Unduh Aplikasi
73.33% KEMBALI PADAMU / Chapter 110: Berkunjung ke Rumah Raya

Bab 110: Berkunjung ke Rumah Raya

Lexa yang tahu Ara berkunjung, merasa bahagia sekali dan langsung kekamar dan tidur memeluknya.

"Kakak cantikku, Lexa suka sama kakak." Lexa langsung terlelap di samping Ara.

"Lexa tidak kelihatan mam," Natan merasa heran, karena setahu Natan, kalau dirinya pulang pasti langsung menempel seperti perangko,

"Mama juga tidak lihat, coba deh mama cek." mama bangun mencari Lexa sementara Natan kekamarnya setelah pintu kamar terbuka dan Natan menghela napas panjang saat Ara di peluk Lexa,

"Mama mencari Lexa di kamarnya tidak..." Raya menatap Natan dan matanya mengikuti mata Natan yang terlihat kesal lalu tersenyum.

"Ini nih mam, bukannya aku tidak mau pulang kerumah, bisa- bisa aku mati berdiri karena menahan yang mendesak di tubuhku." mendengar itu, wajah Raya menjadi memerah,

"Anak mama udah Nikah jadi mesum."

"Mama inih... memang itu keadaannya, untuk malam pertama saja mesti mengungsi karena di Villa beberapa kali gagal gara- gara perusuh kecil Lexa." Raya langsung tertawa tawa mendengarnya dan langsung menutup mulutnya. Dan menarik tangan Natan untuk duduk di taman kecil di lantai 2 sambil menikmati senja.

"Pergi bulan madu saja!" Raya menatap Natan.

"Ara tidak mau mam, Ara bilang waktu kita ini akan di manfaatkan untuk beristirahat dan untuk keluarga karena setelah aku beraktivitas, aku akan sangat sibuk lagi."

"Istrimu memang baik."

"Terbaik mam, katanya di mana saja asal bersamaku itu selalu indah." Natan meniru apa yang di ucapkan Ara padanya.

"Sangat cantik, pintar, sederhana, tentunya sempurna." Raya menganggukan kepalanya tanda setuju.

"Kamu masih ingat Ane?" Natan mengangguk,

"Dia sakit sekarang, ginjal kata orang tuanya dan ingin bertemu denganmu."

"Nanti aku berkunjung kerumahnya bersama Ara."

"Kita sama - sama saja, kebetulan kakek juga teman dekat papanya,"

"Oke mam, besok pagi kita kesana," Raya mengangguk, Natan bangun lalu berjalan masuk kekamarnya, terlihat Ara sudah membuka matanya namun Lexa menimpa tubuhnya dan Ara tidak berani membangunkannya. Alan dengan cepat membantu Ara melepaskan pelukan Lexa, butuh waktu untuk lepas dari pelukan Lexa dan setelah lepas dari pelukan Lexa, Natan menariknya kekamar mandi,

"Mau ngapain kesini Nat?" Ara tampak bingung karena mereka berdua yang masuk.

"Kita mandi bareng,"

"...." Ara masih bengong dan Natan mulai menekanya kedinding kamar mandi dan membuka satu persatu baju Ara hingga polos, Natan juga melepaskan baju yang menempel di tubuhnya, Natan menyalakan shower dan membiarkan tubuh mereka basah, perlahan Natan mencium bibir Ara dengan lembut, tangan Natan menyentuh bagian sensitif Ara termasuk meremas dada Ara yang mulai mengeras, suara desahan saling bersahutan, tubuh mereka saling menyatu dan saling berbagi kehangatan hingga mencapai puncak pelepasan, pipi Ara merona, tubuhnya yang mengejang perlahan lemas tak berdaya di pelukan Natan,

"Terimakasih sayang," Natan mengecup bibir Ara lagi dan lagi lalu mereka mandi dengan benar, berganti pakaian dan keluar dari kamar mandi, Natan dan Ara saling pandang karena baru ingat ada Lexa di kamarnya, untung saja kamar mandinya kedap suara jadi Lexa tidak mungkin mendengar suara desahan mereka berdua,

"Kak, kalian mandi apa di kamar mandi sampai 2 jam?" Lexa menatap Natan dan Ara yang gugup dan saling pandang.

"Ya mandi." Jawab Natan,

"Lexa mandi 30 menit cukup." Lexa menatap lagi menyelidik, muka Natan sama Ara memerah.

"Kami main di dalam." Lexa menaikan alisnya satu keatas,

"Seperti tidak ada tempat lain saja sampai main di kamar mandi, Ayo makan! mama dan yang lainnya menunggu di bawah." Lexa turun dari tempat tidur dan mengandeng Ara menuju ruang makan.

Fano, Herlambang dan Raya telah menunggu di Ruang Makan, mereka saling tersenyum melihat Ara dan Natan lalu mulai makan, namun Fano iseng dan tetap bertanya.

"Dari mana kalian?" Fano menatap Ara dan Natan, belum juga Natan menjawab, dengan cuek sambil makan dengan mulut penuh Lexa menjawab.

"Habis main di kamar mandi pah."

"Uhuk...Uhuk...Uhuk..." Ara dan Natan tersendak mendengar jawaban Lexa dan buru- buru minum banyak, semua yang mendengar jawaban polos Lexa, tidak kuat untuk tidak tertawa sampai meneteskan air mata.

"Lexa..." Natan mukanya merah padam,

"Kan memang iya, Aku tanya tadi, jawaban kakak itu jadi, aku sampaikan kepada papa." Natan mencubit pipi Lexa,

"Sakit tau..." Lexa cemberut, sedang Ara menunduk karena malu.

"Papa iseng banget." Natan menatap tajam Fano, Fano tertawa senang.

"Kalian pindah kekamar Mama saja, privasi kalian sangat terjaga kalian tidak akan terganggu."

"Tapi itukan kamar..." Natan tidak melanjutkan kata- katanya.

"Tidak apa- apa."

"Sementara di kamar Natan dulu mam, kitakan belum mau menetap di sini,"

"Ya sudah terserah kamu, oh iya besok kita siap- siap jam 10 pagi yah."

"Mau kemana mam?" tanya Lexa

"kerumah kak Ane." Lexa langsung berubah muram mukanya, dan menatap Ara,

"Kak Ara, besok kalau kerumah kak Ane, terus peluk kak Natannya, jangan lepasin! Lexa tidak suka kalau perempuan suka nyosor seperti Angsa, Angsa gila." gerutunya, sekali lagi ruang makan riuh dengan gelakan tawa,

"Kamu sadis Lex, kak Ane di bilang Angsa gila." Raya memegang perutnya yang ikut bergerak,

"Memang itu adanya." Lexa memajukan bibir bawahnya,

"Kakak pergi sama- sama, tentu saja kak Ara ikut, nanti kakak kenalin sama Ane kalau kakak sudah punya istri."

"Bagus kalau begitu, jangan karena menjaga hatinya, kakak mengabaikan kak Ara, nanti bisa ku pukul habis kak Natan." Natan menatap Lexa,

"Kamu juga tahu, kakak hanya menyukai kak Ara, kak Ara yang pertama dan terakhir, kamu tahu sendiri semua perempuan kakak abaikan kecuali kak Ara."

"Oke penjelasan kakak Lexa terima."

"Begitu tuh Ra, kalau Lexa suka sama orang dia tidak tanggung- tanggung menyayangimu." Raya menjelaskan kepada Ara, Ara tersenyum dan terlihat bahagia.

"Kalian semua sangat baik sama Ara."

"Karena kami menyayangimu." jawab Raya.

Selesai makan, Ara membantu Bu Mimin membersihkan meja makan walaupun sudah dilarang oleh Bu Mimin,

"Mba Ara, biarkan Ibu saja."

"Ara cuma membantu Bu, tidak semuanya, kalau Ara diam saja, nanti Ara tidak bisa apa- apa, bagaimana nanti bisa mengurus Natan dengan baik." Bu Mimin tersenyum kagum, tidak hanya Bu Mimin, Raya juga yang mau mengambil air putih tersenyum bangga.

Raya menuangkan air putih ke gelasnya dan airnya kepenuhan hingga membuat lantai basah, Raya menaruh gelasnya dan mengambil kain pel, tapi ketika hendak mengepel lantai, sandal Raya yang basah akibat tumpahan air menjadi licin dan Raya hampir jatuh terpeleset, untung saja Ara melihatnya dan segera menahan tubuh Raya namun karena panik Raya malah menarik kotak P3K yang menggantung di dinding, berada tidak jauh darinya, dan jatuh hampir mengenai kepala Raya dengan cepat di tepis tangan Ara sehingga ujung kotak yang lumayan tajam melukai tangan Ara,

"Pranggggg..." suara nyaring terdengar karena kotaknya sebagian dari kaca, Raya shock karena melihat tangan Ara berdarah dan banyak sekali, Natan, Fano dan Herlambang setengah lompat dari tempat duduknya dan berlari kedapur, Bu Mimin membantu Ara menahan tubuh Raya agar tidak terjatuh.

"Mama... mama tidak apa- apa, Natan... Papa..." suara Ara gemetar, Fano dan Natan segera menolongnya, Fano menggendong Raya dan Natan menolong Ara menghentikan pendarahan di tangannya dan segera menghubungi Dav.

"Fano... Ara?" setelah pulih dari kagetnya Raya segera teringat Ara.

"Ara sedang di tangani Dav."

"Ya Tuhan Fano... aku dua kali telah mencelakai Ara."

"Ini kecelakaan bukan di sengaja." Raya turun dari tempat tidurnya dan segera melihat keadaan Ara, terlihat Ara dengan posisi tidur memeluk tangan Natan dan tangan Ara yang terluka sedang di tangani Dav, Dav mencoba menghentikan pendarahan tapi selama 10 menit tidak berhasil akhirnya Dav memutuskan menjahitnya.

"Kenapa Om?" Natan menatap Dav cemas,

"Kedalaman lukanya lebih dari 1,2 cm makanya harus dijahit, ma' af sakit sedikit ya Ra..." Dav langsung melakukan tindakan.

Natan mengelus rambut Ara dan mengecup keningnya,

"Tahan ya sayang!" Ara mengangguk tetapi mukanya bersembunyi di dada bidang Natan, tangannya mulai kebas akibat anestesi lokal yang di berikan Dav, kurang lebih 30 menit, luka Ara selesai di tangani.

Ara menarik napas lega dan menatap Natan sayu, Natan mengangkat Ara pindah ke sofa terlebih dahulu dan Bu Mimin mengganti seprei yang terdapat noda darah Ara.

"Sakit sayang? mama minta ma'af." Ara tersenyum,

"Sedikit mam, yang Ara takutkan mama kenapa- napa." Raya memeluk Ara,

"Sudah dua kali kamu menyelamatkan mama dan mengorbankan dirimu sendiri."

"Ini hanya kecelakaan mam, Ara juga menolong secara spontan, kalau bukan mama juga pasti Ara tolong."

"Istirahat sekarang, di minum obatnya!" Ara mengangguk,

"Lexsa tidur sama kak Ara ya kak," rengek Lexa, Natan menarik napas kasar.

"Princess, lihat luka kak Ara! kalau kamu tidur di sini kakak takut kamu menimpa luka kakakmu." Lexa nampak berpikir dan dia sadar kalau dia tidur, memang tidak diam.

"Baiklah, kali ini Lexa tidur sama kakek saja." Lexa beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan kamar Ara dan Natan di ikuti yang lainnya. Natan baru bernapas lega.

Natan mengangkat tubuh Ara kembali ketempat tidur dan membaringkan tubuh Ara lalu menyelimutinya, tidak lupa sebelum tidur, Natan terlebih dahulu memberikan obat yang tadi di berikan Dav untuk di minum.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C110
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk