" Hahahahaa. Ardhan belum pernah cerita kalau Ardhan punya Adik?" tanya Pak Barata dengan tawanya yang khas dengan kebapakannya. Aku memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahku. Menundukkan kepala menyembunyikan rasa maluku. Bisa-bisanya aku lupa bahwa Ardhan punya seorang adik laki-laki.
Ardhan ikut menertawakanku. Mungkin lebih tepatnya menertawakan ekspresi konyolku. Apalagi dengan muka ku yang memerah karena menahan malu.
" Anaya lupa kayaknya, Pak. Biasa demam panggung dia," sindir Ardhan semakin membuatku malu karenanya. Dasar Ardhan. Awas aja kalo pulang nanti. Ugghh menyebalkan.
" Nay, aku panggil Ahsan dulu ya," pamit Ardhan yang ku angguki kepala lemah. Kini aku hanya duduk berdua berhadapan dengan Bapak nya Ardhan. Canggung. Itu yang kurasa. Padahal sudah pernah bertemu waktu kita di rumah sakit. Tapi rasanya bingung mau membicarakan apa.
" Apa kamu sudah tidak apa-apa, Nak," tanya Bapak Ardhan tiba-tiba. Membuatku menoleh kearahnya.