"Maaf juga kalau saya sudah punya istri dan dia sedang mengandung anak pertama kami." Dion ingin membalikkan keadaan memalukan itu sebenarnya. Tapi, entah mengapa dari dalam dirinya justru mentertawakan kebodohan kedua yang dia lakukan.
"Oh, baguslah kalau begitu. Jangan pernah menyakiti hati seorang ibu dari anak-anakmu. Karena mereka rela tubuhnya berubah bentuk hanya demi meluangkan rahimnya sebagai tempat bersemayam calon penerusmu." Kalimat yang diucapkan Dinda tidak hanya menohok Dion, tapi juga 4 pria yang duduk di sofa terpisah. Mereka semakin disadarkan arti pentingnya seorang istri yang terkadang dari tulang rusuk rela menjadi tulang punggung juga.
Dion menghela napasnya. Jujur saja selama dia bertugas, banyak sekali godaan yang terjadi dilapangan. Apakah itu dari rekan kerjanya, kliennya, atau bahkan dari para saksi dan terdakwa. Kali ini dia disadarkan sepenuhnya akan pentingnya arti seorang istri. Dion menyesal berselingkuh dari istrinya meskipun hanya lewat pikiran.