Unduh Aplikasi
40% Janji Suci Yang Ternoda / Chapter 6: Bab 6

Bab 6: Bab 6

Setelah pulang dari kantor Nadine terus mengurung diri di kamarnya. Kecewa dan sakit hati dengan apa yang ia lihat saat di ruangan Devian. Nadine tidak pernah menyangka jika suaminya bisa setega itu. Kehadiran Alexa membuat hubungan Nadine dan Devian semakin memburuk. Belum sempat mereka memperbaikinya, kini harus tertimpa masalah kembali.

Masakan yang sudah Nadine buat harus terbuang sia-sia, lantaran jatuh dan berhamburan di lantai. Nadine benar-benar terkejut saat melihat Devian tengah berpelukan dengan wanita lain. Istri mana yang tidak sakit hati saat melihat suaminya sendiri bermain api dengan wanita lain, dan wanita itu adalah mantan kekasihnya.

Sementara itu, Devian sejujurnya tadi siang hendak mengejar Nadine, tetapi Alexa menghalanginya. Dan entah kenapa Devian menurut, pria beralis tebal itu seperti sudah terhipnotis oleh mantan kekasihnya itu. Namun, sampai malam tiba, Devian benar-benar tidak bisa konsentrasi dalam bekerja. Pikirannya selalu tertuju pada Nadine.

Malam ini pun Devian memutuskan untuk pulang lebih awal. Pukul delapan malam mobil BMW i8 berwarna putih sudah berhenti di halaman sebuah rumah mewah berlantai dua. Setelah mobil terparkir, Devian bergegas keluar dan segera masuk ke dalam rumah. Setelah di dalam, Devian mengedarkan pandangannya, rumah nampak sepi, biasanya Nadine selalu menunggu dirinya pulang dari kantor.

"Kok sepi, Nadine di mana ya," batinnya. Devian melangkah menuju ruang tengah.

"Bi, Nadine di mana?" tanya Devian.

"Sejak pulang tadi siang. Nyonya di kamar terus, Tuan. Nyonya juga tidak makan siang, makan malam juga belum," jelas bi Mirna.

"Ya sudah, bibi bisa istirahat sekarang," titah Devian. Sementara itu ia bergegas naik ke atas dan menuju ke kamar Nadine.

Setibanya di depan kamar Nadine, Devian terlihat ragu-ragu saat akan membuka pintu kamar tersebut. Namun rasa penasaran yang membuat Devian membuka pintu kamar istrinya itu. Setelah pintu terbuka, mata Devian langsung tertuju pada sofa di mana Nadine tengah tertidur di sana. Perlahan pria berkemeja itu berjalan menghampiri sang istri.

Devian berdiri di samping sofa, terlihat jika mata Nadine sembab dan terpejam. Dan itu sudah dapat dipastikan jika istrinya itu habis menangis. Devian tidak bisa membayangkan bagaimana sedih dan sakit hatinya Nadine saat melihat dirinya berpelukan dengan wanita lain. Secara tidak sengaja Devian telah melukai dan menghianati istrinya.

"Nadine maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk .... " ucapan Devian terhenti saat melihat album foto yang ada dalam dekapan istrinya.

Devian mengambil album tersebut dengan sangat hati-hati. Setelah berhasil, ia mulia membukanya dan ternyata isi album itu adalah foto-foto pernikahan mereka dan juga foto saat mereka belum menikah. Kenangan saat Devian mengajak Nadine liburan ke negara sakura. Senyum manis Nadine yang membuat Devian selalu memikirkannya.

Devian tersenyum setelah melihat album foto tersebut. Setelah itu ia meletakkan album itu di atas meja, lalu menangkat tubuh mungil istrinya itu dengan sangat hati-hati. Devian membaringkan tubuh Nadine di atas ranjang, tak lupa ia menyelimutinya. Setelah itu Devian memutuskan untuk keluar dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

***

Keesokan harinya, seperti biasa setelah shalat subuh Nadine selalu memulai tugas rumahnya. Namun entah kenapa pagi ini ia merasa ada yang beda, dan sejak kemarin Nadine sering merasa cepat lelah. Ia berpikir mungkin ini efek makan yang tidak teratur, memang sejak kejadian di resepsi pernikahan sahabat Devian, Nadine sering telat makan. Bahkan setiap kali ia menawari suaminya makan dan ditolak, nafsu makannya jadi berkurang.

Dan lagi ini, tidak seperti biasanya Devian turun lebih awal. Pria berkemeja putih itu berjalan menuju meja makan, di mana sang istri tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi. Devian memperhatikan wanitanya itu, ada rasa bersalah yang twrus menghantuinya sejak kemarin siang. Pagi ini Devian memutuskan untuk meminta maaf.

"Nadine." Ucapan Devian berhasil membuat Nadine terlonjak kaget. Bahkan piring yang sedang dipegangnya hampir terjatuh.

"Astaghfirullah, Mas Devian. Mas ngagetin aja." Nadine beristighfar seraya mengelus dadanya.

"Maaf, kalau aku buat kamu kaget. Em, kamu baik-baik saja kan." Devian menatap mata teduh istrinya itu.

"Iya, aku enggak apa-apa kok." Nadine salah tingkah mendapatkan tatapan dari suaminya itu.

"Nadine, maaf untuk yang .... "

"Mas nggak salah kok. Jadi, Mas nggak perlu minta maaf. Oya, Mas mau sarapan kan, aku ambilin dulu ya." Nadine memotong ucapan Devian, bahkan wanita berjilbab itu bergegas menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya itu.

Devian terdiam sejenak, ia dapat melihat jika ada yang Nadine sembunyikan. Sungguh, Devian benar-benar tidak menyangka jika istrinya bisa bersikap tenang seperti itu. Padahal suaminya sudah berbuat salah, tetapi Nadine masih saja mau memaafkannya dan tidak menunjukkan kemarahannya.

Devian semakin merasa bersalah saat melihat sikap istrinya yang seperti itu. Sungguh besar hati Nadine, kesabaran yang luar biasa. Andai saja di antara mereka tidak ada kebohongan, pasti Devian merasa sangat bahagia memiliki istri seperti dia. Meski Nadine tidak mempermasalahkan masalah itu, tetapi Devian dapat melihat kesedihan di mata Nadine.

"Mas sarapan .... " ucapan Nadine terhenti saat melihat suaminya tengah fokus pada ponselnya.

Nadine meletakkan sepiring nasi goreng seafood kesukaan suaminya. Setelah itu, Nadine memilih untuk duduk, ia berniat ingin menemani suaminya sarapan. Sementara itu, Devian masih fokus pada ponselnya, entah apa yang tengah ia lakukan. Devian terlihat begitu serius dalam membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Mungkin pesan itu sangat penting.

@Akexa

[ Tolong, Mas. Aku jatuh di kamar mandi, aku nggak bisa bangun ]

@Devian

[ Sebentar ya, aku akan segera ke sana ]

Devian menutup ponselnya, entah kenapa ia merasa khawatir saat mendapat pesan dari Alexa. Tanpa ia sadari jika sedari tadi Nadine terus memperhatikannya. Tanpa merasa bersalah Devian bangkit dari duduknya dan mengabaikan makanan yang telah sang istri sajikan. Nadine hanya bisa bersabar semoga saja suaminya cepat berubah seperti semula.

"Nadine, aku pergi dulu ya. Assalamualaikum." Setelah berpamitan Devian beranjak pergi.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Mas." Nadine memandangi punggung suaminya yang perlahan menghilang dari pandangan.

Setelah Devian pergi, Nadine memilih duduk, ia menatap makanan yang telah ia buat. Namun suaminya sama sekali tidak menyentuhnya, Nadine merasa nafsu makannya hilang. Setelah itu, ia memilih untuk menyimpan kembali makanan tersebut, nanti jika lapar bisa Nadine panaskan lagi.

***

Hanya butuh waktu empat puluh menit Devian kini sudah tiba di apartemen di mana Alexa berada. Kedua orang tuanya berada di luar negeri, hal itu yang membuat Alexa memilih tinggal di apartemen. Setibanya di sana, Devian bergegas masuk ke dalam, dan setibanya di dalam pria berjas itu berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sebelah kamar Alexa.

Terlihat jika Alexa masih terduduk di lantai sembari memegangi kakinya yang terkilir. Dengan sedikit ragu Devian berjalan menghampirinya, Alexa tersenyum saat melihat Devian sudah datang. Wanita berambut pirang itu mencoba untuk bangkit, tetapi usahanya gagal. Alexa kembali terjatuh, dan hal itu membuat Devian sigap menangkap tubuh Alexa.

"Alexa, kamu tidak apa-apa kan." Devian memapah Alexa untuk bangkit dan berjalan menuju sofa.

"Enggak apa-apa kok, tapi sepertinya kakiku terkilir, Mas." Alexa meringis menahan sakit di pergelangan kakinya.

"Apa perlu aku panggil dokter," tawar Devian.

"Tidak perlu, Mas. Nanti juga sembuh sendiri kok," tolaknya dengan tersenyum.

"Kenapa kamu tidak tinggal di rumah orang tuamu saja, di sana kan ada temannya." Devian duduk menghadap ke arah Alexa.

Alexa tersenyum. "Kamu memang tidak pernah berubah, Mas. Selalu perhatian, aku bisa saja tinggal di sana, tapi tempat kerjaku akan bertambah jauh. Itu sebabnya aku memilih untuk tinggal di sini."

Yang Alexa katakan memang benar, jarak rumah dan tempat kerjanya sangat jauh. Itu sebabnya ia memilih untuk tinggal di apartemen. Menjalin hubungan lebih dari lima tahun, membuat Alexa sangat mengenal Devian, begitu juga sebaliknya. Devian juga sangat mengenal siapa Alexa. Dan sekarang, hubungan mereka harus berakhir karena keegoisan semata.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya, aku harus berangkat ke kantor." Devian hendak bangkit, tetapi Alexa mencegahnya.

"Tunggu, Mas Dev pasti belum sarapan kan. Kita sarapan bareng ya, tadi aku udah pesen makanan," cegahnya. Alexa berharap Devian mau menerima ajakannya.

"Alexa tidak perlu .... "

"Please, Mas. Mau ya, anggap aja ini sebagai rasa terima aku sama kamu." Alexa tersenyum, hal itu membuat Devian tidak bisa menolaknya. Jujur, ada rasa senang dalam hatinya, tetapi ia juga merasa tidak tenang. Karena bagaimanapun juga ia telah beristri.

Merasa tidak tega, akhirnya Devian menerima ajakan Alexa. Hanya menunggu sekitar lima menit pesanan telah sampai. Karena kaki Alexa masih sakit, alhasil Devian yang mengambil makanan tersebut, bahkan ia juga yang menyiapkannya. Alexa terus tersenyum, karena bisa dekat lagi dengan pria yang sangat dicintainya.

***

Matahari telah tinggi, siang ini Nadine tengah duduk di tepi kolam. Rasanya bosan karena setiap hari harus berada di rumah. Ingin Nadine berkunjung ke rumah orang tuanya, tetapi jika ingin pergi ia harus meminta izin terlebih dahulu pada Devian. Sedangkan suaminya itu terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya. Pria bermata elang itu seperti tidak ada waktu di rumah.

Selang beberapa menit, Sarah datang dengan membawa belanjaan. Perempuan paruh baya itu berniat untuk mengundang keluarga Amara makan malam bersama dengan Devian. Tujuannya bukan itu saja, tujuan utama Sarah adalah untuk mendekatkan Amara dan Devian kembali. Ia ingin menjodohkan putranya itu dengan putri sahabatnya.

"Bi, bi Mirna," panggil Sarah. Ia berjalan menuju ruang tengah dengan menenteng belanjaan.

Dengan tergopoh-gopoh, bi Mirna berlari menghampiri majikannya itu. "Iya, Nyonya."

"Bawa semua ini ke dapur." Sarah menyerahkan semua belanjaan tersebut pada bi Mirna.

"Baik, Nyonya." Bi Mirna menerimanya dan beranjak menuju ke dapur.

Sementara itu, Nadine yang mendengar kedatangan ibu mertuanya. Bergegas bangkit dan beranjak masuk ke dalam rumah. Meski ia tahu jika Sarah membencinya, tetapi Nadine tetap menghormatinya sebagai ibu mertua. Nadine berjalan masuk ke dalam rumah, terlihat jika Sarah tengah berbicara pada bi Mirna.

"Assalamualaikum, Ma." Nadine mengulurkan tangannya, tetapi Sarah tidak meresponnya.

"Tidak usah basa-basi. Kedatanganku ke sini, untuk menyuruhmu masak. Nanti malam aku mengundang keluarga Amara makan malam di sini bersama dengan Devian. Dan tugasmu adalah memasak semua ini, tapi harus kamu ingat. Kamu harus menyelesaikannya sendiri, tanpa bantuan bi Mirna, mengerti," jelas Sarah.

"Baik, Ma. Insya Allah aku bisa." Nadine menganggukkan kepalanya.

"Bagus, ingat bibi tidak boleh membantu dia. Biarkan dia menyelesaikan tugasnya," ujar Sarah memberinya peringatan.

"Baik, Nyonya." Bi Mirna menganggukkan kepalanya.

"Baik, aku akan pulang, jam tujuh malam harus sudah siap." Sarah beranjak pergi.

Sementara itu, Nadine bergegas menuju dapur, ia harus mulai berkutat dengan peralatan dapur. Nadine mulai mengeluarkan isi belanjaan yang telah Sarah bawa. Berbagai sayuran, daging, buah dan masih banyak lagi. Sebelum itu, Nadine akan mencuci semua bahan makanan tersebut. Setelah semua bersih, wanita berjilbab itu akan mulai memotong sayuran yang akan ia masak.

***

Tidak terasa rembulan telah merangkak naik ke atas, cahayanya menerangi malam yang gelap. Pukul setengah tujuh Devian sudah sampai di rumah. Ia pulang lebih awal setelah mendapat pesan dari ibunya jika dia akan mengadakan makan malam di rumahnya. Padahal pekerjaan Devian masih banyak, tetapi Sarah terus memaksanya untuk pulang lebih awal. Alhasil Devian memilih untuk menurut.

"Assalamualaikum, Mas." Nadine mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya.

"Wa'alaikumsalam." Devian melepas jasnya, dan dengan sigap Nadine mengambil jas serta tas kerja Devian.

"Mas mau aku buatkan kopi dulu, atau langsung mandi?" tanya Nadine.

"Langsung mandi saja." Devian berjalan menaiki anak tangga dan diikuti oleh Nadine.

Setibanya di kamar, Nadine meletakkan jas dan tas kerja Devian pada tempatnya. Setelah itu, ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk menyiapkan air. Setelah air siap, Nadine pun keluar dan kini Devian yang masuk. Lalu ia segera menyiapkan baju untuk suaminya itu. Namun, tiba-tiba kepalanya terasa pusing, bahkan Nadine merasa jika hidungnya mengeluarkan cairan.

"Ya Allah, kepalaku kenapa." Nadine memegangi kepalanya, saat tidak sengaja menyentuh hidungnya. Ia terkejut melihat darah di punggung tangannya.

"Darah, kenapa .... " belum sempat Nadine melanjutkan ucapannya, tiba-tiba tubuhnya ambruk ke lantai.

Selang beberapa menit, Devian keluar dari kamar mandi. Seketika matanya tertuju pada istrinya yang sudah tergeletak di lantai. Raut wajahnya menunjukkan kepanikan, dengan cepat Devian berlari menghampiri sang istri. Pria beralis tebal itu mengangkat kepala Nadine dan ia letakkan di atas pangkuannya. Dengan raut wajah yang panik Devian menepuk-nepuk pipi mulus Nadine.

"Nadine, kamu kenapa. Apa yang terjadi, Nadine." Devian terus menepuk-nepuk pipi mulus istrinya.

Karena tidak ada reaksi, Devian bergegas mengangkat tubuh mungil istrinya dan membaringkannya di atas ranjang. Setelah itu Devian langsung mengambil ponselnya untuk menelpon dokter pribadinya. Panik, dan khawatir yang saat ini Devian rasakan, ia takut jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Nadine. Meski Nadine telah berbuat kesalahan, tetapi bagaimanapun juga dia adalah istrinya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C6
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk