POV Ardhan.
Anaya. Bagiku dia adalah hidupku. Bagiku dia adalah lampu penerang gelap malamku. Serta sebagai selimut hangat ketika aku kedinginan. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Anaya benar-benar tak ada lagi di dunia ini.
Pasti hidupku terasa hampa. Sunyi, sepi dan luka. Seperti saat dulu kami berpisah karena kami masih terlalu muda dan belum bisa mencari solusi yang tepat untuk masalah yang kami hadapi waktu itu.
Tapi setidaknya, Anaya masih hidup di bumi. Masih bernafas, dan memijakkan kakinya di bumi yang sama denganku.
Melihatnya terbaring sakit dan lemah di ranjang rumah sakit, sudah sukses membuat hati dan jantungku lemas dan seakan hampir tak bekerja dengan baik. Biarlah aku berlebihan. Karena bagiku Anaya adalah hidupku. Bayangkan saja jika kalian jadi aku. Bayangkan saja saat kalian memiliki rasa yang dalam sepertiku. Kau pasti akan tahu akan hal itu.