Di Hutan Hujan Kristo terbanglah empat binatang kecil mirip lebah ke arah Iyork. Binatang mirip serangga yang disebut Mosbeefly itu terbang membawa harapan Rei untuk keselamatan temannya. Kakek Linco ternyata sudah membuatkan Rei sarapan yang lezat , pria tua itu membakar umbi-umbian dan daging hewan pengerat berbentuk aneh yang terasa cukup enak di lidah Rei.
"Asalmu dari mana Rei, apa kau asli dari Gunung Carmella?"
"Aku dari tempat yang sangat jauh Kek," jawab Reinhard.
"Lebih jauh dari Gunung Carmella? Wah pantas saja kau sedikit berbeda, makan yang banyak Rei kalau kau masih lapar kita bisa berburu lagi nanti, di hutan ini cukup banyak makanan lezat, pasti sangat seru berburu bersama. Apa kau bisa berburu?"
"Tidak Kek, apa Kakek mau mengajariku?" tanyanya berharap.
"Baik! Kakek akan mengajarimu berburu, habiskan dulu makananmu, aku akan mengajakmu ke surganya Hutan Hujan Kristo nanti sore!"
(Kota Iyork)
Ewa Lani yang duduk diam di sel bawah tanah mulai merasa kesepian, tak ada yang bisa diajaknya bicara, tangannya terikat tak bisa bergerak bebas, dan tak ada kekuatan sihir untuk usaha pelariannya. Gadis itu mulai bernyanyi untuk mengusir rasa bosannya.
Pohon Igdrasil menggugurkan daun
Angin berhembus disudut telinga
Burung Roc membawaku terbang menuju langit
Tak ada kesedihan...
Jika kau lihat Gunung Carmella, kau akan tau dimana surga
Cantik, berkilau seperti matamu...yang kan menenangkan hatiku
Seorang teman kan membawamu terbang, melintasi awan, dan lautan luas..
Ada aku yang selalu disini menemanimu..
Suara merdu Ewa Lani terngiang di lorong sel bawah tanah. Gelombang nyanyian itu sampai di telinga penghuni sel bawah tanah lainnya yang kemudian menyahut lirik lagu yang sedang dinyanyikan Ewa Lani.
Seorang teman, berambut hitam yang cantik
Datang dari dunia yang jauh
Mengenalkanku akan arti sahabat
Persahabatan yang nyata dan indah
Di bawah Pohon Igdrasil,
Kita bermain dengan wajah yang riang
Melintas peri hutan dan turut bernyanyi
Hatiku tenang...semua ini karenamu
Ewa Lani terhenyak mendengarkan lagunya dinyanyikan seseorang di penjara bawah tanah.
"Anastasia! Apa itu kau?" teriak Ewa Lani.
Lagu yang dinyanyikan Ewa Lani adalah lagu yang dinyanyikannya saat bersama dengan Anastasia sekitar 20 tahun yang lalu. Hanya dia dan Anastasia yang tau lirik lagu itu.
"Aku bukan Anastasia! Aku putrinya Reina! Apa kau mengenal ibuku?"
Ewa Lani bergerak mendekati jeruji besi sembari ingin melihat siapa gadis yang mengaku putri dari sahabatnya. Dia melihat seorang gadis remaja bermata merah berambut emas juga seperti ingin mengetahui siapa orang yang menyanyikan lagu ibunya.
"Jadi kau Reina? Apa kau benar Putri Reina anak dari William dan Anastasia?"
"Iya Nona, siapakah engkau? Melihat dari rambut birumu apakah kau teman ibuku yang bernama Ewa Lani?" tanyanya berbisik.
"Iya, ini aku Ewa Lani, dimana Anastasia sekarang?"
"Entahlah, aku tak melihat orang tuaku sejak aku umur 5 tahun, sepertinya mereka pergi untuk melindungi sesuatu!"
"Rupanya dia masih saja menghilang, lalu bagaimana kau menghafal lagu itu?"
"Ibu sering menyanyikan lagu itu saat aku dan adikku akan tidur," jelasnya.
"Kau dan adikmu? Apakah kau anak kembar?"
"Bagaimana kau tau? Apakah kau pernah melihat saudara kembarku? Aku pernah melihat wajah yang sama denganku di Iyork! Apakah kau wanita yang terbang bersamanya di pasar?"
"Iya itu aku, sampai kemarin aku masih bersamanya, tapi sekarang tidak lagi, entah bagaimana nasib bocah itu di luar sana tanpaku," gumam Ewa Lani yang tampak khawatir.
"Apa yang terjadi padanya?" Reina penasaran.
"Para penyihir kota Helike menipuku dan menyerahkanku ke Iyork untuk usaha perdamaian mereka, bocah itu ada di Helike, tapi sepertinya dia akan diusir dari sana!" ujarnya
"Ya ampun, semoga dia baik-baik saja. Dulu aku terpisah dengannya sejak berumur lima tahun, Ibu membawanya pergi untuk melindunginya dari sesuatu yang jahat. Aku tinggal bersama penasihat kerajaan tapi dia terbunuh oleh anak buah Azazel. Aku pernah meminta tolong seorang penyihir untuk mencari adikku dan orang tua kami, tapi tetap tidak bisa ditemukan. Bagaimana bisa kau bertemu dengannya?"
"Entahlah, dia tiba-tiba muncul di depanku. Dia pernah bilang tinggal di tempat yang sangat jauh, entah bagaimana ceritanya sampai dia bisa datang ke Arasely.
"Nona Ewa Lani, kalau suatu hari kau bisa bertemu dengannya lagi, apakah kau bisa menyampaikan salamku? Aku adalah Reina kakaknya, kita kembar, aku tak yakin dia punya ingatan tentangku, tapi sebelum aku mati besok, setidaknya aku bisa bilang kalau dia punya kakak yang sangat merindukannya!"
"Mati besok? Apa maksudmu?" Ewa Lani kaget.
"Perdana Mentri Azazel akan memberikan hukuman mati untukku besok, seorang penjaga memberiku Bunga Arace tadi pagi. Bunga Arace adalah bunga yang dikirim untuk tawanan yang akan segera dihukum mati. Setidaknya jika kau bisa bertahan hidup, dan punya kesempatan untuk bertemu dengan adik laki-lakiku, aku mohon sampaikan salamku!"
"Aku tak akan membiarkanmu mati! Kau harus bertemu dengan Rei dan menyampaikan pesanmu sendiri!"
"Rei, iya Reinhard...Namanya Rei, dia benar-benar adikku!" ujar Reina yang mulai terisak sedih.
Ewa Lani tak tega melihat gadis cantik itu menangis, apalagi ternyata benar mereka berdua adalah anak dari sahabatnya Anastasia. Anastasia bangsa manusia yang pernah dia temui dulu sekitar 20 tahun yang lalu.
(Hutan Igdrasil (20 tahun yang lalu))
"Kyaaaaa...Ibu, Ayah....! Tolong aku! Siapa saja tolong aku!" teriak seorang gadis yang tampak histeris ketika binatang melata yang disebut Croconice mendekatinya.
"Hei, binatang itu tidak akan menggigitmu! Dia makan rumput!" ujar Ewa Lani yang muncul tiba-tiba di atas Pohon Igdrasil.
Melihat Ewa Lani bukannya malah tenang, gadis itu malah berteriak semakin menjadi-jadi.
"Kauu...? Kyaaaaaaaaa..!" lalu dia pingsan.
Ewa Lani yang bingung menggendongnya dan membawanya ke Istana Calestyn di Gunung Carmella.
"Kau apakan dia Ewa Lani?" tanya Calestyn.
"Aku? Emang aku apakan? Dia langsung pingsan saat melihatku!"
"Heem...pasti dia tidak pernah melihat makhluk seperti kita, lihat saja gadis ini bentuknya aneh, telinganya kecil, rambut dan kulitnya juga aneh. Apalagi baunya, ibu tidak pernah mencium bau makhluk yang seperti ini sebelummya," ujar Calestyn heran.
Ewa Lani mengamati badan Anastasia dari dekat, memang benar apa yang ibunya bilang, gadis itu aneh. Ewa Lani membuka mata Anastasia yang terpejam dengan jarinya, warnanya hitam. Mirip mata Calestyn saat tidur.
"Ibu mengapa mata Ibu dan mataku berbeda? Saat mata Ibu tidur berwarna hitam, sedangkan kalau bangun berubah keemasan, mengapa mataku tidak begitu?" tanya Ewa Lani heran.
"Itu karena ibu keturunan generasi ke 3 dari Dionne. Makhluk Arasely yang menikah dengan manusia akan mempunyai garis keturunan Dionne. Mata hitam ibu adalah keturunan dari genetik manusia!"
"Jadi, apa gadis ini manusia ibu?" tanya Ewa Lani polos.
Calestyn langsung melihat badan Anastasia lagi, mengingat-ingat bagaimana bentuk manusia yang pernah digambarkan oleh nenek moyangnya.
"Ewa Lani, sepertinya apa yang kauduga benar! Gadis ini MANUSIA!"
Sebuah awal pertemuan antara Ewa Lani dan Anastasia. Awal mula persahabatan yang terjadi selama 7 tahun di Gunung Carmella. Saat usia 20 tahun Anastasia pergi ke kota Iyork guna mencari portal untuk tujuannya kembali ke dunianya, lalu wanita itu menghilang, dan tidak pernah ada kabar tentang keberadaannya. Saat ini, untuk kali kedua Ewa Lani bertemu dengan garis keturunan manusia. Reina dan Reinhard yang kali ini akan dia lindungi meskipun harus bertaruh nyawa.
(Sel Bawah Tanah Iyork)
"Apa Nona Ewa Lani dan ibuku teman dekat?"
"Ya begitulah! Dia gadis paling menyebalkan yang pernah kutemui!" ujar Ewa Lani sembari tersenyum mengingat memori lama.
Tiba-tiba saat Ewa Lani dan Reina ngobrol ada getaran dari dasar lantai penjara tempat Ewa Lani ditahan, getaran itu sangat keras sampai memecahkan lantai penjara dan membuat sebuah lubang. Getaran itu menciptakan lubang besar di dasar lantai penjara, tapi anehnya tak ada penjaga yang datang dan mendengar keributan itu. Muncul sosok besar keluar dari bawah tanah. Seseorang yang membuat Ewa Lani sampai terhenyak melihatnya.
Sore hari di Hutan Hujan Kristo Rei bersama Kakek Linco memulai perburuannya. Kakek Linco mengajaknya ke sebuah perairan berwarna perak berkilau. Perairan itu disebut sebagai Surga Hutan Hujan Kristo karena sangat indah dan yang pasti banyak makhluk yang bisa dijadikan makan malam. Rei agak ragu untuk menyelam karena dia takut warna rambutnya luntur. Tapi Ewa Lani pernah bilang hanya air hujan yang turun dari langit saja yang bisa membilas pewarna biru yang menempel di rambut Rei.
Rei mencoba mengoleskan air danau sedikit ke rambutnya, dan memang benar tidak luntur. Rei agak tenang saat Kakek Linco mengajaknya berenang untuk berburu makhluk yang mungkin saja seperti ikan kalau di dunia manusia.
"Rei, kemarilah coba kau menyelam sebentar aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Kau bisa berenang kan?"
"Bisa Kek, aku datang!"
Mereka masuk ke dalam air, Kakek Linco menunjukkan tumbuhan yang mirip rumput laut di dasar danau. Kakek Linco memberi tanda Rei untuk mundur dan pria itu mulai menyentuh dahan tumbuhan itu dengan kayu.
Syuuuutt...! Tumbuhan itu memanjang menggapai tongkat kayu yang dipegang Kakek Linco. Kakek Linco mengajak Rei menarik tongkat itu dan berenang ke atas permukaan. Bagaikan memancing ikan, tongkat kayu itu ternyata menarik keluar makhluk mirip umbi berkaki yang cukup besar dari dasar danau.
Buaah...hahh..hahh..! Rei mengambil nafas di atas permukaan. Makhluk berwarna putih bersulur hijau itu sangat mirip lobak berkaki. Sama sekali tidak imut, setelah ditarik ke permukaan tumbuhan yang ternyata adalah seekor hewan bernama Nocarrot mengapung dan tidak bisa turun ke dasar lagi. Bagaikan ikan hasil pancingan, Nocarrot langsung mati begitu menghirup udara.
"Rei, caranya seperti itu ya, coba kau pancing yang banyak! Rasanya sangat enak! Kau harus coba nanti!" jelas Kakek Linco.
Rei yang penasaran langsung menyelam, dia melihat sulur mirip seperti milik Nocarrot tapi kali ini warnanya agak kekuningan. Rei pikir itu Nocarrot muda. Dia meletakkan kayu pancing ke sulurnya. Benar saja binatang itu langsung membelit pancingannya, hanya saja tarikannya jauh lebih kuat. Rei kaget dan langsung melepaskan tongkat itu ke dasar. Tampak keluar binatang berwarna oranye dari dasar danau dan mengoyak-koyak tongkat kayu yang dilempar Rei. Rei langsung berenang naik ke permukaan.
Buaaah....hahh..hahh! Rei mengambil nafas ke permukaan, dia cukup terkejut melihat apa yang ada didasar danau.
"Kakek..! Ada Nocarrot berwarna oranye di bawah sana! Tapi sulit ditarik malah kayunya dikoyak-koyak sampai hancur!"
"Hahaha..itu bukan Nocarrot. Yang kau pancimg itu YoCarrot. Hati-hati itu binatang buas, dia juga bisa mengoyak badan kita jika mendekatinya!" ujar Kakek Linco.
Rei melongo, dia baru sadar kalau dia baru saja lolos dari maut. Bocah itu agak lemas mendengar apa yang Kakek Linco jelaskan tentang YoCarrot. Binatang di Danau Lumina Hutan Hujan Kristo memang lain daripada yang lain.
Ssseeeeehhhh....essseeehhhh....! Terdengar suara aneh yang tampak akan mendekat. Terlihat dari kejauhan danau mulai beriak seperti ada makhluk besar yang akan lewat. Kakek Linco berteriak memperingatkan.
"Rei awas! Ada Dolpcat..! Saat binatang itu muncul ke permukaan cepat lompat ke punggungnya! Kau bisa mengendarainya!" teriak Kakek Linco tiba-tiba.
Benar saja ada beberapa ekor Dolpcat yang datang mendekat. Binatang besar itu seperti ikan berkumis kucing. Ikan itu melintas dan saat muncul ke permukaan Rei dan Kakek Linco langsung meloncat ke punggungnya.
"Wooooohhhh....! Ikan ini cepat sekali Kakek Lincooooo..! Uwaaaaaa...!" teriak Rei yang berpegangan erat di sirip binatang besar itu.
Binatang itu berputar-putar seperti jetski yang memecah arus danau. Sangat seru untuk dinaiki. Rei tampak senang berkeliling Danau Lumina sambil menaiki binatang serupa lumba-lumba berkumis itu. Mereka menjelajahi danau luas berwarna perak itu.Rei membuka tangannya lebar-lebar sambil berdiri untuk memeluk angin, dia merasa ada di dunia yang sangat bebas. ,Kakek Linco melompat dan berenang masuk ke danau. Entah apa yang dia cari yang pasti mereka ada di tengah danau yang sangat luas dan pastinya dalam.
Kakek Linco berteriak dari kejauhan, meskipun jaraknya agak jauh tapi suara pria tua itu sangat lantang terdengar.
"Rei lompat! Dolpcat yang kau kendarai akan segera menyelam ke dasar!" teriak Kakek Linco.
Byuur...! Rei meloncat berenang lagi di permukaan air. Benar seperti yang Kakek Linco katakan, ternyata Dolpcat yang sudah bosan bermain-main di permukaan segera menyelam lagi ke dasar danau. Sepertinya danau itu sangat dalam, Dolpcat yang sebesar itu saja tak tampak dari atas.
Rei yang berenang mulai mencari batang kayu atau apapun untuk membantunya mengapung. Dia baru sadar saat ini dia ada sangat jauh dari tepi danau. Untungnya Rei menemukan batang kayu yang bisa membantunya tetap mengapung. Sembari berenang ke tepi, Rei menoleh kekanan dan kekiri mencoba mencari Kakek Linco yang tidak terlihat lagi.
"Kemana Kakek Linco berenang? Apa di tenggelam?" batinnya.
Rei mencoba melihat ke dalam air, mengamati apa ada pergerakan Kakek Linco yang berenang di dasar danau. Belum sempat Rei menemukannya, ada seekor binatang besar yang berenang mendekat ke arah Rei. Kali ini sudah pasti binatang buas, dari jauh saja gigi tanjamnya sudah tampak menyeringai seakan ingin segera menyantapnya.
Huaaaa.....! Rei kaget dia segera berenang cepat menuju ketepian. Tapi melihat kecepatan berenang binatang yang dilihatnya tadi, Rei pasti sangat mudah untuk disusulnya. Rei segenap tenaga mengayunkan tangannya melaju berenang ke arah tepi danau. Binatang besar itu semakin mendekat, Rei yang berada di tengah danau ternyata cukup jauh untuk mencapai tepiannya. Binatang serupa ikan piranha raksasa itu semakin dekat dan tinggal dua meter jaraknya dari Rei. Kali ini Rei tak akan bisa lari.
"Aaakkhg....! Kakek Linco!" teriak Rei terdengar oleh Scot yang ada di tepi danau..
Kucing besar itu melompat dengan cepat dan menyambar ikan besar bergigi tajam itu dengan sekali gigitan. Scot menggigitnya, mengoyaknya di dalam air, dan tiba-tiba Danau Lumina yang berwarna perak tampak kebiruan karena darah ikan besar itu. Kucing besar itu menangkapnya, rupanya Scot juga pandai menangkap ikan. Scot mengigit ikan besar itu sembari berenang menepi, Rei ikut menempel dipunggungnya karena dia sudah kelelahan setelah jauh berenang. Kakek Linco muncul ke permukaan dan melambai.
"Rei apa kau tak apa?"teriaknya.
Lelah bersuara, Rei hanya melambai-lambai saja. Mereka sampai ke tepian. Scot langsung memakan ikan besar itu dengan lahap. Rupanya Kakek Linco sengaja menyelam sangat dalam untuk mencari Ikan Piradon yang biasanya berhabitat di dasar danau yang dalam. Ikan Piradon adalah makanan favorit Scot jadi dia akan langsung menangkapnya saat ikan itu muncul ke permukaan. Hanya saja Rei yang belum terbiasa cukup kaget dengan semua hal yang baru menimpanya. Danau Lumina yang katanya surganya Hutan Hujan Kristo hampir dua kali membuatnya celaka, Rei berpikir bisa saja tadi dia benar-benar mati dan menuju surga yang sebenarnya
"Aaakkghhh...!" Rei merebahkan diri lemas di tanah.
"Rei maafkan aku, aku lupa kalau kau tak bisa berenang cepat!" ujar Kakek Linco.
Rei hanya tersenyum miring, sebuah permintaan maaf yang mungkin terdengar menyebalkan. Kakek Linco mulai menggerakkan tangannya, seperti sihir pria tua itu menciptakan api. Sebentar saja api unggun yang hangat bisa mereka nikmati.
"Rei cepat ganti bajumu dengan pakaianmu yang kering! Ayo kita bakar Nacarrotnya!" ajak Kakek Linco.
Rei bergegas masuk ke pondok rumah pohon milik Kakek Linco. Pria tua itu memiliki sebuah pondok kayu besar di atas pohon yang sangat tinggi. Benar-benar rumah impian anak-anak pencinta petualangan. Barang-barang Rei sudah ada di sana, Kakek Linco sudah memindahkannya semalam saat Rei pingsan.
Usai berganti pakaian kering, Rei turun dan bergabung mencari kehangatan di dekat api unggun. Langit sudah mulai berubah merah, matahari sudah bergeser siap menyambut malam. Rei yang kedinginan dan lelah merebahkan badan di dekat perapian sembari menatap langit. Pikirannya melayang, di balik dirinya yang ceria hatinya masih sangat khawatir dengan nasib Ewa Lani di Iyork. Dia berharap segera ada kabar dari Mosbeefly (serangga biru yang mirip lebah) yang dikirim Kakek Linco tadi pagi ke Iyork.
"Kakek, apa benar Mosbeefly bisa mencari keberadaan temanku? Lalu bila ternyata dia mati di sana bagaimana? Aku benar-benar khawatir sekarang!" ujar Rei tiba-tiba.
"Tenanglah Nak, sebentar lagi malam, Mosbeefly akan kembali dengan informasi yang akurat tentang keberadaan dan kondisi temanmu di Iyork," jelasnya.
Kakek Linco memberi Rei Nocarrot panggang yang ternyata rasanya gurih seperti udang, bocah itu makan dengan lahap di bawah langit yang sudah gelap dan bertabur bintang. Tiba-tiba sekawanan serangga berwarna biru terbang mendekat. Mosbeefly, serangga yang dikirim Kakek Linco ke Iyork benar-benar sudah datang.
Anda mungkin juga menyukai
Komentar Paragraf
Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.
Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.
MENGERTI