Rumah sebesar ini, membuat aku kesulitan untuk memanggil orang-orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Mama yang tidak sadarkan diri membuat aku kelimpungan. Aku hendak berlari tapi aku bingung, dan takut terlalu lama memberi pertolongan pada Mama.
Saat kesadaran mulai membangunkan sisi warasku, aku baru ingat jika aku bisa menelepon Ardhan. Ya benar. Aku akan menelepon Ardhan. Segera aku mendial nomer Ardhan...
Tuuuutt...tuuuut...tuuuut...
*********
Pov Ardhan.
Om Pratama mengajakku duduk di halaman belakang rumahnya. Rumah ini begitu istimewa bagiku. Rumah yang besar nan luas ini, membuatku membayangkan jika kelak aku mempunyai rumah sendiri, aku tak mau terlalu besar begini. Cukuplah sederhana. Yang penting disana ada kehangatan dan kebersamaan keluarga. Itu sudah cukup bagiku.
Segelas kopi panas menemani kami berdua ngobrol ringan.