"Ya sudah, kita dinner ya. Ajak Wili juga agar kita lebih akrab," celetuk Jeremi memberi saran. Namun sarannya membuat Jeni mendongak tercengang.
Jeni kembali diam dengan menurunkan kembali tatapannya.
"Iya, Mas," jawab Jeni tanpa lagi ingin membahas tentang suaminya karena saat ini dia memang sulit untuk mencerna kata-kata yang harus diucapkan selain hanya tangisan lagi. Dari pada menangis lagi mungkin lebih baik tak membahas itu dulu untuk sementara waktu.
"Oh iya, Mas. Malam-malam kok bisa ada di Bogor begini? Mas ada pekerjaan?" Jeni sekedar bertanya.
"Iya, tadi sore Mas ada job di Bogor. Rasanya akan berdosa jika ke Bogor tak mampir ke tempat kamu," jawab Jeremi tanpa menghilangkan senyumannya yang membentung lesung pada sebelah pipinya.