Nathan mematung di depan pintu, saat bersamaan pandangannya terarah penuh pada sosok pria yang berdiri tepat di hadapannya.
Sejenak tak ada satu kalimat pun yang bisa terpikirkan olehnya, bahkan sederet kalimat sapaan seolah hilang dari memori. Nathan kemudian menelan ludah, setelahnya mengusahakan manik matanya untuk tetap lurus bertemu dengan Max, alih-alih kepalanya yang mendesak untuk menunduk dalam.
"Apakah tidak terlalu cepat? Maksud ku, baru saja kau melamar adik ku minggu lalu."
Nathan meringis pelan, dengan canggung mengangkat lengannya untuk mengusap tengkuk. Seperti kesan horor yang sangat persis, bulu kuduknya sampai meremang saat suara berat milik Max menyapu telinganya.
"Ku pikir tak jadi masalah, lebih cepat akan lebih baik, kan?" balas Nathan yang mengucap santai sembari mengangkat bahu.
Anda mungkin juga menyukai