"Nada bicaraku mungkin sangat buruk tadi, apakah itu membuatmu takut? Mengapa kau menangis? Jangan menangis ya?"
"Mo Yesi, kau galak padaku." Begitu Qiao Mianmian dibujuk oleh Mo Yesi, air mata yang masih mengalir di sudut mata Qiao Mianmian mengalir makin tak terkendali. Qiao Mianmian mengigit sudut bibirnya, sedikit tersedak dan menuduh, "Aku sudah sangat ketakutan, kau masih bersikap galak padaku."
"Apakah kau tahu betapa bahayanya saat itu? Wajahku hampir ... hampir cacat."
Bagi seorang wanita, kecacatan pada wajah lebih mengerikan daripada kematian. Bahkan hanya menyebutkan hal ini saja, masih membuat Qiao Mianmian ketakutan. Jika bukan karena Tu Yilei yang menghadang di depan Qiao Mianmian saat itu, Qiao Mianmian tidak berani memikirkan akibatnya.