Unduh Aplikasi
6.07% I Want You to be My Love / Chapter 17: Nonton Movie

Bab 17: Nonton Movie

"Hahaha!" Raka tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Lala. "Ternyata lo bohong supaya gak ketahuan banget kalau lo uga bisa pakai lift?"

Lala menunduk malu. Ini lebih memalukan daripada ketahuan Pak Adnan dirinya tidak bisa menggunakan lift. Di depannya sekarang ini adalah idola Lala dan dirinya ketahuan berbohong pada pria iutu agar tidak terlihat norak? Ini justru lebih norak!

"Maaf," ucap Lala meminta maaf. Ia benar-benar malu melakukan hal tersebut, apalagi melakukan tindakan bodoh dengan cara merebut ponsel Raka dari tangannya. Itu jelas sangat tidak sopan artis papan atas mendapat perlakuan seperti itu dari warga biasa seperti Lala. Ia harus segera meminta maaf atau dirinya akan bermasalah dengan para penggemarnya.

Mendengar permintaan maaf dari Lala membuat Raka mengerutkan alisnya. "Maaf? Kenapa?"

"Maaf karena tadi saya mencoba merebut handpone kamu dengan kasar," jelas Lala.

"Dan juga, saya berbhong soal lift ini."

Lala membungkuk sekali lagi untuk meminta maaf ada pria itu, namun kedua pundaknya dipegang oleh kedua tangan Raka kemudian menun tubuhnya agar tegak kembali.

"It's oke, gak apa-apa. Lagian, apapun bisa dilakukan seeorang untuk menutupi aibnya kan?" ucap Raka lembut. Lala menatap kedua bola mata pria itu, ketika mengatakan hal tersebt Raka terlihat sangat keren.

Sejak tiga tahun yang lalu, Lala melihat pria ini sedang audisi di ajang pencarian bakan salah satu stasiun TV swasta. Kesan pertama Lala meliat pria itu membuat diriny terkesima dengan wajah tampan dan kualitas suara yang berwarna. Para juri bilang, Raka akan menjadi bintang setelah lolos dari ajang tersebut, dan benar! Album pertama Raka sukses besar, bahkan music videonya di youtube menjadi trending 1 selama berubulan-bulan lamanya.

Kini Raka menjadi musisi yang sukses. Suatu hari nanti, Lala ingin bertemu dengan pria itu. Dan sekarang terwujud.

"Kamu kerja di sini?" tanya Raka menyadarakan Lala dari lamunannya.

"I—iya, ini hari kedua saya bekerja di sini," jawab Lala.

Beberapa detik kemudian, gadis itu teringat akan tugasnya mengambil property untuk kebutuhan iklan.

"GAWAT!!!" seru Lala panik. Gadis itu melihat jam tangannya dan ini sudah seuluh menit semenjak dirinya pergi. Ia harus segera mengambil baran-barang yang ada di buku catatannya kalau tidak Pak Dimas pasti marah. "Sa- saya harus pergi," pamit Lala.

"Kemana? Buru-buru banget."

"Ke ruang property, ambil barang—barang buat kebutuhan syuting iklan produk baru."

"Oh, yaudah kalau gitu kita bareng aja," tawar Raka. ia dan Lala pun masuk ke dalam lift.

Di dalam sana, Raka menjelaskan pada Lala cara penggunaannya. Agar Lala tidak kesusahan lagi ketika mengalami hal ini.

Penjelasan dari Raka sangat mudah di mengerti, Lala langsung bisa hanya dalam sekali penjelasan. Entah karena Raka yang jago menerangkan atau Lala yang cepat tanggap dalam menyerap informasi yang di dengarnya. Sejak saat itu Raka dan Lala menjadi akrab, senang sekali Lala berbincang dengan seorang artis yang sangat ramah. Keduanya melakukan perbincangan dua arah.

Raka bilang, dia gak suka dipanggil dengan sebutan 'Pak' karena belum menikah. Jadi Lala memanggilnya 'Kak Raka." dDia ke sini untuk menemui temannya di lantai 26. Mendengar lantai itu Lala teringat dengan Pak Adnan yang juga bekerja di lantai tersebut. Lala berpikir, apakah teman Ka Raka?

*****

Ting. Pintu lift terbuka di lantai 10. Lala segera kelua dari lift sementara Raka tetap berada di sana untuk naik ke lantai 26 dimana temannya berada.

"Makasih ya, Ka Raka," ucap Lala.

"Iya sama-sama," balas Raka.

"Oh ya, lo santai aja kerja di sini," kata Raka sebelum menutup kembali pintu lift. Lala yang masih berdiri di sana mengerutkan alisnya. "Jangan takut salah atau berpikir lo akan dikeluarin dari perusahaan ini."

"Kenapa?" tanya Lala penasaran. Kenapa dia pd banget bicara kayak gitu?

"Karena dia orang yang baik. Mekipun agak banyak bicara sih."

"Kok ka Raka percaya diri banget ngomong kayak gitu? Kayak Kak Raka kenal aja sama Head Manager di perusahaan ini. "

"Gue emang kenal sama dia," kata Raka, kalimat itu terdengar tabu di telinga Lala. Gadis itu seperti tidak mengerti apa yang Raka maksud denan 'kenal dengan dia'. Ia pun menjelaskannya lebih detail. "Teman yang mau gue temui itu Head Manager di sini."

Lala ber-oh Ria. Kemudian keduanya pun berpisah. Raka naik ke lantai 26 sedangkan Lala berjalan menuju ruang properti.

Nasib sial menghampiri Lala, baru beberaa langkah seseorang menabraknya.

"Aduuuh kalo jalan lihat-lihat dong!" kesal Lala.

Gadis itu berkacak pinggang, namun setelah melihat siapa yang menabraknya Lala terkejut. Itu kan Pak Adnan!

"Aduuh, kamu tuh kalau jalan lihat-lihat dong!" kata Adnan memperingati gadis yang ia tabrak. Pria itu terkejut dengan keberadaan Lala di depannya. Kenapa dirinya selalu bertemu dengan gadis ini?

"Kenapa Bapak yang marah-marah? Kan Bapak yang nabrak sesaya?" marah Lala.

"Jadi saya yang salah gitu?" tanya Adnan menunnjuk dirinya sendiri.

"Iya!" tegas Lala.

"Kamu tuh yam, jadi karyawan gak ada sopan-sopannya banget."

"Hellow! Bapak pikir sikap Bapak ke saya itu sopan? Lagian ya Pak, kenapa sih setip saya ketemu sama Bapak pasti keadaan saya sial mulu."

Adnan menatap gadis itu sebal. "Apanya yang sial? Seharusnya saya yang bilang begitu. Kamu tahu pertama kali kita ketemu? Yang bikin susah siapa/ yang mohon mohon buat dianterin pulang siapa? Yang bikin saya telat buat ketemu sama pacar saya siapa? Kamu!"

"Itu kan keadaan daruat!"

"Apanya yang keadaan darurat?!"

"Transportasi yang saya gunain buat pulang gak ada dan saya merasa ada seseorang yang ikutin saya. Makanya saya asal masuk ke mobil Bapak."

Adnan tertegun mendengar penjelasan dari Lala. Ternyata gadis itu melakkan hal tersebut untuk melindungi diri. Sebagai seorang gadis memang berbahawya berada di luar pada malam hari. Pria itu menyesal sudah berasangka buruk terhadap Lala. Bahkan ia berpikir kalau Lala adalah seorang penipu yang akan merampasnya.

Raut wajah Adnan pun berubah, wajahnya menjadi datar. "Berdebat sama kamu gak aka nada habisnya. Tapi saya pringatkan sama kamu, jangan berlaku tidak sopan sama saya atau kamu akan saya pecat.

Adnan pun pergi melewati Lala.

"Huh, siapa dia berani mecat gue?" cibir Lala setelah Adnan pergi.

"Lagian, kata Kak Raka kan Manager di sini itu orang yang baik. Gak mungkin Manager peruahaan akan memecatnya karena bersikap semena-mena pada pria itu."

Lala pun kembali melangkah menuju ruangan properti. Setelah bertanya pada beberapa karyawan sana, akhirnya gadis itu menemukan ruangannya. Sebelum pergi, Pak Dimas memberikan kunci ruangan tersebut pada Lala, ia pun segera membuka ruangan yang ada di depannya dan mengambil peralatan yang dibutuhkan untuk pekerjaannya.

*****


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C17
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk