"Ah, kamu bilang saja ingin berselingkuh dari Grey," gerutu Aldy, tidak bisa menerima saran dari Ferdinan.
Sedang menunggu dua personel lainnya, Aldy dikagetkan dengan kehadiran Rega di kafe yang sama dengan mereka. Aldy menepuk punggung tangan Ferdinan dan memberikan kode kepada Ferdinan untuk menoleh dimana Rega kini tengah duduk jauh dari tempat duduknya, bersama dengan seorang perempuan yang sudah tidak asing lagi dipandangan mereka.
"Rega?!" tanya Ferdinan cukup terkejut melihatnya.
"Ferdinan, bukankah itu …."
"Ada apa Rega dengan Moza?" tanya Ferdinan berbicara cukup keras dan membuat Aldy membungkam mulut Ferdinan agar tidak terdengar hingga ke telinga Rega dan juga Moza, yang kini terlihat tengah bersama di sebuah kafe.
"Kamu bahaya sekali! Kita pergi dari sini dan bicara di luar saja," ucap Aldy, menarik lengan tangan Ferdinan untuk segera pergi dari kafe itu.
"Tunggu, Aldy! Aku ingin mengambil potret kebersamaan mereka. Ini bisa dijadikan bukti kepada Rea, karena Rega ketahuan berselingkuh," tutur Ferdinan, memotret Rega yang terlihat seperti sedang kencan bersama seorang gadis bernama Moza. Dimana mereka tahu kalau Moza tengah melakukan pendekatan dengan Hans, mantan kekasih Rea.
"Belum tentu Rega selingku, Ferdinan. Kita pastikan saja dulu kebenarnya pada Rea," sanggah Aldy, kemudian kembali menari Ferdinan agar segera pergi dari kafe tersebut.
***
Sepeda motor Aldy dan Ferdinan menepi di depan rumah Rea. Usai dari kafe itu, mereka segera menuju ke rumah Rea untuk mencari tahu tentang Rega dari Rea.
"Ingat, jangan langsung beranggapan kalau Rega berselingkuh. Kita cari tahu dulu dari Rea, siapa tahu ia memang tahu kalau Rega hari ini pergi bersama Moza," tutur Aldy mengingatkan kepada Ferdinan yang kerap bicara seenaknya.
"Iya, iya … kamu khawatir sekali aku bicara seenaknya," kekeh Ferdinan, namun ucapannya tidak dapat dipercaya oleh Aldy.
Mereka turun dari sepeda motor dan memasuki halaman rumah Rea yang terlihat sepi. Namun Rea sudah pasti berada di rumahnya karena hari ini adalah akhir pekan dan Rea baru saja membuat status harian kalau dirinya sedang berada di kamar.
Tok tok tok
Ferdinan mengetuk pintu rumah Rea, sembari menyebut nama Rea agar Rea lekas keluar untuk membukakan pintu rumahnya.
Tok tok tok
"Sudah, Ferdinan. Rea mungkin sedang menuruni anak tangga," ucap Aldy, menahan tangan Ferdinan untuk mengetuk lagi pintu rumah Rea.
Cklek
Pintu rumah Rea terbuka dan memperlihatkan Rea yang sepertinya sedang bermalas-malasan di kamarnya. Rambutnya acak-acakkan dan juga pakaian yang ia kenakan masih baju tidur.
"Kamu belum mandi?" tanya Aldy.
Rea mengucek matanya dan melihat Aldy. Ia menggelengkan kepalanya, kemudian memberikan kode kepada kedua temannya untuk masuk ke dalam rumahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, namun Rea masih belum juga mandi dari pagi. Tidak heran jika Ferdinan tak henti mengejeknya sebagai pemalas dan juga jorok.
"Diam kamu! Kalau tidak ingin keluar dengan Grey, kamu juga tidak akan mandi di hari libur, bukan?" gerutu Rea, kemudian ikut duduk bersama teman-temannya.
"Hari ini aku sudah mandi, kok. Tadi saat Aldy datang, aku sudah mandi lebih dulu, yeee …," ejek Ferdinan. "Bagaimana jika yang datang adalah Rega? Ia pasti menyayangkan sekali memiliki kekasih yang jorok dan pemalas sepertimu."
"Aku tidak mandi pagi karena yakin Rega tidak akan datang ke rumah hari ini," balas Rea.
Ferdinan menelan salivanya, ia kemudian menoleh pada Aldy dan menyeringai. Kini Ferdinan kembali melihat Rea, akan segera beraksi untuk mencari tahunya.
"Oh begitu … memangnya Rega kemana? Ke luar kota?" tanya Ferdinan, mulai memancingnya.
"Dia ada acara keluarga hari ini, bahkan sejak kemarin malam sudah tidak berada di rumahnya. Jadi aku yakin kalau hari ini ia tidak akan datang mengunjungiku," jawab Rea tersenyum.
Ferdinan kembali menoleh pada Aldy dan kali ini keduanya mengangguk bersamaan.
"Rea, ada yang ingin aku dan Ferdinan sampaikan. Mungkin kamu tidak terlalu memercayainya, tapi aku harap … kamu berkenan untuk melihatnya," ujar Aldy, sedikit canggung karena perkataannya kepada Rea saat ulang tahun Rea malam itu.
"Ada apa?" tanya Rea sedikit ketus, sudah bisa menangkap kalau akan ada kabar buruk yang akan ia terima dari kedua temannya itu.
Ferdinan memberikan ponselnya kepada Rea dan menunjukkan sebuah foto.
Rea mengernyit, seperti heran dengan foto yang kini sedang ia lihat.
"Aku tahu kamu sedang kasmaran, tapi tidak perlu memamerkannya padaku," gerutu Rea, mengembalikan ponsel Ferdinan.
Ferdinan menarik ponselnya dan terkekeh karena foto yang ia perlihatkan adalah foto dirinya bersama Grey.
Bukan hanya Ferdinan saja yang terkekeh geli dengan kesalahannya sendiri, Aldy dan Rea juga tertawa karena disaat serius seperti ini, ada saja kesalahan yang merubah suasana menjadi cair.
"Ini, baru benar," ujar Ferdinan, kembali memberikan ponselnya kepada Rea.
Rea diam, tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika melihat foto Rega yang tengah bersama dengan Moza.
"Aku harap, kamu jangan emosi. Kita bisa selesaikan ini secara kekeluargaan, Rea. Jangan sampai ada keributan di antara—"
"Mengapa semua pria yang mengakhiri hubungan denganku beralih pada Moza semua?" tanya Rea bergumam.
"Hm?! M—maksud kamu mengakhiri?"
"Aku sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan Rega, sejak kemarin sore. Aku melihat Rega meposting foto seorang perempuan yang tidak aku kenal dan ia privasikan dariku. Namun aku mendapatkan foto itu dari Grey. Awalnya Rega memang izin ingin pergi bertemu dengan teman-teman lamanya. Tapi … jika memang tidak ada yang spesial antara ia dengan perempuan itu, untuk apa ia memprivasikannya dariku?"
Deg!
Ferdinan dan Aldy kembali saling bertatapan.
'Luar biasa … ini adalah kesempatan emas bagi Aldy untuk dapat merebut hati Rea!' batin Ferdinan serasa ingin melompat karena kegirangan.
"Jadi … kamu sudah putus dengan Rega?" tanya Aldy, memastikannya lagi.
"Ya sudah jelas putus, Aldy … untuk apa dipertanyakan lagi," ujar Ferdinan menyahuti pertanyaan dari Aldy yang seharusnya dijawab oleh Rea.
"Meski belum jelas, tapi aku tetap beranggapan kalau Rega berselingkuh dariku. Aku tidak ingin menceritakannya kepada kalian dan mengarang cerita seperti tadi, karena tidak ingin terlihat sedang patah hati," tutur Rea, menjelaskan perasaannya saat ini.
"Sudah-sudah … masalah itu biarlah berlalu. Masih banyak pria yang jauh lebih baik untukmu, Rea. Nah, sekarang lebih baik kamu mandi … dan setelah itu kita harus segera pergi," ujar Ferdinan sembari melihat jam tangannya. "Masih ada waktu satu jam untuk kamu prepar. Aku dan Aldy akan menunggumu di sini."
"Sekarang masih jam setengah lima. Memangnya kamu ingin mengajakku kemana?"
"Bukankah hari ini ada perayaan? Kembali melajangnya seorang Rea. Kita harus merayakannya dengan makan sate malam ini."
"Aku sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan Rega, sejak kemarin sore. Aku melihat Rega meposting foto seorang perempuan yang tidak aku kenal dan ia privasikan dariku. Namun aku mendapatkan foto itu dari Grey. Awalnya Rega memang izin ingin pergi bertemu dengan teman-teman lamanya. Tapi … jika memang tidak ada yang spesial antara ia dengan perempuan itu, untuk apa ia memprivasikannya dariku?"
Deg!
Ferdinan dan Aldy kembali saling bertatapan.
'Luar biasa … ini adalah kesempatan emas bagi Aldy untuk dapat merebut hati Rea!' batin Ferdinan serasa ingin melompat karena kegirangan.
"Jadi … kamu sudah putus dengan Rega?"
***
Cheers!!!
Rea, Ferdinan dan Aldy mengangkat gelas mereka dan kemudian bersulang. Meski hanya dengan air soda, namun mereka bertiga bertingkah layaknya orang-orang dari Barat yang kerap meminum minuman beralkohol dengan sedikit mabuk.
"Soda nya bisa membuat aku mabuk," ujar Ferdinan berbicara dengan lunglai.
"Sudah bermain-mainnya. Sebentar lagi pesanan kita datang," gerutu Aldy menepuk bahu Ferdinan.
"Ah, aku benar-benar mabuk ini," sanggah Ferdinan, tidak ingin dianggap hanya meminum air soda saja. "Aku ingin mabuk agar berani mengutarakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan. Apa kamu tidak ingin mencobanya?" tanya Ferdinan kepada Aldy. Sepertinya Ferdinan menantang Aldy untuk berpura-pura mabuk agar berani mengutarakan isi hatinya kepada Rea.
"Untuk apa?"
"Siapa tahu ada yang ingin kamu sampaikan, tapi … tertahan di dalam hatimu," tutur Ferdinan, sembari menunjuk dada Aldy.
Aldy melirik pada Rea yang tersenyum kepadanya.
"Sudah, makan saja dulu," ujar Aldy, berusaha membuat Ferdinan tidak bertingkah lagi.
"Sudah Ferdinan, kita makan dulu, baru mabuk lagi. Hahaha … aku juga ingin pura-pura mabuk, nih," sambung Rea, meminta Ferdinan melanjutkan tingkahnya nanti saja setelah selesai makan.
Mereka bertiga akhirnya memilih untuk menyantap sate yang telah dipesan dan menikmati kebersamaan mereka bertiga, setelah sekian lama sulit untuk pergi bertiga seperti itu, karena Aldy yang terlalu sibuk dengan gadis-gadis incaran yang ternyata hanya untuk pura-pura saja.
Mereka menghabiskannya dengan cepat, layaknya sedang mengikuti lomba makan. Mereka tidak sabar ingin menikmati air soda layaknya menikmati wine. Ferdinan yang lebih dulu selesai makan dan segera menuangkan soda kembali ke masing-masing gelas mereka.
"Habiskan cepat, kita mulai permainannya!" perinta Ferdinan, seperti tidak sabar.
"Siapa yang bilang kalau selesai makan kita akan bermain?" tanya Aldy, sepertinya ia tidak tertarik dengan permainan yang akan dimainkan oleh Ferdinan.
Ferdinan menarik Aldy dan mendekat pada telinganya.
"Bodoh! Aku membantumu agar kalian bisa segera pendekatan!" gerutu Ferdinan berbisik. Ia memiliki niat yan baik, yakni membantu Aldy agar bisa dekat dengan Rea yang baru saja putus cinta itu.
Aldy melirik pada Rea, berharap Rea tidak mendengar apapun yang dikatakan oleh Ferdinan barusan. Ia memilih untuk menuruti permintaan Ferdinan agar tidak terus-terusan disudutkan.
"Oke, aku akan ikut permainannya, jika Rea juga ikut," ujar Aldy, kini menoleh pada Rea seperti menantang.
"Siapa takut?!" balas Rea, memajukan posisi duduknya.
Ferdinan tersenyum melihat kedua temannya yang berambisi untuk ikut mempermainkan permainan konyolnya itu. Pura-pura mabuk dengan meminum air soda.
"Baik, aku yang pertama, yang akan memulainya," ujar Ferdinan, menengguk setengah gels air soda dan memejamkan matanya, seolah merasakan rasa tidak enak pada minuman itu. "Jadi, sebenarnya aku sudah bosan dengan Grey. Aku ingin mencari pasangan baru—"
"Gila ya kamu?!" bentak Rea tiba-tiba. Ia terkejut ketika Ferdinan mengutarakan isi hatinya yang ternyata ingin berselingkuh.
"Bukankah kamu pernah berkata kalau kamu tidak ingin selingkuh?" tanya Aldy, masih ingat dengan perkataan Ferdinan tadi siang.
"Siapa yang ingin selingkuh? Aku belum selesai bicara. Aku memang memiliki niat untuk berselingkuh, tapi sayangnya … aku sangat mencintai Grey."
Rea dan Aldy menggelengkan kepalanya Ia kesal pada Ferdinan yang sudah mempermainkan emosinya.
"Siapa selanjutnya?"
"Aldy dulu, baru aku," pinta Rea memberikan signal kepada Aldy untuk melakukannya duluan.
Tanpa menjawab iya atau tidak, Aldy segera menengguk air soda dalam gelasnya hingga tak tersisa dengan pandangan yang masih mengarah pada Rea.
"Katakan apa yang ada dalam benakmu, Al. Anggap saja kamu sedang mabuk dan tidak sadar dengan apa yang kamu katakan!"
"Aku pernah menyukai seseorang … dan hingga kini masih menyukainya. Aku rela kembali tinggal di kota ini dan pergi lagi ke luar kota, lalu kembali lagi ke kota ini hanya untuk mencari tahu keberadaanya dan bisa bertemu dengannya lagi," tutur Aldy, masih melihat Rea tanpa mengerjap.
"Wow … apakah itu cinta pertamamu?" tanya Ferdinan, menggoda.
"Bukan. Tapi seseorang yang mampu membuatku berani menjadi fake friends untuknya."
Deg!
Rea merubah raut wajahnya. Ia memalingkan pandangannya karena Aldy tidak berpaling darinya sama sekali. Entah mengapa ia merasa disudutkan, padahal yang dimaksud oleh Aldy bukanlah dirinya.
"Apa kami mengenal perempuan itu?" tanya Ferdinan lagi, seolah meminta clue dari Aldy.
"Sudah, sekarang giliran Rea," ujar Aldy mengalihkan pembicaraan.
'Memang bodoh temanku ini! Diberi kesempatan untuk mengutarakan perasaannya pada Rea, ia malah mengakhiri cerita dengan menggantungnya seperti ini,' batin Ferdinan menggerutu.
Rea mengangguk, ia segera menengguk air soda tersebut hingga habis dan kembali menuangnya lagi dengan porsi yang sedikit lebih banyak.
"Rea, sudah."
"Aku hanya ingin lebih mabuk lagi," balasnya kemudian menengguk minuman itu.
Ferdinan dan Aldy menurutinya dan menanti pengungkapan isi hati Rea. Mungkin Rea akan bercerita mengenai Rega atau ingin meluapkan emosinya karena telah mengakhiri hubungannya dengan Rega yang berselingkuh darinya.
"Apa yang ingin kamu ungkapkan, Rea?" tanya Ferdinan tidak sabaran.
"Aku menyukai Aldy," jawab Rea.
Deg!
Ferdinan menganga mendengar ucapan Rea yang sebegitu lantang dan beraninya.
Begitupun dengan Aldy yang diam dan membesarkan matanya melihat Rea.
"R—rea … minum lagi, ya. Lalu katakan terus terang, jangan main-main seperti ini," pinta Ferdinan, menuang kembali air soda untuk Rea.
"Aku tidak perlu berpura-pura mabuk untuk mengatakan ini, Ferdinan. Aku bukan seorang pengecut yang harus berpura-pura menjadi seorang pemain, berganti pasangan, dan menjadi fake friends hanya untuk bisa dekat dengan seseorang yang disuka," sanggah Rea menuturkan isi hatinya yang sesungguhnya.
"Re—"
"Jika suka, mengapa harus diam?" tanya Rea.
"Kenapa kamu bertanya padaku?! Yang menyukaimu itu Aldy, bukan aku," gerutu Ferdinan karena sejak tadi Rea selalu melihat dan bicara kepadanya, sama sekali tidak melihat Aldy. "Aldy, kenapa kamu hanya diam saja?!"
"Aku harus pulang, antarkan aku Ferdinan," pinta Rea, beranjak dari tempat duduknya.
"R—rea—"
"Biar aku yang mengantarmu," sahut Aldy.
"Aku meminta Ferdinan untuk—"
"Aku hanya tidak ingin menyi-nyiakan lagi orang yang sudah bertahun-tahun aku perjuangkan, Rea. Mohon bantuannya."
Anda mungkin juga menyukai
Komentar Paragraf
Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.
Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.
MENGERTI