Jovan baru saja bangun tidur ketika direktur agensinya menghubungi ponselnya berkali-kali, dengan rasa malas karena masih mengantuk dan mata setengah terpejam, Jovan terpaksa menjawab ponselnya, bila tidak bisa-bisa kontrak kerjanya hanya sampai tahun depan saja. Jovan sudah tahu apa yang akan direkturnya itu katakan, ini pasti masalah skandal yang dia buat bersama manajernya.
"Halo?" sapa Jovan, sedikit serak.
"Ke kantor saya jam 10, tidak boleh telat" ucap Bu Clara. Direktur agensi artis nomor satu di Indonesia. Sudah banyak artis yang bernaung di agensi yang sudah dia bangun sejak 20 tahun lalu, bermula dari agensi artis kelas dua, hingga saat ini bisa jadi agensi nomor satu. Bu Clara paling benci dengan skandal. Dia tidak segan-segan memutuskan kontrak bahkan sampai menuntut artisnya bila melanggar satu pasal kontrak kerja mereka, apalagi kalau skandal itu berhubungan dengan nama baik agensinya. Agensi "Eureka Entertainment" selalu menampilkan artis-artis dengan kecantikan atau ketampanan yang elegan, bakat luar biasa dan yang paling penting bebas dari skandal apapun. Pagi ini Bu Clara menerima banyak telepon dan email yang masuk perihal salah satu artisnya, Jovan Alexander, penyanyi yang sudah berkarir sejak masih usia anak-anak hingga berusia 30 tahun, penyanyi yang selama 20 tahun karirnya selalu terlihat sebagai pribadi yang baik, tiba-tiba terlibat skandal yang cukup memalukan. Jovan Alexander terekam di CCTV sebuah pesta gay di pusat kota, dan dia tengah bermesraan dengan manajer yang sudah mendampinginya selama 5 tahun.
"Oke Bu. Apa nanti dijeput sama Bram?" tanya Jovan, tapi sedetik kemudian dia menyesali pertanyaan bodohnya, bagaimana mungkin Bram diperbolehkan lagi untuk bersama-sama dengan dirinya setelah skandal percintaan mereka terkuak di media.
"Bram sudah saya pecat, mulai hari ini Karen jadi manajer kamu" ucap Bu Clara. Dia tidak akan membiarkan lagi salah satu artis jagoannya itu berdekatan dengan lelaki manapun.
Jovan mengusap kasar wajahnya, dia merasa bersalah dengan Bram, tidak seharusnya dia pergi hari itu, sekarang semuanya sudah tinggal penyesalan saja.
"Oke" balas Jovan, terpaksa menurut. Jovan tidak bisa melepaskan diri dengan agensinya ini, dia masih punya satu tahun kontrak. Jovan hapal sekali perangai Bu Clara, wanita angkuh dan tegas itu pasti tidak segan-segan untuk menuntut dirinya dan menenggelamkan karirnya hingga dasar bumi bila dia melawan. Menuruti semua kemauan Bu Clara adalah hal yang paling aman Jovan lakukan saat ini.
"Jangan lupa, jam 10, jangan lakukan hal bodoh lagi" ucap Bu Clara sebelum menutup sambungan teleponnya. Tanpa sadar Jovan menjawab dengan anggukan.
Setelah Bu Clara selesai menutup ponselnya, Jovan mencari nomor ponsel Bram, manajernya dulu, yang saat ini sudah jadi mantan manajernya. Jujur Jovan khawatir dengan keadaan Bram. Kejadian kemarin jelas merugikan posisi mereka berdua, tapi Jovan yakin saat berita itu menyebar, Bram pasti akan langsung dipecat. Jovan merasa sangat cemas, dia menghubungi Bram. Tidak ada nada panggil disana. Jovan mencoba beberapa kali, tapi hasilnya tetap sama. Akhirnya lelaki tampan itu mengirimkan pesan tulisan di ponselnya.
"Dimana? R u OK?" tulis Jovan. Satu detik, dua detik, bahkan sampai satu menit Jovan menunggu, bahkan pesan itu hanya memiliki satu garis saja, yang berarti ponsel Bram saat ini mungkin sudah tidak aktif lagi. Entah apa yang sudah Ibu Clara buat pada kekasih hatinya itu.
"Semoga kamu baik-baik saja" ucap Jovan, berharap. Dia tahu ini sangat gila, Jovan menyadari ada yang salah dengan dirinya sejak 5 tahun yang lalu. Saat itu dia baru berganti manajer. Bram orangnya. Secara fisik tidak ada yang salah dari Jovan, dia tampan, tinggi, kulit kecoklatan, mata yang indah, semuanya tampak jantan dan maskulin, tapi ketika bertemu Bram, Jovan terbuai dengan semua kebaikan dan perhatian Bram, apalagi mereka hampir bersama setiap hari, tentu saja perasaan itu semakin kuat. Semua itu membuat Jovan menyadari ada yang salah dalam dirinya karena dia merasakan kalau dia mulai menyukai Bram, Jovan menyukai sesama jenis. Bram pun mengakui kalau dia menaruh hati pada Jovan. Awalnya Jovan menolak, dia berusaha menutupinya selama dua tahun, Jovan berusaha berobat, tapi hasrat itu tetap ada, Jovan sampai merasa sedikit depresi, sampai akhirnya Jovan berdamai dengan hati dan perasaannya. Dia pelan-pelan mulai membuka diri, dan akhirnya menyatakan pada Bram kalau dia membalas perasaan cinta Bram.
Selama 3 tahun mereka berpacaran, tidak ada satu orang pun yang mengetahui tentang hal ini, Bram dan Jovan menyimpan rahasia ini dengan rapi, sampai ada undangan pesta yang Bram terima dari komunitasnya, di sebuah tempat. Mereka memang sering melakukan pesta dengan pasangan gay sesamanya. Ini hal baru bagi Jovan, selama ini mereka hanya menghabiskan waktu berdua di apartemen Jovan atau tempat private lain, Jovan sadar akan dirinya yang seorang public figure, tentu saja bila rahasia ini bocor akan menggegerkan seluruh Indonesia dan pastinya membuat Bu Clara kalang kabut. Beberapa hari yang lalu, Bram merengek agar dia bisa ikut ke pesta itu sepertinya Bram ingin memamerkan kekasih hatinya, Bram juga meyakinkan Jovan, kalau ini pesta private, sehingga rahasia mereka akan aman. Sial bagi mereka, tempat pesta itu terpasang CCTV, dan entah bagaimana rekamannya bocor ke media. Di rekaman itu terlihat dengan jelas Bram dan Jovan sedang berangkulan mesra. Detik itu juga, semua citra baik yang sudah Jovan bangun selama 20 tahun langsung sirna. Saat ini, semua orang langsung memberi cap buruk pada dirinya sebagai pria penyuka sesama jenis.
_____________
Halo, haloo
lagi coba nulis tentang issue yang menurut saya paling sensitif, tapi memang sedang marak, semoga suka ya
jangan lupa dukungannya
happy reading
ditunggu dukungan ss nya, semoga saya bisa menang lomba menulis lagi ( ◜‿◝ )♡