Ali menatap tanganku dan meraih pergelangan tanganku yang tampak merah. Ali menatap marah pada Yesi yang membuat gadis itu langsung menciut.
"Kita obati tanganmu!" Ali meraih tanganku dan membawaku pergi dari tempat itu tanpa memperdulikan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang kami lewati.
Sampai di rumah Mak Ijah, Ali segera mengolesi pergelangan tanganku dengan salep untuk mengurangi rasa nyerinya.
"Terima kasih," ucapku pelan, aku mencoba menyembunyikan air mata yang muncul karena perhatian tulus Ali.
"Tidak masalah," jawabnya santai.
Ali tersenyum ke arahku dan aku segera memalingkan mataku dari bibirnya, senyum itu begitu mempesona membuatku ingin memilikinya.
Hanya ada kesunyian diantara kami, kesunyian yang menyiksa. untungnya tak lama kemudian teman-teman mulai berdatangan, dengan cemas mereka menanyakan apa yang terjadi padaku. Sikap over protektif Ali membuat mereka takut sesuatu yang mengerikan terjadi padaku.