"Tunjukkan padaku kebenaran!"
Aku tahu, keputusanku begitu mendadak ketika tiba-tiba aku berjalan kepada Kihrani, dan memintanya berhenti bekerja.
Gadis itu masih duduk tenang di sampingku, kadangkala ekor matanya melirik ku diam-diam. Kala mobil suamiku bergerak menembus kerumunan mobil-mobil lain. Aku tahu dia bahkan mengamati jariku, yang mencoba membenarkan sweater di bahuku.
Aku tidak tahu apa yang salah pada diriku, karena gadis itu suka sekali mengamatiku. Aku juga menangkap mata Alvin yang menatapku dari celah kaca di atas kepalanya. Spion mobil itu menangkap raut wajahnya yang penasaran atas tindakan ku.
Aku sadar detik ini Alvin sedang kecewa, namun aku tidak bisa apa-apa. Naluriku sebagai korban menuntunku untuk menjawab ini semua. Tidak ada orang yang bisa merasakan rasa sakit orang lain, ketika ia tidak benar-benar mengalaminya.