Roman menyuruh beberapa pengawal yang tadi mengikutinya dari belakang untuk menyeret Arga masuk ke dalam mobil.
"Pa, jangan perlakukan Arga seperti ini," kata Reine sambil menangis melihat putranya diseret oleh para pengawal.
"Nicholas, tolong kau menghubungi detektif untuk mencari tahu ke mana Sienna dan keluarganya pindah," perintah Roman.
"Baik, Tuan," balas Nicholas.
Nicholas mengambil ponselnya lalu ia menghubungi detektif sedangkan Roman dan Reine masuk ke dalam mobil yang ada putranya.
Brukk
Arga menendang kursi mobil di depannya hingga sedikit patah.
"Arga, jangan bertingkah seperti anak kecil!" bentak Reine.
Hahaha
Arga tertawa sendiri mendengaer perkataan mamanya.
"Mama tidak pernah mengerti diriku, Mama selalu sibuk dengan urusan Mama sendiri. Arga cuma mau Sienna aja Mama tidak bisa mengusahakannya!" teriak Arga.
Bugh
Roman yang sudah kesal menonjok anaknya hingga hidungnya terluka sedangkan Nicholas yang baru saja masuk dan mulai mengendarai mobil semakin pusing melihat pertengkaran yang terjadi di belakang.
"Papa, jangan pukul anak kita lagi!" teriak Reine melihat hidung anaknya mengeluarkan darah.
Roman hanya bisa mengusap wajahnya kasar. Selama di perjalanan, Reine memeluk Arga berusaha menenangkan putranya. Sesampainya di mansion, Arga langsung keluar dari mobilnya setelah pintu dibukakan oleh Nicholas diikuti Reine yang mengejar putranya.
"Arga, tungguin Mama!" teriak Reine sambil berlari mengejar putranya. Dia takut putranya melakukan hal yang buruk.
"Tuan, kita belum bisa mengetahui ke mana Sienna dan keluarganya pindah bahkan perusahaan milik keluarga Reagan sekarang dipegang orang kepercayaannya," kata Nicholas pada Roman.
"Nicholas, kau cari tahu tentang keluarga Samuel Agraham secepatnya," perintah Roman.
"Baik, Tuan. Segera saya cari tahu apakah mereka masih di sini atau ikut keluarga Sienna juga," balas Nicholas.
"Saya minta secepatnya," kata Roman sambil berjalan santai masuk ke dalam rumahnya.
Di dalam kamar, Arga membuang-buang barangnya.
"Sial sial, kenapa gue bisa kecolongan begini arrghh?!" teriak Arga sambil menjambak rambutnya.
"Arga, apa yang kamu lakukan?!" teriak Reine saat melihat kamar putranya sangat berantakan.
Arga terduduk sambil memeluk lututnya. Reine memeluk putranya dan mengusap lembut punggungnya.
"Sayang anak Mama, Mama janji akan menemukan Sienna Reagan secepatnya untukmu. Tolong jangan siksa dirimu seperti ini," kata Reine menitikkan air matanya.
Arga mengangkat kepalanya menatap mamanya yang menangis. Ia merasa hatinya sakit, walaupun saat ini dirinya sangat mendambakan Sienna tetapi jika mamanya sampai menangis dia sangat tidak tega.
"Ma, jangan menangis. Aku tidak mau Mama menangis, maaf untuk hari ini tapi Arga sangat mencintai dan menyukai Sienna. Tolong bantu Arga ya, Ma," pinta Arga memohon sambil menangkup wajah mamanya dan mengusap air matanya.
Reine membawa putranya ke dalam pelukannya.
"Sayang, Mama janji akan membuatmu bersama dengan Sienna tetapi berjanjilah kamu harus membangun masa depanmu dulu. Kamu harus menjadi pria hebat sebelum bertemu dengan Sienna Reagan," balas Reine lembut sambil membelai kepala putranya.
Roman yang melihat di celah pintu kamar yang terbuka mengusap matanya, dia tidak pernah melihat keluarganya sesedih ini. Roman akhirnya pergi menuju ruang kerjanya, dia tidak mau terlihat sedih di depan anak dan istrinya.
"Sayang, sekarang kamu istirahat ya tapi bersih-bersih dulu ya. Mama akan menemani kamu di sini," kata Reine sambil mengecup puncak kepalanya dan masih memeluk putranya.
Arga bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan Reine menuju kamarnya juga untuk bersih-bersih, malam ini dia akan tidur bersama putranya. Setelah mandi dan mengganti piyamanya, Reine keluar dari kamar mandi melihat suaminya belum ada di kamar berjalan menuju ruang kerja suaminya. Reine sangat tahu suaminya sangat gila kerja.
Tok tok tok
"Masuk," perintah Roman dari dalam ruang kerjanya.
Reine masuk ke dalam menatap suaminya. Roman tersenyum ke arah istrinya, dia tahu istrinya sangat lelah dengan putra mereka.
"Sini, Sayang," panggil Roman.
Reine berjalan mendekati suaminya lalu Roman menarik tubuh istrinya hingga terduduk di pangkuannya.
"Papa, ihh," kata Reine mencubit perut Roman.
"Kenapa sih, Ma? Enggak boleh emang memangku istri sendiri?" tanya Roman terkekeh.
"Papa bisa bisanya ya mesra mesraan gini, tuh anak kita lagi galau," balas Reine sambil mencebikkan bibirnya.
"Anak itu benar-benar ya, dibilangin jangan galau sama satu perempuan malah galau sampai mau jadi orang gila," kata Roman berdecak.
"Papa," pekik Reine tidak terima putranya dibilang akan gila.
"Kenapa, Ma? Kita buat anak baru aja bagaimana? biar ada Roman junior lagi," kata Roman terkikik geli.
"Ingat umur, Pa. Udahlah, Mama mau ke kamar Arga, malam ini Papa tidur sendiri," balas Reine.
"Hah! Tidur sendiri? Kamu mau tidur sama Arga, Papa tidak mengizinkan, no ... no ... no," kata Roman heboh.
"Papa, anak kita butuh aku. Aku harus menemaninya, aku tidak mau anak kita merasa sendiri terus-terusan dan merasa kita menekannya terus padahal kita hanya ingin dia bahagia dengan masa depan yang cerah," balas Reine dengan raut wajah sedihnya.
"Sudah, Sayang, jangan sedih. Aku tidak ingin kamu sedih, nanti kamu sakit lagi," kata Roman mendekap tubuh istrinya dan membelai lembut rambut istrinya.
"Papa jangan lama-lama kerjanya, segera bersih-bersih dan tidur atau Papa lapar? Kalau Papa lapar Mama siapkan," kata Reine.
"Tidak perlu, Sayang. Kalau Papa lapar Papa bisa meminta tolong pelayan kita membawa makanan untuk Papa," balas Roman dengan nada lembutnya sambil mengecup lembut bibir istrinya.
Setelah selesai berbicara pada suaminya, Reine pamit untuk pergi ke kamar putranya. Reine berjalan ke kamar arga lalu membuka pintu kamar putranya perlahan. Saat pintu terbuka, ia melihat Arga sedang termenung duduk di sofa sambil menatap keluar jendela.
"Anak Mama," panggil Reine sambil berjalan mendekati Arga membuat Arga tersentak kaget.
"Iya, Ma. Ada apa?" tanya Arga.
"Sayang istirahat yuk," kata Reine.
"Iya, Ma," balas Arga.
Arga bangkit dari duduknya lalu ia berjalan bersama mamanya menuju ranjang. Arga berbaring dan memunggungi mamanya sedangkan Reine melihat putranya sangat sedih dan hancur membuat hatinya juga sakit.
"Kamu akan menjadi milik putraku, Sienna Reagan. Begitu putraku bisa membuktikan kepada papanya, aku sendiri akan membantu Arga mendapatkan apa yang dia inginkan demi kebahagian putraku," gumam Reine dengan mata tajamnya menatap langit-langit kamar.
Arga yang sebenarnya belum benar-benar tidur ingin sekali terbang ke mana pun mencari Sienna. Hingga ke ujung dunia pun pasti akan ia tempuh, yang terpenting dia dapat bersama Sienna.
"Aku akan membuktikan kepada papa bahwa aku bisa membanggakannya dan setelah itu aku akan menikahi Sienna Reagan, kamu mau menikah denganku atau tidak aku tidak peduli," gumam Arga sambil mengepalkan tangannya dan menutup matanya berusaha tidur.