Hari semakin gelap saat meri bersantai di halaman belakang menyaksikan kebersamaan antara junior dan sima. Meri menjadi sangat terbantu karena sima yang selalu mengambil alih tugas merawat junior sejak ia datang. Ditemani secangkir teh dan cemilan buatan tangan ibunya, meri dan randy saling bertukar pikiran mengenai sikap sima yang begitu menempel dengan junior.
"apa kau tidak terganggu dengan sikap sima?" tanya randy.
"mengapa aku harus terganggu. sangat menyenangkan melihat junior bisa beradaptasi dan akrab dengan orang di sekitarnya. lagi pula, dia kakak iparku jadi anakku juga bisa ia sebut sebagai anaknya. aku sama sekali tidak akan keberatan" jawab meri sumringah.
"aku selalu berharapa kami segera memiliki keturunan"
"kakak" meri memegang tangan randy, tahu betapa sakit hati kakaknya itu saat mengingat di usia pernikahan tiga tahun mereka belum di beri kepercayaan untuk memiliki anak. "jangan terlalu memikirkannya tapi tetaplah berusaha. kalian masih muda dan masih banyak waktu untuk itu. jangan menekan kakak ipar karena itu akan berpengaruh. apa kalian sudah mengikuti program kehamilan?"
"sudah. hanya belum ada hasil" randy nampak lemah menjawab pertanyaan itu.
"pergilah berbulan madu lagi. ke negara dimana kalian tidak perlu memikirkan pekerjaan atau orang lain. fokus pada program kalian saja"
"meri, jika itu kau. apa kau akan meninggalkan suamimu?"
terkejut dengan pertanyaan itu, meri mulai menduga-duga apa yang dimaksud oleh randy. Tidak mungkin kakaknya menanyakan hal seperti itu jika dia merasa semua berjalan dengan lancar.
"kakak, apa maksudmu menanyakan itu. kalian sudah memeriksakan diri ke dokter dan semua baik-baik saja bukan?"
"aku tahu dokter mengatakan semua baik. tapi..." randy menunduk lesu.
"tapi apa? kalian hanya perlu bersabar menunggu hasilnya. kak, jangan merasa tertekan dengan posisi di mana aku yang jauh lebih muda sudah memiliki anak dan kalian belum. pikiran mu harus tetap positif, jangan stres agar semua berjalan lancar. sekarang hanya belum waktunya" ujar meri menyemangati kakaknya itu.
"Mmm, apa kau pernah mendengar anak pancingan? bagaimana menurutmu?" tanya randy
"iya aku sering dengar mengenai itu. aku rasa itu bagus, kalian bisa mencoba semua cara jadi lakukan saja dan bicarakan pada ayah serta ibu terlebih dahulu"
"aku ingin meminta junior sebagai anak pancingan itu. apa kau setuju?"
meri sedikit tidak nyaman dengan permintaan kakaknya itu. Junior adalah penyemangat hidup meri. jika ia akan tinggal di Indonesia, meri mungkin tidak akan keberatan. Tapi dia sudah merencanakan pindah ke paris setelah ilham datang menjemputnya dan meresmikan hubungan mereka.
Lagipula, junior tidak akan pernah bisa berada jauh darinya. mereka terbiasa berpisah tapi hanya untuk beberapa jam, tapi jika itu berhari-hari meri tidak akan pernah bisa.
"kak, junior tidak akan bisa berada jauh dariku. akupun begitu" meri merasa sedih harus mematahkan hati kakaknya. "aku akan tinggal di sini sekitar tiga bulan. jadi kalian bisa menjadikannya anak pancingan tapi kak, aku harus meminta maaf karena tidak bisa meninggalkannya di sini saat aku harus melanjutkan study ku"
"aku mengerti. tiga bulan seharusnya cukup untuk melihat hasilnya"
junior menghampiri mereka karena ingin di gendong oleh meri. anak kecil itu selalu ingat dengan ibunya walaupun asik bermain dengan orang lain.
"eh, mengapa tidak minta di gendong bibi sima saja?" tanya meri saat junior sudah berada di pangkuannya.
"aku lelah bermain dengan bibi. aku mau mandi saja" rengek junior.
"mandi dengan bibi sima saja ya!" ujar meri
"sudah beberapa hari selalu bibi sima dan uncle randy yang memandikanku, hari ini aku ingin mandi dengan ibu" protes junior.
"tidak apa, kau saja yang memandikannya kali ini. dia pasti merasa rindu denganmu karena akhir-akhir ini dia lebih sering bersamaku" sima mencoba meyakinkan meri bahwa ia tak akan cemburu atau merasa tidak nyaman.
Beberapa hari menghabiskan waktu dengan bermain dan bercanda bersama junior sudah cukup membuat sima senang. dia akan menunggu hingga junior semakin lengket kepadanya dan mulai terbiasa.
meri membawa junior naik ke kamarnya dan mulai memandikan bocah mungilnya itu. boneka mainan hidup yang selalu memberi kebahagiaan tersendiri di hidupnya.
DI bulan ke tiga sejak ia tiba di Indonesia, junior semakin terbiasa dengan kehadiran sima. mereka terlihat akrab dan kompak membuat meri hanya akan menjadi penonton di antara kemesraan mereka.
siang hari, sebuah kejutan datang tak terduga. andre datang bersama dengan maria yang sedang hamil tua.
"Kalian... bagaimana bisa kalian berada di sini. masuklah" meri memegangi maria karena merasa rentan dengan perut besarnya.
"maria merindukanmu dan junior. dia memaksaku membawanya kemari" ujar andre.
"baiklah, tapi bagaimana bisa ibu hamil tua lolos di bandara. apa kau gila membawanya kemari dengan risiko sebesar itu" meri mulai memarahi andre yang ia rasa gegabah mengikuti keinginan istrinya tapi mempertaruhkan keselamatan mereka.
"kami tidak naik pesawat karena larangan itu. aku memaksanya naik kapal laut dan ini kesalahanku jadi berhentilah memarahi suamiku" maria membela andre.
"aish, wanita ini. aku mengkhawatirkanmu dan kau mengkhawatirkan suamimu. sejak kapan kalian begitu kompak saling melindungi seperti ini"
"sejak aku menyukainya" jawab maria dan andre hampir bersamaan yang membuat mereka tertawa karena terkejut bisa sekompak itu.
"wah wah. kalian benar-benar membuatku cemburu. apa kalian tidak kasihan dengan seorang janda sepertiku?" canda meri dengan memasang wajah memelas.
Hahaha.. tawa ketiganya lepas
"Ayah..." junior berlari menyerbu ke arah andre yang sedang duduk bersama maria dan meri di ruang tamu.
"uh, anak ayah sudah semakin besar. bagaimana kabarmu jagoan?"
"aku baik, tapi ibu sedang tidak baik" jawab junior.
andre mengernyitkan alisnya !endengar itu. meri bahkan lebih ceria dari sebelumnya dan tampak sehat bagaimana bisa dia dalam keadaan tidak baik. andre melihat meri sekali lagi untuk memastikan perkataan putranya, tapi masih tak mendapatkan apapun.
"tidak baik? ada apa dengan ibumu?"
"ibu mulai jarang mengajakku bermain. sama seperti bunda saat perutnya mulai membesar. wah..." junior terperanjat kaget melihat perut maria.
"ada apa?" meri ikut terkejut melihat ekspresi junior.
"lihat. perut bunda semakin besar"
jawaban junior membuat meri dan yang lain tertawa geli dengan kepolosan anak kecil itu. hanya dengan kalimat keterkejutan itu bisa membuat atmosfir ruangan itu menjadi begitu penuh dengan kebahagiaan.
"bunda merindukanmu karena perut bunda yang semakin membesar. kemari, peluk bunda" maria mengulurkan tangannya untuk meraih tangan junior, tapi sima kemudian datang merebut junior.
meri tampak kecewa dengan sikap sima yang mulai kelewatan dan menganggap junior hanya boleh berdekatan dengannya.
"junior, ikut bibi sima ya" ujar sima saat junior sudah berada di gendongannya.
meri berdiri di hadapan sima mencegah arogansi kakak iparnya itu dan untuk menyadarkannya bahwa tindakannya barusannya adalah suatu kesalahan. Sebagai ibu, meri berhak untuk menasehati siapapun yang dekat dengan putranya dan sudah melewati batas.
"Maria baru tiba. dia datang dari jauh hanya untuk bertemu junior dalam kondisi hamil tua. biarkan dia bersama junior untuk saat ini, tidak akan lama" meri terlihat menekan sikap angkuh kakak iparnya itu.
"junior kelelahan dan dia perlu tidur siang, ini sudah waktunya" sima masih berusaha menahan junior.
"biarkan maria yang menidurkannya" ujar meri
"dia terbiasa denganku jadi biar aku saja yang menidurkannya" sima sudah melangkah ingin melewati meri tapi tangan meri sigap menahannya.
melihat ketegangan itu maria bangkit "tidak masalah meri, aku bisa bermain dengan junior di lain waktu saja"
"iya, kami bisa datang lagi besok. aku dan maria menginap di hotel tak jauh dari sini" ujar andre menambahkan karena tak ingin terjadi pertengkaran yang tak di perlukan.
"sejak kecil, junior di asuh oleh maria. di usianya hampir tiga tahun, separub dari usianya itu berakhir bersama maria. maria bagaikan seorang ibu bagi junior. dan junior putraku. kakak ipar, kau tidak bijaksana dalam hal menilai posisimu di hati junior"
Sima menurunkan junior dan berbalik menjauh dari orang-orang yang menatap penuh keheranan.
"ada apa dengan iparmu itu?" tanya andre merasa sima yang dulu dan sekarang terlalu berbeda.
"dia hanya kurang tahu menempatkan dirinya" jawab meri kesal dengan sikap iparnya itu.
mereka asik bermain dan bercanda dengan junior saat randy datang melabrak meri dengan suara keras.
"apa kau begitu senang menghina iparmu?" bentak randy saat mendengar meri dan yang lain tertawa dengan heboh seakan tak ada hal buruk yang telah terjadi.
junior berlari memeluk meri karena terkejut dan ketakutan. Sebagai seorang anak yang di besarkan dengan penuh kasih sayang, junior hampir tidak pernah mendengar suara meri, andre atau maria meninggi saat ia melakukan kesalahan. karena itu, dia merasa terkejut jika mendengar suara bentakan.
"kakak. siapa yang menghinanya" meri merasa kakaknya terlalu berlebihan. "junior pergi ke ayah dulu. ibu mau berbicara dengan uncle randy"
andre menarik junior dalam pelukannya dan membawa junior menjauh dari dua bersaudara yang sedang bersitegang itu.
"apa yang kau katakan itu membuat sima merasa terhina. dia tahu kau ibunya, tapi apa harus menunjukkan kekurangannya di hadapan maria dan mantan suamimu?"
"kakak, ini salahku" potong maria merasa tidak nyaman dengan perdebatan itu.
"aku hanya mengatakan batasan agar kakak ipar bersikap bijaksana. dia terlalu cemburu karena junior akrab dengan maria, ini salah kak. mereka berdua harusnya bisa saling mengerti tapi maria sudah cukup mengerti posisinya hanya kakak ipar yang selalu menekankan bahwa dia lebih berhak atas anakku. sedekat apapun kalian dengannya, aku dan maria tetap lebih dekat dengan junior. saat ia besar, kecil, baru di lahirkan bahkan saat ia masih berada di dalam kandunganku"
"kau sudah membuat batasan yang jelas hari ini" ujar randy kemudian berbalik meninggalkan kedua adik perempuannya itu.
"meri, apa ini tidak terlalu berlebihan?" maria sedikit tertekan.
"jangan mwmikirkannya. kau sedang hamil tua jadi tidak boleh stres atau tekanan darahmu bisa melonjak. mereka yang harus memikirkan kesalahannya" meri membawa maria ke taman belakang di mana andre dan junior berada.
"apa semua baik-baik saja?" tanya andre.
"Mmm, hanya kesalahpahaman kecil" jawab meri.
andre memperhatikan ekspresi maria yang terlihat mendung jadi dia sudah bisa menebak bahwa yang terjadi di dalam pasti tidak baik.
meri mendekat dan memegang pundak andre yang duduk bersama junior "semua akan baik-baik saja. aku minta maaf atas sikap kakakku tadi"
mereka kembali berkumpul dan melupakan kejadian buruk yang baru saja terjadi.