" Giliran pusing aja lo inget gue, Dhan. Yadah lah. Kemari aja," sahutnya. Yang segera aku iyakan.
Aku segera melajukan mobilku ke Cafe Doni. Aku melirik jam di tanganku. Sudah hampir maghrib. Dan aku lupa mengabari Anaya. Apalagi, Ahsan aku tinggal di Cafe.
" Hallo, Dek? Kamu udah selesai? Kalo kamu capek, kamu pulang aja dulu," kataku setelah panggilan tersambung pada Ahsan. Kudengar Ahsan mendesah lelah. Karena aku terlalu lama meninggalkan dia di Cafe.
" Ya udah deh, Kak. Aku lanjut besok lagi aja ya? Capek gue," keluh Ahsan yang menimbulkan rasa bersalah padaku.
" Iya, maaf ya adekku tersayang. Entar kakak bayar kamu deh," ledekku pada Ahsan.
" Iya lah harus dibayar. Gue pelukis handal nih," sombongnya yang mengundang tawaku.
" Ya udah kamu balik dulu ya, Dek. Bilang sama Bapak sama Ibu. Kalau urusan Kakak udah selesai, Kakak balik."
" Gak usah balik aja deh. Udah bosen liat Kakak mulu," ucapnya yang membuatku mendelik meski aku tahu Ahsan gak bisa melihatku.
please tinggalkan jejak.