Unduh Aplikasi
87.14% Helper Club / Chapter 61: Rumah si "MONALISA" (2)

Bab 61: Rumah si "MONALISA" (2)

Beberapa menit yang lalu.

[Yang datang itu si Nita dan Akbar lho wahai kakakku yang sedang sakit keras]

!!

"Eh, apa-apaan kamu Mon? Kenapa kamu tiba-tiba merebut HP ma … "

"Ba..barusan tadi Lisa bilang apa?" tanya Mona yang secara reflek tadi merebut HP dan memutuskan panggilannya.

"Bilang apa? Oh, maksudmu soal dia yang datang dengan temannya yang bernama Nita dan Ak …"

?!

DAAAASSH!!

Tanpa babilu lagi, Mona segera saja mematikan PS nya dan mulai membersihkan kondisi kamarnya yang benar-benar mencerminkan kamar seorang lelaki yang malas bersih-bersih kamarnya dengan alasan pasti ujung-ujungnya bakal kotor lagi. Dan tidak hanya itu, dia bahkan mulai mencari-cari pakaian tertentu di lemarinya dengan teliti, tentu saja hal ini membuat ibunya merasa sangat heran, karena biasanya si Mona tidak terlalu peduli kalau temannya datang ke kamarnya yang berantakan itu.

"Mo..Mona, ke..kenapa kamu jadi mulai bersih-bersih kamar begini? A..apa tadi mama mengatakan hal yang salah?" tanya ibu si Mona yang panik melihat sikap positif anaknya itu.

"Ba..baju feminim, ma..mana baju feminim?! Ke..kenapa aku tidak punya sama sekali baju feminim siih?! A..apa aku harus pinjam baju si Lisa sebentar?" tanya Mona yang mengabaikan ucapan ibunya sambil terus mencari baju yang menurutnya feminim.

!

Mendengar kata feminim keluar dari mulut anaknya yang 1 itu, ibunya pun langsung saja beruasaha menganalisis apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai anaknya si Mona itu melakukan hal yang sangat sulit dilakukannya.

"(Se..sebentar, ay..ayo kita berpikir sebentar, ti..tidak mungkin anak ini tiba-tiba saja ingin mencari baju feminim yang menurutnya tidak cocok dia pakai itu, pas..pasti ada pemicu yang membuatnya sampai bersikap seperti …..eh, be..benar juga, ta..tadikan saat aku ingin bilang Akbar dia langsung saja bersikap seperti ini, dan karena Akbar ini sudah pasti nama seorang cowok, maka bisa disimpulkan kalau sebenarnya anak ini … )"

!!!

DRAP-DRAP-DRAP

DRAP-DRAP-DRAP

BRAAAAAAAAK!!

!

"EH KUCING KUCING!! WOI!! SIAPA YANG MAIN DOBRAK PINTU MAS… Eh bu bos?"

Kagetlah semua pekerja di bengkel itu ketika ibu bos mereka tiba-tiba uncul sambil menendang pintu masuk keras-keras, dan melihat hal itu, tentu saja suaminya yang baru saja menganti roda belakang motornya itu menanyainya.

"Hei ma, kenapa mama main tendang pintu begitu sih? Apa mama tidak bisa bersikap tenang saja kalau mau buka pintu?"

"Pak, a…ana….anakmu…anakmu Mona."

"Eh, Mona?! Aa..ada apa apa dengan dia?! Apa sakitnya jadi makin parah ma?" tanya si bapak yang langsung bersikap khawatir ketika istrinya tiba-tiba membicarakan Mona yang baru saja kembali dari RS itu.

"Mo..Mona….si Mona itu, di…..dia sedang jatuh cinta!!"

...

...

!!!

"HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?"

Jangankan si bapak, bahkan seluruh pegawai di tempat bengkel yang mendengar ucapan bu bos mereka itu barusan juga merasa kaget dibuatnya, karena mereka sama sekali tidak menduga kalau Mona bisa jatuh cinta pada seseorang, jadi karena itulah mereka semuapun langsung mengomentari berita tidak terduga ini bagaikan ibu-ibu yang sedang arisan.

"Hei, a..apa aku tidak salah dengar barusan? Bu bos bilang kalau Mona jatuh cinta? Mo..Mona yang dia bicarakan itu Mona anaknya yang itukan?"

"Tolol, memangnya Mona yang mana lagi?"

"Ta..tapi, tapi kita bicara soal si Mona lho, si gadis penganut aliran "semua cowok itu teman main", jadi apa memang benar kalau ada cowok yang tidak dia anggap sebagai teman main? Karena jujur saja aku sempat mengira dia akan ganti kelamin karena menyerah jadi perempuan lho."

"Matamu, walapun dia tomboy, dia itu tetap perempuan tahu."

"Huhuhu, sialan, a..aku aku kira dia akan jadi gadis tersesat karena tidak tertarik dengan cowok sama sekali, syukurlah dia sudah kembali ke jalan yang benar, huhuhuhu."

"Benar-benar tidak terduga kalau ternyata ada cowok yang bisa buat anak itu jatuh cinta, apa ini pertanda Donal Trump akan kalah pemilu dengan Joe Bi…"

DUUUAAR

?!

Semuanyapun langsung saja terdiam membisu ketika pak bos mereka yang tadi sedang memegang sebuah ban, tidak sengaja menggegam ban itu dengan sangat erat sampai meledak (ya permisa, seorang yang meremas ban motor sampai meledak, bisa dibayangkan sekuat apa diakan?) Lalu dengan perasaan emosi yang membara, si pak bos itu pun kemudian bertanya …

"Oh, begitu, jadi diam-diam anak itu menyembunyikan hal ini padaku, hehehe, menarik, memangnya cowok seperti ada dia itu, haa?" kata pak boss itu dengan senyuman penuh rasa jengkel.

"Ya hahahaha, se..sebenarnya mama juga tidak tahu sih, tapi karena anak itu akan datang kesini untuk melihat kondisi si Mona yang sakit, kita bisa jadikan ini sebagai kesempatan untuk menilainyakan? Apa dia tampan? Bisa memasak? Atau jago main game PS 2? Waaaaaah, mama benar-benar enggak sabar lagi deh pak," kata si istri itu sambil tersenyum centil membayangkan seperti apakah cowok yang membuat anaknya sampai bersikap seperti perempuan itu.

"Heee, anak itu akan datang kesini ya? Hahahaa, bagus dong kalau begitu, karena akhirnya kita bisa tahu tipe cowok kesukaan putrimu itu seperti ap … "

"Pergi."

"A…..eh?"

Lalu sambil mengambil sebuah palu, dengan ekspresi wajah yang sangat-sangat menakutkan, si bos itupun dengan nada tegas memberikan perintah kepada para bawahannya untuk segera pulang.

"Karena hari ini ada kejadian yang tidak biasa yang benar-benar membuatku tercengah, khusus hari ini aku biarkan kalian pulang lebih awal, karena itu cepat pergi dari sini."

"Ta..tapi bos, ka..kami juga ingin tahu … "

"PERGIIIIIIIIIII!!!"

"WAAAAAAAAHHH!!! LARRIIIII!!! PAK BOSSSS SEDANG EMOSIIII!!!!"

---

Saat ini.

"Perkenalkan nama saya Munaro Atik, dan cowok bedebah ini adalah suami saya Parman. Dan sekali lagi, sumpah maaf banget ya atas sambutan yang tidak sopan tadi, karena suamiku ini memang benar-benar tidak tahu apa itu artinya sopan santun kalau berhubungan dengan cowok-cowok yang dekat dengan anaknya, mungkin karena dia tidak lulus kelas 3 SD dulu ya? Ahahahaha, woi bodoh! Cepat menunduk minta maaf!" kata sang istri yang membanting kepala suaminya ke tanah sebagai tanda maaf kepada Akbar.

"Ke..kenapa sampai buka aib SD ku begitu sih? Aku tahu aku kelewatan, tapi jang .."

"Minta ma-af."

"A..aku…aku minta maaf nak," kata sang suami yang kepalanya masih menancap di lantai itu.

"(Wow, ternyata sinetron suami-suami takut istri beneran diambil dari kisah nyata ya) Tidak masalah kok bu Munaro, lagipula itu memang normal kalau seorang ayah bersikap protektif kepada pergaulan anak perempuannya," kata Akbar yang merespons senormal mungkin sikap pasutri yang tidak normal ini.

"Ya benar itu normal, kalau begitu sekarang bisa jelaskan kenapa kakak menggunakan pakaian yang tidak normal itu? Atau lebih tepatnya, pi-ya-ma-ku?"

Bagaimana si Lisa tidak menanyakan hal itu dengan tatapan yang terasa menyindir, karena saat ini dirinya sedang melihat kakaknya yang sedang rebahan di kasurnya itu sedang menggunakan piyama tidurnya yang bermotif binatang imut itu.

"Ka…kamu bicara apa sih Lis, i..inikan piyama tidurku, kamu lupa kalau piyama kita itu kembar ya? Lagipula piyamamukan sedang ada di tempat kotoran karena kamu ngompol tadi pagi" kata Mona sambil tersenyum sinis yang seakan-akan mengisyaratkan kalau sebaiknya dia jangan bicara aneh-aneh.

"(Waaaah, lihat kedustaannya barusan, dia benar-benar tidak tahu siapa yang sedang mengatur siapa disini, apa lebih baik aku permalukan saja dia sekarang?)"

"Pfftt, ahahahahaha."

?

"Haa? A..apa? Apa yang lucu sampai kamu ketawa begitu ha?" tanya Mona yang kaget melihat Akbar tertawa.

"Ma..maaf, tapi diluar dugaan saja, ternyata kamu suka sesuatu yang imut begitu ya, aku pikir kamu tipikal perempaun yang hanya akan pakai BH ,boxer, atau baju-baju cewek tomboy serba minum begitu kalau sedang di rumah."

"(Diluar dugaan, enggak, kamu memang enggak salah kok)" kata ibu dan adik gadis tomboy itu yang sama-sama 1 pikiran merespons ucapan Akbar barusan.

"(Ada orang ngomong soal BH dan Boxer anaknya tepat didepan mata anaknya tapi mereka enggak marah, fix, enggak normal keluarga ini)" komentar Nita.

"(BANGSAAAT!!! BISA-BISANYA DIA NGOMONGIN BH ANAKKU DI DEPANKU BEGITU, KAU SUDAH MATI KALAU ISTRIKU ENGGAK ADA DISINI DASAR COWOK BANGS*T!!)" kata seseorang yang ternyata masih normal.

"Oh be..begitu, kamu belum pernah melihatku pakai baju seperti ini ya? Ok, ka..kalau begitu menurutmu gimana penampilanku saat ini?" tanya Mona tegas tapi dengan ekspresi malu-malu.

"(Hmmm, dia mau tanya pendapatku soal bajunya ya?) Kalau aku harus menjawab, maka akan berkata kalau kamu memang imut dengan baju itu."

"(Eh sebentar, kok kesannya aku malah membicarakan dia dan bukan pakaiannya ya? Sepertinya barusan aku salah ngomong deh)" kata Akbar yang baru saja sadar kalau ucapannya tadi bisa membuat orang salah faham.

"(Sumpah, bodohnya natural sekali, aku penasaran bagaimana respons keluarga kak Mona mendengar kata-kata terus terang kak Akbar barus … )"

"(AAAKHHHHHHH!! GILAAAAAA!! ANAK INI BENERAN GILAAA!! BISA-BISANYA DIA NGOMONG BEGITU DI DEPAN KELUARGANYAA TANPA MALUU!!)" kata si adik, ibu, dan ayah yang akhirnya bisa normal berjamaah itu.

"(Ahahaha, mereka memang tidak ngomong apa-apa, tapi sumpah, sepertinya aku bisa menebak apa yang mereka pikirkan dari wajah serasi mereka itu deh)" kata Nita yang hanya tersenyum ketika melihat ekspresi shock dari keluarga Mona.

"(Dan kalau keluarganya sendiri seperti itu, kira-kira seperti apa wajah orang yang sedang dibicarakan it …)"

Dan setelah melihat kearah Mona, Nita pun langsung mengusap-ngusap matanya, karena saat dirinya menoleh ke arah kakak kelas sekaligus senior pengajar bela dirinya yang terkenal tomboy itu, dia malah melihat sosok si Mona yang sedang terlihat malu-malu kucing setelah mendengar pujian Akbar yang terang-terangan barusan.

"A..apa-apaan sih kamu itu, bi..bisa-bisanya kamu bilang hal absurb begitu di depan banyak orang tanpa malu sama sekali, a..aku tidak senang mendengarnya tahu, bo..bodoh, boodoh!" kata Mona yang mukannya menjadi merah padam karena merasa marah (malu?) dengan ucapan Akbar barusan sambil melempari bantal ke arahnya.

"(Entah kenapa aku kok merasa familiar dengan kata-katanya barusan, tapi ya bodoh amatlah, lagian dari sikapnya, sepertinya dia juga tidak kesal-kesal amat sama pujianku barusan) Iya deh, aku minta maaf." kata Akbar sambil melempar balik bantal itu ke Mona, yang tidak sadar kalau dirinya sebenarnya baru saja melakukan suatu kebodohan natural yang sangat fatal.

!!!

"AKKKKHH!! MALU-MALU!! MONA SI CEWEK BARBAR MALU-MALU DI DEPAN SEORANG COWOK?! A..APA DIA BENERAN MONA KAKAKMU LIS?! DIA BU..BUKAN TERMINATOR KAN? SKYNET ITU CUMA FIKSI ILMIAH KAN?!" bisik bu Munaro kepada Lisa yang benar-benar tidak percaya dengan hal yang baru saja mereka lihat, bahkan saking kaget dan merindingnya, diapun sampai memeluk erat anaknya itu.

"Haha, ini masih belum seberapa ma, kalau mama melihat apa yang sudah aku lihat dulu, mungkin mama akan mencongkeli mata mama sendiri lho," kata Lisa yang bersikap tenang karena sudah terbiasa dengan perubahan sikap kakaknya itu.

"(Hmmm, aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa kalau setelah ini akan ada kejadian yang menarik untuk ditonton, untung aku sudah beli cemilan di Supermarket tadi)" kata Nita yang langsung saja membuka cemilannya.

(PERINGATAN!! ADEGAN TERSEBUT HANYA DILAKUKAN OLEH ANAK TIDAK SOPAN PROFESIONAL!! JANGAN PERNAH MAKAN CEMILAN SEMBARANGAN TANPA BIMBINGAN ORANG TUA!! APALAGI DI DEPAN KELUAGA YANG TIDAK NORMAL!!)

Dan benarlah apa yang dipikirkan oleh Nita, karena saat dirinya baru saja membuka bungkus cemilannya, dengan dahi memar dan tatapan tegas yang mengintimidasi, pak Parman yang baru saja bangkit dari tanah itupun mulai memberikan pertanyaan kepada Akbar.

"Woi bocah bangsat, aku mau tanya soal sesuatu, dan awas saja kalau kau tidak menjawabnya dengan benar," kata pak Parman dengan tatapan yang menakutkan.

"(Yap, hajarlah anak yang ngomong aneh-aneh soal anakmu pak Parman)" kata Nita yang terlihat bisa memprediksi apa yang akan terjadi.

"(Ini orang sebenarnya punya masalah apa sih denganku?) Ah, ma..mau tanya soal apa pak?" tanya Akbar sambil berusaha menahan rasa jengkelnya dengan sikap pak Parman.

"Kau itu, ikut aliran bela diri apa?"

"(Haaa? Dia tanya soal apa?)" tanta Nita yang 304 page not founding saat mendengar pertanyaan pak Parman itu.

"Anu, maaf?"

"Jangan mengelak, aku sudah bertarung dengan banyak orang dengan berbagai macam jenis bela diri mereka yang beragam, dan semuanya tidak bisa mengalahkan pencak silatku, tapi tadi, aku sama sekali tidak pernah melihat cara bertarungmu yang selalu saja berubah-berubah, jadi cepat beritahu aku, bela diri apa yang gunakan it … "

BRAAAK

Kepala pak Parman langsung saja terpelatuk ke belakang ketika tiba-tiba Mona melemparkan buku pelajaran yang tidak pernah dia baca tepat ke kepalanya, hal itu dilakukannya karena dia merasa kesal dengan apa yang sudah dilakukan oleh ayahnya itu.

"Pak! Lagi-lagi bapak menghajar teman laki-lakiku ya?! Bisakah bapak menghentikan kebiasaan buruk itu? Beberapa temanku bahkan ada yang sampai takut datang kesini karena trauma dengan kelakuan bapak itu tahu!!" kata Mona dengan nada kesal.

"Ah, sa..sayangku Mona, a..aku tahu kamu kesal dengan kelakuan bapak itu, tapi kamu tahukan tradisi keluarga kita itu bagaimana? Ja..jadi bapak harus tetap melaukannya untuk memastikannya dulu."

Tradisi, sebuah aturan konyol orang-orang tradisional yang terkadang tidak selaras dengan akal sehat dan kemajuan teknologi, tapi yang ajaibnya jika kita mematuhinya dengan benar, hal itu terkadang bisa memberikan keuntungan yang tidak terduga-duga dengan berbagai macam bentuk jenisnya. Dan disini kita bisa mengetahui tradisi keluarga si Mona adalah, "Mereka yang akan mewariskan aliran bela diri mereka haruslah mencari pasangan yang lebih kuat daripada pewaris sebelumnya", hal ini dilakukan agar generasi keluarganya masih bisa memelihara ilmu bela diri khas mereka yang sudah diturunkan sejak zaman dahulu dengan baik.

"(Aku tidak terlalu mempermasalahkan soal dia yang ingin membuktikan kemampuan para cowok yang mendekati si Mona sih, karena dia melakukannya demi tradisi keluarga, tapi masalahnya dia sering menantang para cowok itu secara mendadak dan bahkan pakai senjata tahu, tentu saja tidak ada yang pernah lolos seleksi dari kelakuannya itu, jadi sebagai ibu, aku jadi sempat khawatir dengan massa depan anakku sendiri. Tapi, lelaki dengan mata 1 itu, dia yang pertama kali berhasil selamat dari semua itu setelah sekian tahun, jadi apa artinya … )"

"(Well aku juga enggak ada topik buat dibicarakan juga sih sekarang, jadi yaaa terserahlah .... ) Ah, soal aliran beladiriku ya, kalau pak Parman memang sudah tahu berbagi jenis macam bela diri, tentu saja bapak pasti akan merasa aneh dengan gaya gerakan saya yang berbeda-beda tadi, itu karena saya penganut aliran bela diri campuran pak," jawab Akbar yang akhirnya memutuskan untuk menjawab pertanyaan orang tua itu.

?!

"Be..bela diri campuran?"

"Iya, itu lho, maksudnya saya itu belajar berbagai macam jenis bela diri seperti Muay Thai, Jujitsu, Krav Marga, Jet Kune Do, dan lain-lainnya dari Youtube, lalu saya menggunakan gaya yang menurut saya cocok digunakan saat pertarungan, pahamkan maksud ucapan saya barusan? "

!!!

"Wo..woi, kalaupun bercanda, it..itu tidak lucu lho, me..memangnya mungkin untuk kita bisa mempelajari banyak gaya beladiri sekaligus dengan modal Youtube? I..ini bukan novel aksi fantasi tahu," kata Mona yang ragu dengan ucapan Akbar barusan.

"Sebagai saksi mata pertarungan tadi, aku bisa memastikan kalau ucapan kak Akbar barusan itu benar kak," Jelas si Nita yang sedang memakan cemilannya itu.

"Hee!! Ja..jadi kalian berdua beneran bertengkar tadi?!"

"Ah, aku cuma menghindari serangan mendadak dari ayahmu saja kok, ahahaha, jadi ya tidak bisa dibilang berkelahi juga karena … "

"Heeeeeee, menarik, menarik banget, ini baru pertama kalinya aku bertemu anak yang punya aliran bela diri yang berbeda-beda, jadi bagaimana kalau kita bertarung sebentar nak Akbar?"

?

Melihat pak Parman menantangnya secara terang-terangan seperti itu, langsung saja Akbar menoleh ke arah Nita karena mengira adik kelasnya itu sebenarnya sudah tahu kalau hal ini akan terjadi, tapi sayang sekali respons si Nita tidak sesuai perkiraannya.

"(Woi spesies yang buat nabi Adam jadi bucin sampai perintah Tuhan dilanggar, kau tahu ini akan terjadikan?!)" kata Akbar yang melakukan telepati sambil melotot.

"(A..apa? A.. a..aku beneran tidak tahu apa-apa lho soal ini lho, karena akukhan cyantik)" respons si Nita sambil mengeleng-gelengkan kepalanya dengan anggun.

"Jadi bagaimana nak Akbar? Tidak perlu lama-lama, 10 menit saja sudah cukup kok," kata pak Parman yang menatap Akbar dengan tatapan yang mengerikan sambil mulai meremas ke 2 tangannya.

"(Gawat, aku merasa kalau dia orang penganut aliran ngeyeltisme, jadi kalaupun aku menang, sepertinya dia akan minta tanding ulang sampai dia menang deh, apa aku harus mengalah dan membiarkannya dia menang? Tapi siapa juga yang mau dihajar secara sukarela oleh orang yang mau membunuhmu ha? Jadi sebaiknya aku cepat akhiri saja kunjungan in … )"

"Hei bapak."

"Iya bu, ada ap … "

BRAAAAAAAAAAK

!

Kagetlah seluruh penghuni di dalam kamar ketika tiba-tiba saja bu Munaro menarik dan kemudian membanting keluar suaminya itu sampai keluar kamar, tentu saja sebagai korban kekerasan, sang suami pun tidak terima dengan perlakuan KDRT itu, sehingga dia pun ingin protes, tapi sebelum itu sang istri sempat …

"Hei bu!! Itu sakit tahu!! Kalau mau main "banting" nanti malam saj … "

Tep

"Dengar ya suamiku tercinta, jujur saja aku sendiri sudah muak dengan sikapmu yang ingin sekali bertarung dengan semua cowok yang dekat dengan Mona, aku tahu kamu sayang dia, tapi apa kau tidak memikirkan apa dampak kelakuanmu itu dimassa depannya nanti? Bagaimana kalau si Mona jadi perawan tua gara-gara tidak ada cowok yang melamarnya karena lebih dulu ketakutan karena kelakuan calon mertuannya, aku tahu kamu beruasaha untuk melestarikan tradisi keluargaku yang maniak dengan bela diri itu, tapi sayang sekali aku juga seorang ibu, jadi jika diharuskan memilih melestarikan tradisi lama keluarga atau kebahagiaan anakku, sudah jelas sebagai ibu yang normal aku akan memilih si Nitakan? Lagian yang harus menyeleksi dia cocok atau tidak itu adalah penerus keluarga sebelumnya, yaitu aku, jadi mulai sekarang, sebaiknya kau diam saja yang manis sambil mengurus bengkelmu dan biarkan aku sendiri yang menentukan dia itu cocok atau tidak untuk si Nita, atau nanti malam kau akan aku "banting-banting" sampai kau tidak bisa keluar kamar selama 2 hari, mengerti wahai suamiku sayang? Jadi kalau kau sudah mengerti cepat minta maaf ke anak itu sekarang juga," ucap bu Munaro yang menjewer sekaligus berbisik di telinga suaminya itu dengan tatapan yang lebih mengerikan daripada tatapan suaminya itu terhadap si Akbar tadi.

"Ak..aku minta maaf karena sudah berbuat lancang, a..aku tidak akan melakukannya lagi," kata pak Parman yang mukannya menjadi pucat pasih itu.

"(Sepertinya bu Munaro baru saja mengatakan kata-kata yang menakutkan sampai siapapun yang mendengar kata-katanya jadi jinak deh, boleh aku minta salah satunya untuk jaga-jaga kalau seorang adik kelas bertingkah kurang ngajar?)" kata Akbar yang kagum sekaligus penasaran dengan apa yang dikatakan oleh bu Munaro kepada suaminya.

"(Kalau hanya menjenguk pasti tidak sampai 10-15 menit, sebisa mungkin aku akan menahannya dulu disini agar aku bisa mengumpulkan berbagai informasi soal anak ini, karena itulah agar dia bisa tetap disini lebih lama, aku akan … ) Ahahaha, ma..maaf ya kalian harus melihat hal yang memalukan seperti ini, sebagai permintaan maaf, ibu akan membuatkan makan malam yang enak untuk kalian, jadi tunggu sebentar ya," kata bu Munaro kemudian.

"Eh, makan malam?! Ti..tidak usah repot-repot bu, ka..kami cuma mau menjenguk sebentar kak Mona kok, jadi setelah ini kami akan … "

"(Aku sudah menduga kau akan bilang begitu nak, tapi sayang sekali tidak ada celah yang tersisa untukmu) Karena ada gedung hancur yang sampai menghalangi jalan utama, kalian pasti harus melewati jalan lain sampai beberapa jam karena macetkan? Setelah kalian menghabiskan waktu selama 1 jam, kalian cuma datang kesini hanya untuk bilang "kak Mona kami datang, apa kakak baik-baik saja?", "Ah ini oleh-oleh untuk kakak", "Karena tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kami pulang dulu ya….." …. ng bahkan tidak sampai 15 menit, apa menurut kalian ini sebanding dengan perjuangan kalian yang bolak-balik selama 2 jam?" tanya bu Munaro sambil tersenyum manis.

"Ah, i..itu….hmmmmmmmmmmmmmmm, lo..logis juga sih," kata Nita sambil menganguk-anggukan kepalanya yang setuju dengan ucapan bu Munaro barusan.

"Hei, kamu cuma mau makan sajakan? Jujur saja dasar tukang makan, tipu muslihatmu terlihat jelas walaupun yang dikatakan oleh bu Munaro barusan memang logis" kata Akbar yang kesal melihat sikap Nita barusan namun lucunya sama-sama mengangap logis ucapan wanita itu.

"Ahahaha, santai-santai, lagian ini juga sebagai bentuk permintaan maaf kok karena suamiku berbuat kurang ngajar, jadi ibu sama sekali tidak keberatan, ahahaha, kalau begitu ibu mau pergi ke dapur dulu ya, dan untuk bapaaaaaaaak, bukannya bapak punya pesanan perbaikan motor, jadi ayo kuantar ke bengkel sekarang juga, yeeeee," kata bu Munaro sambil menyeret kaki pak Parman yang masih tergeletak di lantai itu keluar kamar.

"(Bangsat kau ya!! Ingat!! Aku tidak akan membiarkanmu keluar hidup-hidup!)" kata pak Munaro yang memberikan bahasa isyarat yang bermakna "mati" kepada Akbar dengan jari-jarinya yang sampai menunjukan saraf-sarafnya karena emosi.

!

"(Mampus, se..sepertinya dia masih akan berusaha cari gara-gara denganku kalau ada kesempatan, bagaimana caranya agar aku bisa selamat dari gangguang makhluk halus berotot itu sampai makan mal … ah benar juga, diakan tidak berdaya sama istrinya itu, kalau begitu …) Ah, kalau begitu apakah saya boleh membantu ibu memasak di dapur, karena kebetulan saya juga jago memasak lho," kata Akbar kemudian.

?!

"(Eeeh?.....EEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHHHHHHHHH!!!)" kata para keluarga tercemar itu.

"Biar kutebak, kakak belajar dari Youtube lagikan?" kata si Nita yang sudah tidak merasa kaget lagi dengan kemampuan-kemampuan yang muncul mendadak dari kakak kelasnnya itu.

"Memangnya ada larangan untuk belajar dari video Youtube? Kalau iya, primitive sekali pendidikan di Negara kita ini."

"(IIIHHH, DI..DIA JUGA BISA MASAK GUYYSS!! KE..KENDALIKAN DIRIMU MUNARO!! KARENA DI..DIA MUNGKIN CUMA NGOMONG DOANG!! KAMU TIDAK BOLEH LANGSUNG PERCAYA SEBELUM MELIHATNYA SENDIRI!!) Ah, i..ibu sih tidak masalah, ta..tapi bukannya tidak sopan kalau tamu yang malah … "

"Ahahaha, tidak apa-apa kok bu, saya tidak keberatan membantu, karena saya rasa pekerjaan ibu akan cepat selesai kalau dikerjakan oleh 2 orang (semakin cepat memasaknnya dan semakin cepat kita makan, jadi semakin cepat juga kita keluar dari rumah ini)" kata Akbar yang sebenarnya memiliki niat tersembunyi itu.

"Ya ka..kalau kamu memang tidak keberatan sih, yaaaa ibu ok-ok saja kok, malahan ibu juga senang karena akhirnya ibu bisa masak bareng dengan seseorang setelah sekian lama menjadi koki solo player di rumah ini, karena yang lain rata-rata cuma bisa rebus air dan mie saja sih, ahahaha," kata bu Munaro yang matanya berbinar-binar karena merasa bersemangat.

"(Kenapa aib keluarga dibicarakan keras-keras begitu?!!)" kata 3 anggota keluarga tercemar itu yang menutup muka karena merasa malu.

"Baiklah, kalau begitu aku akan bantu bu Munaro memasak di dapur, kalian berdua temani saja si Mona sana, sambil main PS atau menggosip tentang ekonomi negara 5 tahun kedepan seperti wanita normal kebanyakan," kata Akbar kepada Lisa dan Nita sambil berjalan keluar.

"Ya aku sih tidak keberatan, karena apa yang tidak untuk makanan gratiskan? Tapi asal kakak tahu saja, aku ini sangat kritis soal makanan lho, jadi tolong jangan buat aku kecewa atau kakak akan melihat amukan chef Juna versi berdada ya," kata Nita yang memberikan peringatan kepada Akbar sambil tersenyum licik.

"Tenang saja chef, akan kupastikan bagianmu penuh dengan kasih sayang rasa obat nyamuk," kata Akbar sambil tersenyum manis kearah adik kelasnnya itu.

"Ahahahaha, candaanmu lucu deh dik Akbar, karena kesannya kamu seperti benar-benar akan melakukannya kalau kamu tersenyum seperti itu lho, ahahahaha," kata bu Munaro sambil menepuk-nepuk pundak si Akbar.

Dan akhirnya, Akbarpun segera pergi keluar kamar menuju dapur untuk membantu bu Munaro memasak makanan mereka, meninggalkan Nita yang benar-benar menganggap rumah seniornya itu seperti rumah sendiri bersama 3 anggota keluarga tercemar lainnya itu.

"Baiklah, sambil menunggu kak Akbar selesai memasak, enaknnya apa yang harus kita lakukan sekarang kak Mona, Lisa? Karena tidak mungkin kita bicara soal PR sekolah atau bicara masalah ekonomi Negara 5 tahun kedepan seperti ucapan kak Akbar tadikan, jadi bagaimana kalau kita main PS saja seperti dulu?" tanya Nita tanpa rasa malu sama sekali.

"(Yang 1 membantu memasak makanan dengan tuan rumah,lalu yang 1 nya lagi bertingkah seperti yang punya rumah, sumpah, tamu macam apa mereka ini?!)" tanya 3 anggota keluarga tercemar itu yang heran dengan kelakukan para tamu mereka yang tidak biasa itu.

---

Beberapa jam kemudian, pukul 18.10.

WOW, itu adalah 3 huruf yang benar-benar mewakili apa yang sedang dirasakan oleh 4 manusia tercemar itu ketika mereka dipanggil ke dapur oleh bu Munaro, karena setelah mereka sampai di dapur, pandangan mereka langsung saja dimanjakan dengan berbagai macam jenis makanan yang dari baunya saja sudah bisa membuktikan bahwa makanan-makanan itu bukanlah mie goreng apalagi mie kuah yang merupakan makanan pokok mereka (wtf?)

"Tampar bapak, karena bapak yakin kalau bapak sekarang pasti sedang menstruasi," kata pak Parman yang tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Maaf pak, biasanya aku akan dengan senang hati melakukannya, tapi sekarang entah kenapa rasanya aku malah ingin bapak yang memukulku deh," kata Mona yang juga tidak percaya dengan pemandangan yang sedang dia lihat.

"A..apa-apaan ini? Ke..kenapa meja makan kita jadi seperti presmanan hotel bintang 5 begini?!" tanya Lisa kemudian yang kaget melihat banyak sekali makanan di meja dapur.

Bagaimana Lisa tidak berkomentar seperti itu, karena biasanya untuk makan siang mereka biasa memakan nasi dengan 1 lauk seperti orang-orang normal, tapi saat ini, tidak hanya nasi dan 1 lauk, tapi di meja sudah tersedia berbagai macam jenis makanan yang berbeda-beda jenis dan rasnya, dari nasi goreng, ayam goreng, telur goreng, sayur sop, ikan sarden, tempe, tahu, sambel, dan bahkan bubur.

"Ahahaha, maaf-maaf, ibu jadi terlalu bersemangat tadi saat memasak dengan nak Akbar, jadi ibu tidak sadar kalau ternyata ibu malah kebanyakan masak," kata bu Munaro sambil tersipu malu.

"Ma..maaf ya semuanya, ta..tadi aku sudah berusaha memperingatkan ibu kalian kalau dia sudah terlalu banyak membuat makanannya, tapi semua ucapanku malah diabaikan sampai-sampai semua bahan makanan di kulkas habis untuk membuat semua ini," kata Akbar yang banjir keringat karena terlalu lama memasak di dapur.

"Kakak memang bilang begitu, tapi sebenarnya kakak juga sukakan memasak makanan orang lain sampai semua bahan dipakai semuanya?" ejek Nita.

"Hei, Kau pikir aku tipikal orang yang mau memasak banyak makanan sekaligus apa? Aku tadi cuma melakukan semua yang diperintahkan oleh bu Munaro saja tahu, jadi aku tidak sadar kalau ternyata makanan yang akan dibuat ternyata akan jadi bermacam-macam seperti ini," kata Akbar membela dirinya.

"(Untuk memastikan dia bisa memasak atau tidak, aku jadi terpaksa membuatnya membantuku membuat berbagai jenis masakan yang cara memasak dan bahan-bahannya sudah jelas sangat-sangat berbeda satu sama lain. Dan amazing, dia benar-benar tahu bagaimana cara memasak yang benar dan tahu apa saja yang dibutuhkan untuk memasak seperti ibu-ibu rumah tangga pada umumnya, bahkan dia bisa membedakan mana Kunyit dan Jahe tidak seperti 2 anakku yang masih perawan itu lho, aku jadi makin suka dengan anak ini deh, jadi daripada menantu, apa sebaiknya aku angkat dia jadi anak tiriku saja?) Ahahahahaha, tenang saja Akbar, semua makanan itu tidak akan mubazir kok, karena semua orang disini itu sebenarnya orangnya rakus-rakus lho, jadi mereka pasti akan bisa menghabiskan semua makanan ini tidak sampai 10 menit, iyakan semuanya?" kata bu Munaro sambil melirik kearah keluarganya.

"Eh, ma, ki..kita memang suka makan yang enak-enak, ta..tapi bukan berarti kita bisa makan semua ini tahu, jadi … "

"Apa kau baru saja mengatakan sesuatu Lisa?" tanya bu Munaro yang memotong ucapan Lisa sambil tersenyum manis.

"Wu..wuaaah, da..dari baunya saja sudah menggoda selera, ka..kayanya enak banget nih semua makanannya, aku jadi ingin ny..nyoba satu-satu deh," kata Lisa yang mendramastir itu.

"Ya kalau begitu tunggu apa lagi, ayo semuanya silahkan dimakan," kata bu Munaro kemudian yang mempersilahkan para keluarganya untuk menikmati hidangan yang sudah dia buat bersama Akbar selama berjam-jam itu.

Dan akhirnya, tanpa banyak bicara dan tanya lagi, segera saja semua orang mengambil makanan-makanan yang tersedia diatas meja sesuai dengan selera mereka masing-masing, dan pada moment inilah, terjadi suatu hal yang membuat hati jomblo kita berdebar-debar dan geli, yaitu ...

"(Di..dia bisa membantu mama membuat makanan sebanya ini, hahahahahaha, sialan, ha..harga diriku sebagai perempuan rasanya ingin kugadaikan untuk biaya modifikasi motorku saja deh, gak sabar aku untuk lari dari kenyataan kejam ini)" kata Mona dengan tatapan kesal pada makanan-makanan yang terlihat lezat walaupun belum masuk ke mulutnya itu.

"Oh ya Mona, maaf saja ya kalau aku bersikap sok tahu dan mengatur, tapi rasanya orang yang sedang sakit tidak boleh makan makanan gorengan deh, jadi bagaimana kalau kau makan bubur ayam buatanku ini saja?" tanya Akbar sambil memberikan satu-satunya semangkuk bubur ayam di meja itu kepada Mona.

"Ah terima kasih ya Akbar, tapi aku lebih suka makan daging, jadi … "

...

???

"(Eh?)" tanya Nita dalam hati yang tidak menduga kalau ternyata bubur yang dibeli oleh Akbar tadi ternyata akan diberikan kepada Mona.

"(Maaf?)" tanya Lisa dalam hati yang tidak menduga kalau ternyata Akbar bisa buat bubur.

"(KAU BILANG APA TADII??!!)" tanya pak Parman dalam hati yang tidak menduga kalau Akbar akan terangan-terangan bersikap romantis.

"Eh maaf, kau bilang apa tadi?" tanya Mona dalam hati yang tidak menduga apa-apa karena dia memang malas untuk menduga-duga.

"Yaaa sebenarnya tadi saat aku, Nita, dan adikmu pergi ke supermarket, aku sempat kepikiran untuk membelikanmu bubur sasetan, karena kau tahukan, kalau orang sakit rata-rata akan jadi lebih sehat kembali kalau makanannya panas dan mudah dicerna tubuh, dan karena kebetulan juga aku di izinkan memakai peralatan dapur oleh ibumu, jadi ya sekalian saja aku buatkan ini buatmu," kata Akbar.

"Hei-hei, dia berusaha membuat makanan khusus untukmu lho, bukanya tidak sopan kalau kamu menolak hasil kerja kerasnnya itu?" sindir bu Munaro sambil tersenyum licik.

Tentu saja Mona agak merasa canggung dengan serangan mendadak barusan itu, karena dia tidak pernah mengira sama sekali kalau si Akbar akan membuatkan makanan khusus untuknya seperti itu. Jadi dengan dalih yang seperti dikatakan oleh ibunya barusan, Monapun menerima masakan buatan Akbar itu.

"Y..ya..yaaa kalau kau sudah bersusah payah membuatkan ini untukku, ke…kesannya memang tidak sopan kalau aku menolaknnya kan, ja..jadi ini bukan berarti aku ingin memakan makanan buatanmu lho ya," kata Mona yang mengucapkan kata-kata penuh kemunafikan dengan ekspresi malu-malu yang tegas.

"(Wah, lagi-lagi aku mendengar kalimat yang familiar, ini bukan dunia 2D kan?)" kata Akbar yang menanyakan hal yang sangat kontroversial pada dirinya sendiri.

"(AAAHH! WAJAH MALUNYA SESUATU BANGET YA GUSTI!! KAPAN TERAKHIR KALI DIA BERSIKAP SEPERTI ITU?! IIIIIIIIIH!! AKU GAK SABAR LIHAT EKSPRESI YANG LEBIH MANIS DARIPADA INI DEH!!) Baik semuanya, karena kalian sudah mengambil makanan kalian masing-masing, jadi mari kita mulai acara makan malamnya, bersulang!!" kata bu Munaro yang saat ini moodnya sedang sangat bagus-bagusnya sambil mengakat piring makanannya tinggi-tinggi.

"Be..bersulang," kata orang-orang lainnya yang hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh bu Munaro.

Kemudian, para manusia itupun segera saja mulai memakan makanan mereka masing-masing. Tapi, disaat waktu damai seperti ini pun, pak Munaro yang berperan sebagai ayah overprotektif itu masih saja berpikiran yang tidak-tidak pada si Akbar.

"(Sialan!! Dia mencoba cari perhatian dengan menunjukan bakat memasaknya ya?! Cuih, memangnya anak SMA bisa masak apa ha? Memang tampilan luarnya terlihat berkelas, tapi pasti rasanya kaya raport ketidak lulusanku,)" kata pak Parman yang melupakan fakta kalau sebenarnya istrinya yang ganas juga ikut andil dalam pembuatan semua makanan di meja makan itu.

"(Lihat saja, akan kumuntahkan lagi dan kupermalukan kau sampai ubun-ubun dasar bocah …. )"

!!!

"(…AAAAKKKHHH!! ENAK!! RASANYA SEENAK KARTU SIMKU YANG AKHINYA SUDAH JADI SETELAH GAGAL 10X TES MENGEMUDI YANG GAK JELAS APA FAEDAHNYA ITU SIALAAN!!!!!)" kata pak Munaro yang seketika lupa dengan niat jahatnya dan mulai memakan lahap nasi gorengnya itu.

"(Oh syukurlah dia benar-benar memakannya tanpa masalah, aku kira orang itu akan cari masalah lagi denganku dengan pura-pura keracunan dan memuntahkan lagi makananku itu)" kata Akbar yang merasa lega bahwa prediksinya yang 100% hampir terjadi itu salah.

"Bumbu sambel nasi gorengnya terlalu pedas, tahunya kurang renyah karena mungkin kurang lama digorengnya, tidak ada rasa obat nyamuk, dan air putihnya warnanya bening, karena itulah dari 1-10, aku kasih nilai skor makanan kakak sebesar -11," kata Nita bicara omong kosong sambil memakan makananya dengan lahap.

"Aku tidak paham dengan bahasa pemograman yang baru saja kau katakan, tapi akan aku anggap itu sebagai pujian."

2 menit kemudian, pak Parman yang baru saja tersadar dari hipnotis makanan dari si Akbar yang luar biasa enak itu mulai mengigit kuku jarinya keras-keras yang menandakan bahwa dia mulai serius memikirkan rencana untuk menjauhkan si Akbar dari keluargannya.

"(Sialan!! Aku akui kalau makanan buatannya itu enak!! Tapi memangnya kenapa? Memasak itu bukan tugas wajib bagi para laki-laki tahu! Jadi jangan pikir aku akan mengizinkanmu memiliki anakku hanya karena masakanku sekelas Master Chef sialan! Kalau kau memang ingin mendapatkan pengakuan dariku, paling tidak beritahu aku hal greget yang bisa membuatku tersentuh dan … )"

"Oh ya Akbar, kalau boleh tanya nih, memangnya kenapa matamu yang sebelah kiri itu ada bekas lukanya sampai membuatmu jadi terlihat seperti bajak laut begitu? Apa itu bekas berkelahi?" tanya bu Munaro yang sebenarnya dari awal pertemuan sudah penasaran dengan kondisi Akbar yang tidak biasa itu.

....

....

!!!


next chapter
Load failed, please RETRY

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C61
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk