Hari Senin Sastya dimulai, bertengkar dengan teman dari suami sahabatnya. Sebenarnya mereka itu satu kampus dulu saat masa kuliah, hanya saja mereka itu beda jurusan sehingga tidak saling mengenal. Setelah Ratu yang notabena sahabatnya dan Raja yang notabena sahabat Sabda menikah di bulan Mei lalu, mereka akhirnya bisa saling mengenal. Tapi bukan perkenalan yang mengakrabkan diri atau malah pendekatan hubungan. Hanya...ya, begitula....
Sastya sendiri adalah seorang customer service di sebuah perusahaan provider ternama di Jakarta. MT4, salah satu provider selular yang terkenal dengan logonya yang menggunakan gambar burung warna biru. Perusahaan asal Korea yang membuka cabang utama di Ibu kota negara Indonesia, Jakarta. Sastya sudah bekerja di MT4 hampir selama 2 tahun, bisa dibilang dia masih anak bawang di kantornya.
Sedangkan si penelfon tadi adalah pengacara yang menurut Sastya kurang terkenal. Makhlum saja sih, Sabda baru bekerja di bidang ini kurang lebih 1 tahun 4 bulan. Sudah pasti belum banyak yang mengenal dia. Pria itu baru saja membuka firma hukumnya sendiri di sebuah gedung berlantai 5 di Bilangan Jakarta Timur. Setelah sebelumnya sempat bekerja di salah satu firma hukum terkenal milik pengacara kondang Adam Respati. Mencoba peruntungan dengan membuka firma kecil-kecilan dengan modal yang dia kumpulkan semasa masih bekerja dulu.
"Ah, ternyara baru jam 4"gumam Sastya saat melirik jam weker yang bertengger manis di nakas samping tempat tidurnya. "Gue tidur bentar deh, daripada ntar gue ketiduran pas ngomong sama customer"celotehnya lalu kembali tidur, dengan selimut yang mendekap erat tubuhnya serta guling yang setia menemaninya. Mimpi indah yang sempat dialaminya tadi akan dia teruskan.
5 menit.
10 menit.
15 menit.
20 menit.
1 jam 30 menit.
Alhasil, tidur sebentar yang direncanakan oleh Sastya tadi harus gagal karena ternyata perempuan itu tertidur sampai pukul 06.30 pagi. Padahal jam kantornya pukul 08.00 wib, jadi minimal dia sudah harus berada di kantor pukul 07.30 wib. Waktu satu jam untuk mandi,dandan, sarapan dan belum lagi perjalanannya.
Mana cukup!!!!
"AARRGGHHH....Gue telaaatt!!"teriak Sastya histeris.
******
"Pagi semuanya!!!"sapa Clarish ceria, perempuan cantik itu pagi pagi buta sudah berada di kediaman keluarga Winagkabumi. Kemudian matanya dia pusatkan sepenuhnya pada pria yang memakai jas hitam dengan sendok dan garpu dikedua tangannya," Goodmorning Langit sayang!!"sapaan itu masih seceria biasanya, seperti hari, bulan dan bahkan tahun tahun sebelumnya.
"Pagi....Nak Clarish"sapa balik Nyonya dan Tuan rumah kompak.
"Hai, cantik"itu sapaan dari Dimas, putra pertama keluarga Winangkabumi.
"Pagi Cla"sapa Bulan, istri Dimas.
Ya Tuhan, pagi pagi udah bikin kekacauan dirumah gue. Clarish semakin pinter aja bikin hari gue suram.
Seperti sebelumnya juga, tanggapan dari pria itu hanya dengusan jengkel. Terkadang mengomel, memberi tatapan tajam bahkan yang paling parah Langit pernah kabur dari acara sarapan begitu mendengar suara berisik Clarish diteras depan rumah. Parah sekali bukan, ck...ck...
"Kamu kok diem aja sih, Lang. Di sapa Clarish itu lho..."tegur Nyonya Winangkabumi pada putra keduanya yang tak menggubris Clarish.
Langit lagi lagi mendengus sebelum akhirnya menjawab,"Nggak di sapa Langit, dia juga tetep seneng kok Ma"sahutnya masih dengan tak acuh menikmati nasi gorengnya.
"Iya Tan. Udah biasa nikmatin tampang flat Langit, udah kebal ini"celoteh Clarish tersenyum ceria.
Yah, apa boleh buat?? Namanya juga cinta...
"Ngapain pagi pagi kesini??"tanya Langit ketus, diambilnya segelas susu dihadapannya lalu meneguknya hingga separuh. "Lo nggak mungkin numpang sarapan gratis kan"cibirnya pedas.
"Oh, iya. Clarish ikut sarapan juga ya??"ucap Sinta-Mama Langit-tersenyum ramah.
"Nggak usah Tan, tadi udah sarapan kok"jawab Clarish tersenyum sopan "Anterin gue ke rumah sakit ya??"imbuhnya kali ini dengan senyum semanis mungkin kearah Langit.
"Ck, udah gue duga kalau lo punya niat busuk"dengus Langit.