Pagi itu, dengan kaki dan tangan yang masih dibalut perban, Bulan berjalan kaki dengan kaku masuk kampus. Pagi ini dia dijadwalkan mengikuti ujian skripsi di gedung M. Beruntungnya dia, memiliki teman-teman yang pengertian..membantunya mempersiapkan berbagai literatur dan bahkan Dina membawakan aneka camilan untuknya. Dina dan Sonya teman satu angkatan dengannya. Hanya saja Sonya berbeda jurusan. Sering jalan bareng dan makan bersama, tempat sharing yang paling baik bagi Bulan..dan dia merasa beruntung memiliki teman seperti mereka.
"Lan, si brengsek itu gak bakalan datang kan? Jangan beritahu jadwal mu ke dia. Masih banyak ikan di lautan." Dina mengomel sejak kepulangannya dari rumah sakit waktu itu. Dan bahkan saat membantu mengganti perbannya pun dia akan kembali mengomel. Tapi Bulan tau, walau dia tidak mengabari Leo apapun mengenai jadwal ujiannya, Leo bisa melihatnya di papan pengumuman kampus. Dan Leo akan mengambil kesempatan untuk bertemu dengan Bulan untuk memberi penjelasan yang tertunda..tapi bagi Bulan itu sama saja seperti menyakitinya kembali. Lebih baik baginya untuk menghapus jejak Leo,menyibukkan diri dengan teman-teman dan proyek kerja tim kampusnya..surat kabar.
Mengingat itu langkah kaku Bulan semakin lesu. "Sialan..kenapa aq masih sesakit ini? Moment penting ku, gak boleh salah..gak boleh!" Bulan mengeraskan hatinya sekali lagi. Mengambil nafas dalam-dalam..dan mengepalkan tangannya sekeras mungkin. Sonya meliriknya dan berharap semoga hari berat ini tidak akan diinterupsi hal-hal melankolis tak berguna. Dia paham betul, Bulan bisa seketika hilang mood jika bertemu Leo, dan itu bisa merusak segalanya. Dan dia tidak rela itu terjadi pada sahabatnya. Bulan terlalu berharga untuk meladeni pria semacam itu. Tidak bisa dan tidak boleh. Tidak lagi.
Dan akhirnya sampailah mereka bertiga di gedung M, segera menuju ruang ujian, dan bertemu dengan beberapa mahasiswa lain dengan jadwal ujian yang sama. Semua berwajah tegang. Memakai jas almamater warna bata kebanggaan. Ada yang berjalan mondar-mandir di depan pintu, ada yang duduk dalam diam, dan membaca skripsinya kembali berulang kali.
Dan itu dia di sana. Duduk di bawah bayang-bayang pohon palm teras ruang ujian Bulan. Leo.
Jantung Bulan setika mencelos. Ya Tuhan..knp dia di sini sekarang. Mata Dina dan Sonya langsung tajam, " Yaaaa! Si brengsek tak berguna itu. Berani benar dia menunjukkan muka busuknya. Benar-benar cari mati!", Dina berkata seraya menggertakkan giginya. "Lan, kita di sini saja, jangan ke sana." Sonya menahan langkah Bulan. Bulan pun segera menghentikan langkahnya, lagi pula jika dosen penguji hadir, mereka akan mudah melihatnya dari sini. Dia tidak mau mencari masalah. Menjauh lebih baik.
Tapi Leo sudah terlanjur melihat mereka, dan perlahan berdiri dari tempat duduknya. Menggunakan stelan kemeja dan celana hitam, dia seperti sedang berbicara dengan seseorang dari piranti bluetooth yg terpasang di telinganya. Mendekat ke arah mereka bertiga. Bulan melempar pandangan ke arah lain dengan kaku, Sonya menahan nafas, Dina menggertakkan giginya. Dan pria itu berhenti tepat di depan Bulan.