari berjalan menuju kamarnya.

"Ngomong-ngomong, aku membeli sebuah novel yang menjadi best-selller selama berminggu-minggu, padahal ini karya pertama penulisnya. Sepertinya menarik, nama pena penulisnya saja unik, UnyuVibe," kata Bunga.

"Bacalah duluan, aku akan membacanya setelah kau selesai," ujar Kevlar.

"Baiklah, aku akan mulai membacanya," ucap Bunga, ia lantas pergi ke kamarnya.

"Ibu?" ucap Kevlar.

"Aku akan kembali ke ruangan kerjaku," ujar Ny. Zemira.

"Baiklah."

Setelah memastikan ibu mertuanya masuk kedalam ruang kerjanya, Kevlar langsung keluar dari mansion dan menyusul Jhana. Jhana yang sedang minum pun sedikit terkejut mendengar suara ketukan pintu yang diciptakan Kevlar. Ia kemudian membiarkan Kevlar masuk dan mengunci pintunya.

"Berani sekali kau masuk ke kamarku!" Kevlar menggeram sambil menekan kedua pipi Jhana dengan hanya tangan kanannya. Jhana menepis tangan Kevlar dan melawan.

"Lalu kenapa?! Kau keberatan?! Hm?!"

"Aku kasihan padamu, kau begitu bodoh. Membiarkan dirimu kalah dan membuat dirimu berpikir kalau kau sedang diatas angin ketika kau menemukan surat itu."

"Aku tidak merasa seperti itu, sebab aku sudah memperkirakan kalau kau tidak akan mengatakan jika sebenarnya surat itu ada di kolong ranjangmu dan Bunga."

"Sebenarnya aku hampir mengatakannya. Aku hampir sama bodoh denganmu. Jika aku mengatakannya, maka Bunga akan bertanya kenapa aku tidak menaruh benda itu di atas meja, dan aku tidak pandai membuat cerita yang begitu panjang sepertimu. Jadi aku mengikutimu."

"Kenapa kau tidak membakarnya saja?"

"Hahaha, kau memang benar-benar bodoh. Kau sepertinya tahu kalau satu-satunya orang selain Bunga yang mengetahui PIN ATM itu adalah aku, jadi ketika dia menyadari kalau saldonya berada di angka yang jauh dibawah angka yang seharusnya, dia pasti memposisikan diriku sebagai tersangka tunggal dan aku tidak bisa mengelak. Jadi untuk menghindari hal itu, aku menyimpan surat itu untuk digunakan sebagai sebuah bukti ketika dia bertanya padaku tentang jumlah saldonya yang berkurang drastis dari jumlah yang normal. Aku akan menunjukkan surat itu dan mengakui kalau akulah orang yang mengambil uangnya, sesuai dengan yang kukatakan tadi. Tapi jika dia tidak bertanya, maka aku tidak akan menjawab," jelas Kevlar.

"Ternyata kau sudah merencanakan segalanya dengan cantik sejak awal," ucap Jhana.

"Tapi aku tahu kau berbohong," sambung Jhana.

"Hahaha. Kalau sudah bodoh, jangan pura-pura pintar. Kebanyakan poin dari pengakuanku itu adalah benar. Aku memang mengambil uang Bunga, dompet Bunga memang tertinggal di mobilku, dan uangnya memang aku gunakan untuk membiayai pengobatan pemuda sialan itu."

Jhana mengernyitkan dahinya.

"Jangan bingung. Aku tahu kau berkata seperti itu karena kau kira aku menggunakan uang Zemira untuk membiayai Joshua, tapi sebelum aku mencuri uang Zemira, aku sudah lebih dulu mengambil uang Bunga, karena saat itu aku memang benar-benar lupa membawa dompetku. Tapi, terima kasih, karenamu aku tidak perlu membuat banyak cerita lain."

"Jadi apa yang kau lakukan dengan uang ibuku?" tanya Jhana.

"Hahaha. Ibumu? Kau hanya barang bekas, Jhana, kau rongsokan, kemudian kau dipungut oleh Farzin dan Zemira. Ingat, kau dipungut, jadi kau bukan barang mereka," kata Kevlar.

"Jawab saja pertanyaanku!" tegas Jhana.

"Baiklah, baiklah. Aku akan menceritakannya kepadamu, karena orang bodoh tidak bisa melakukan apa-apa."

"Uang Zemira kugunakan untuk ..."


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C65
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk