Unduh Aplikasi
7.78% Cinta Pertama di SMA / Chapter 32: 32 Bertemu Dengan Mamah Gilang

Bab 32: 32 Bertemu Dengan Mamah Gilang

Setelah kedatangan teman-temannya, kini Amanda merasakan kesepian lagi. Hanya ada bau obat-obatan yang menemaninya. Sementara Roy pulang karena mendapatkan telepon dari seseorang yang penting. Dari raut wajahnya Amanda tahu bahwa Roy terlihat khawatir. Katanya dia akan kembali setelah urusan itu selesai. Namun Amanda menolak karena tak mau merepotkan.

"Gue teman lo, dan gue udah janji selalu ada di samping lo dan nggak bakalan tinggalin lo."

Kata-kata itu membuat Amanda terkesima, betapa baiknya Roy meskipun baru bertemu beberapa bulan. Amanda menghela napas menatap langit-langit kamar rumah sakit, seandainya keadaan seperti dulu, mungkin Mamanya sekarang berada di sini merawatnya dengan sepenuh hati.

Merasa suntuk dengan suasana ini, Amanda memutuskan keluar untuk menghirup udara segar. Taman rumah sakit menjadi tujuannya saat ini.

"Sayang kamu makan, ya. Mama sudah buatin sup rumput laut. Loh,"

Suara itu membuat Amanda menoleh. Dia melihat ada seorang ibu dan anak.

"Tapi lidah aku pahit, Ma," rengek anak kecil yang bisa di perkirakan masih duduk di bangku SD.

Tak jauh dari tempatnya duduk, Amanda melihat seorang Wanita tengah membujuk anaknya agar mau makan. Percakapan ibu dan anak itu membuat Amanda teraenyum iri.

"Malang," gumam Amanda menertawakan dirinya yang bernasib malang.

Secara tidak sengaja. Amanda mulai menitikan air mata. Dia rindu momen seperti itu bersama ibunya. "Kangen Mama, kenapa Mama benci Amanda, apakah Amanda memang bukan anak kandung Mama?" Isak Amanda.

Isakan Amanda terhenti ketika sebuah tangan jatuh di pundaknya. Amanda pelan-pelan mendongak dan menatap orang itu. "Hei, Nak. Kamu kenapa menangis?" Ternya wanita yang mengajaknya bicara adalah wanita yang dia lihat tadi.

"Eh, enggak, kok, Tante, aku cuman kelilipan," kata Amanda mengusap air matanya.

Wanita itu tersenyum. "Tante sudah pernah menghadapi orang seperti kamu."

"Maksud Tante?" Amanda bingung mendengar ucapan Wanita itu.

"Dulu kakak Tante sering nangis diam-diam, tiap kali Tante tanya dia hanya mengatakan kelilipan, nggak sengaja kena tangan, lah. Tapi Tante tahu kalau dia sedang sedih," kata Wanita itu.

"Jadi Tante tahu kalau kamu punya masalah, meskipun kita baru pertama kali ketemu, tapi Tante tahu hal itu," ucap Wanita itu tersenyum.

"Nggak apa-apa, Tante, aku cuma lelah, ucap Amanda tersenyum.

"Oh, iya. Nama Tante siapa?" Tanya Amanda.

"Rika, panggil aja Tante Rik, sayang. Nama kamu Amanda, kan?"

Ucapnya membuat Amanda terkejut.

"Kok Tante bisa tahu nama saya?

Wanita itu hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan Amanda.

Kok dia kenal gue? Batin Amanda bingung, tidak mungkin suatu kebetulan wanita itu tahu namanya.

"Mama, Cika masih lapar," rengekan anak kecil membuat mereka menoleh.

"Oh iya, jadi lupa, sini Mama suapin lagi."

Amanda lagi-lagi teraenyum. "Tante sayang banget, ya, sama anak Tante?"

"Nggak ada ibu yang nggak sayang Anaknya," kata Rika.

"Tante punya Anak berapa?" Tanya Amanda.

"Anak Tante hanya ada dua."

"Kasih sayang Tante berikan ke semuanya sama, nggak?"

"Tante nggak pernah membedakan mereka karena mereka sama-sama lahir dari rahim tante, mereka sangat berharga bagi Tante, Nak," jawab Rika tersenyum sambil menyuapi anaknya.

"Pasti mereka sayang banget sama Tante," lirih Amanda.

"Sikap anak tergantung orangtua, kalau orangtua mendidik ankanya dengan baik, pasti anak itu membalas dengan baik ke orangtua mereka."

Amanda berpikir sejenak. Tapi bagaimana kalau tiba-tiba orangtua itu membenci anaknya, padahal dulu mereka sayang banget sama anaknya dan berubah menjadi orang yang sangat jahat?"

"Orangtua tidaknpernah menbenci tanpa alasan, Nak, mungkin mereka punya alasan di balik sikap benci itu."

"Tapi mereka hanya membenci satu anaknya, sementara saudara anak itu mendapatkan kasih sayang orangtuanya tanpa harus benci, berbeda dengan anak itu dia sangat dibenci bahkan orangtuanya tak segan mengatakan bahwa anak itu bukan anak kandung mereka," ucap Amanda dengan mata berkaca-kaca.

Rika menatap Amanda dengan rasa kasihan. Wanita itu sangat peka, dan tahu jika perkataan Amanda pasti mengarah ke diri gadis itu sendiri.

"Apa anak itu kamu sendiri?" Tebak Rika.

Amanda merasa napasnya tercekat lalu menoleh ke arah Rika dengan menatapnya serius.

"Bukan, kok, saya cuma mengandaikan jika ada masalah yang seperi itu." Amanda memalingkan wajahnya sengaja agar Rika tak melihat air matanya.

Rika menggenggam tangan Amanda. "Tante buka orang bodoh yang tak bisa menebak hal yang kamu katakan. Tante tahu cara kamu ngomong, jelas banget kalau anak itu adalah kamu."

Amanda tak kuasa membendung air matanya. Rika mendekat lalu merengkuh Amanda dalam pelukannya, Amanda diam menikmati pelukan seorang ibu.

"Maafin saya, Ta-Tante... Baju Tante jadi basah," isak Amanda.

"Nggak apa-apa, sayang. Menangislah jika itu beban yang kamu pikul selama ini," bisik Rika mengelus punggung Amanda.

"Dulu Mama nggak pernah membenci Amanda, tapi semenjak kejadian itu dia membenci Amanda. Bahkan Amanda merasakan Mama pilih kasih, Mama hanya sayang pada adik Amanda, Tante." Amanda menangis sejadi-jadinya di pelukan Rika.

"Amanda nggak pernah dipeluk Mama kayak gini. Mama selalu ngomong kalau Amanda bukan anaknya, Amanda hanyalah anak pembawa sial, Tante,"

"Kamu nggak boleh ngomong gitu, sayang. Mama kamu pasti punya alasan, ada baiknya kamu bicara dengan orangtua kami baik-baik. Dan kamu harus percaya sama Tante, sebentar lagi kamu akan mengetahui suatu kebenaran yang selama ini tersembunyi, sayang." Ucapan Amanda membuat Amanda mengurangi pelukannya dan menatap Rika.

"Maksud Tante apa?" Tanya Amamda.

Rika jadi gelalapan karena ucapannya barusan membuat Amanda curiga, dan keceplosan.

"Maksud Tante tadi_" kalimat Rika karena seseorang memanggilnya.

"Mama!"

Amanda dan Rika menoleh." Alhamdulillah kedatangan kamu memembuat Mama lega, gil," batin Rika.

"Gilang?"

"Amanda?"

Orang itu adalah Gilang. Amanda dan Gilang sama-sama terkejut, dia tidak menyangka jika bertemu di rumah sakit.

"Lo lagi ngapain di sini?" Tanya Amanda.

"Mau jemput mama sama adik gue, sebenarnya gue mau jenguk lo, tapi nggak jadi karena nggak ada orang di ruangan lo, ternyata lo ada di sini bareng mama gue dan adik gue," jawab Gilang yang sudah mengetahui jika Amanda masuk Rumah sakit.

"Mama?" Amanda menatap Gilang lalu beralih menatap Rika yang tersenyum. dia mencoba menebak jika Rika adalah mamanya Gilang.

"Dia Anak Tante namaya Gilang." Kata Rika tersenyum.

Amanda terkejut, ternyata ibu dan anak ini adalah keluarga Gilang. Sungguh kebetulan bisa mengenal mama Gilang yang sangat baik menurut Amanda.

"Anak Tante?"

"Iya, dia satu sekolah dengan kamu, kan?"

"I-iya. Tante," jawab Amanda.

"Jangam gugup. Da, mama gue nggak bakalan makan lo, kok," Gilang terkekeh melihat ekspresi Amanda.

"Memangnya kalian dari tadi ngobrol di sini?" Tanya Gilang membuat Amanda mengangguk.

Ah, bukannya pas liburan, Gilang biarin gue ikut perintah mamanya? Terus hubungan gue dan mamanya apa? Kenal aja baru beberapa menit. Batin Amanda


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C32
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk