Seperti mendengar sebuah ledakan bom yang terdengar dahsyat hingga menulikan pendengarannya. Seakan ia terkejut mendengar petasan yang dinyalakan anak-anak di sekitar rumahnya sehingga ia merasa jantungnya berhenti berdetak.
Seperti itulah perasaan Alea ketika mendengar pernyataan cinta dari mulut seorang Alvarendra.
Bahkan ia tidak pernah bermimpi akan di cintai sebesar itu oleh seorang lelaki yang katanya ia tak ingin lagi mengenal seorang laki-laki apalagi tentang cinta.
Perasaan takutnya masih menempati sudut hatinya yang membuat luka. Namun, sejenak hari ini, detik ini ia ingin merasakan rasa indahnya jatuh cinta seperti yang orang lain rasakan.
Bolehkah? Pikirnya.
Alea masuk ke dalam kamarnya dan seketika menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Rasanya senyum itu tak bisa hilang dari wajahnya.
" Oh ya ampun. Sampai kapan aku senyum-senyum terus. Sampai pegal ini pipi," gumam Alea senyum-senyum sendiri sambil memegangi pipinya.