Rombongan SMA MEKAR akhirnya kembali ke jakarta. Kedua bus sudah meninggalkan bandara dan menuju sekolah, tempat di mana semua murid akan dijemput keluarga masing-masing saat di perjalanan, Amanda diam mengingat kejadian semalam. Dia begitu penasaran sekaligus takut dengan sosok Ucup. Roy ikut memperhatikan Amanda yang sedari tadi diam, biasa Amanda akan mengomeli jika Roy mengeraskan volume game-nya itu.
"Da, Roy menyenggol lengan Amanda, tapi tak direspons.
"Woi, da," Amanda tetap diam.
"Nih anak budek apa gimana, sih!" Decak Roy.
Roy menyerang bisa ketika mendapat suatu ide. Dia mendekati Amanda dan tiba-tiba mencium gadis itu. Amanda melotot memegang pipinya sementara Roy tersenyum tanpa dosa seolah apa yang batu saja terjadi hanyalah candaan.
"Apa yang lo lakuin?!" Bentak Amanda menoyor kepala Roy, membuat semua orang menoleh ke mereka.
"Aduh, sakit tahu. Lagian lo kenapa dari tadi diam terus. Entar kesambet baru tahu rasa."
"Lo kurang ajar banget tahu, nggak, sih! Sembarangan cium gue!" Bentak Amanda, memukul dada Roy bertubi-tubi.
"Iya, iya, sorry. Eh, sakit tahu, gue minta maaf, " ucap Roy menahan lengan Amanda.
" Nggak!" Amanda masih saja memukul Roy.
"Oh, ayolah.. kita, kan, teman, jadi nggak boleh berantem."
"Eh, lo berdua bisa diam, ngak, sih? Kepala gue udah pusing dan kalian malah bikin kerbutan, untung di sini nggak ada pembina, kalau ada pasti mulut lo berdua sudah disumpel.," Kesal Nabila
Amanda dan Roy akhirnya diam karena bersalah mengganggu orang yang lagi istirahat, apalagi mereka liburan sangat jauh.
"Lo mau muntah?" Celetuk Reno, mengusap perut Nabila.
Mata Nabila melotot dan langsung menggampar kepala Reno yang asal ceplos, " heh, upil badak! Mulut lo bagus banget gue panasin di kompor! Sembarangan banget kalau ngomong," kata Nabila.
"Canda, nab. Astaga, gitu amat," balas Reno menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Amanda kembali memikirkan kejadian semalam. Dia memberanikan diri menengok ke belakang. Tepat di sana ada Ucuo yang juga melihatnya sembari tersenyum licik. Ucup melambaikan tangannya ke Amanda. Karena takut Amanda dengan cepat mengalihkan perhatiannya. Amanda sungguh penasaran dengan Ucup. Kenapa cowok itu kembali berpakian culun? Berbeda dengan semaam yang terlihat ganteng. Amanda menoleh ke Roy, saat bersamaan Roy ikut menatapnya. Kedua matanya saling beradu beberapa saat.
"Kenapa?" Tanya Roy merasa heran dengan tatapan Amanda.
"Nggak apa-apa," jawab Amanda memalingkan wajahnya.
"Kalau cewek ditanya terus jawab nggak apa-apa, pasti ada apa-apanya," decak Roy.
"Sok tahu lo," cibir Amanda.
"Bukan sok tahu, tapi memang tahu. Gue udah kenal benerapa sifat cewek kalau ngomong gitu. Gue mah peka kali," cibir Roy.
"Oaza, ya kan," balas Amanda.
Oaja, ya, kan. Bukan oaza," ucap Roy.
"Saran gue, lah. Mulut-mulut gue," balas Amanda.
"Kaau lo bukan cewek, udah bonyok lo di tangan gue," kata Roy menunjuk kepalan tangannya.
Amanda menatap Roy dan tertawa melihat exspresi cowok itu.
"Kenapa ketawa? Ada yang lucu," tanya Roy.
"Yang ada llo yang bakalan bonyok di tangan gue. Cewek juga bisa kali bonyokin cowok!" Cibir Roy.
Siapa bilang, lo mau tantangin gue? Gue bisa tulang lo remuk," ancam Amanda.
"Idih, seram. Tapi sorry, gue nggak minat berkelahi dengan cewek. Apalagi lo."
"Kenapa? Lo anggao gue lemah?"
"Karena lo, kan, teman gue. Mending gue sayang daripada bonyokin," goda Roy.
"Apaan, sih, ngaco!" Amanda berusaha menyembunyikan rona merah di wajhnya.
"Oh,"
Kata oh membuat Amanda menjitak kepala Roy. Baginya kata 'oh' membuat semua orang naik darah. Apalagu saat lo bicara panjang lebar dan hanya di balas 'oh' pengin gimana gitu.
"Aw!kenapa lo hobi banget jitak kepala gue," ribging Roy.
"Pikir aja sendiri," Amanda melipat tangan ke dadanya.
"Dasar cewek mudah ngambek," cibir Roy.
Di tengah perdebatan mereka berdua, dan untuk pertama kalinya Ucup mengeluarkn suaranya setelah sekian lama.
"Eh, lo berdua kaya tom and jerry aj! Bisa diam, nggak?" Ujar Ucup.
Roy mengepalkan tangannya karena Ucup. Entah kenapa dia tidak suka pada Ucup. Riko yang baru bangun tidurpun Langsung girang.
"Wah, si Ucup barusan ngomong? Parah, ini jadi topik baru nih!" Kata Riko antusias.
Amanda yang melihat reaksi Roy merasa aneh, ditambah berbaagai ucapn teman kelasanya. Roy yang tadinya bengong membalas ucapan Ucup.
"Kalaublo nggak mau dengar kami ngomong tutup kuping lo,"
Amanda tersentak karena suara Roy membentak menurutnya, ucapan Ucup tidak berlebihan, kenapa Roy membalasnya dengan membentak Ucup? Aneh, bukan?
"Eits... Tenang, bro. Jangan marah. Gue bicara baik-baik, loh."balas ucup tersenyum santai.
"Berengsek li!" Roy hendak menuju bangku belakang jika saja Riko tidak menahannya.
"Tenang, kuta dalam bus. Lo jangan terpancing," bisik Riko dan Roy mulai duduk kembali ke kursinya.
Sementara Ucup masih menatap dengan senyuman. Dia merasa ini waktunya berhenti bersembunyi, dia ingin seperti dulu lagi.
Tunggu pembalasan gue, batin Ucup.
Sial! Awas aja kalau lo mulai lagi, gue nggak akan maafin lo, batin Roy.
Seolah tau arti tatpan Ucup.
Amanda msih menatap Roy, dia penasaran dengan cowok itu. Apa yang terjadi antara Ucuo dan Roy sehingga Roy bisa beraksi seperti ini.
" Roy, " panghil Amanda mencoba bertanya.
"Hmm," gumam Roy.
"Bukan maksud gue kepo, lo sama Ucup kenapa kayak punya dendam gitu?" Tanya Amanda.
Roy tidak menjawab ucapan Amanda, dan memilih diam dia msih emosi dan tidak ingin melampiaskan ke Amanda jika dia menjawabnya. Akan tetapi Amanda tudak peka dengan kediaman Roy.
"Kenapa teman kelas langsung heboh saat dia bicara?" Tanya Amanda lagi.
Roy tetap diam. "Kenapa dengan penampilan dia sebelumnya?"
"Nama dia memangnya siapa, sih?" Amanda menghela napas dan melontakan pertamyaan terakhir. "Dan kejadian apa yang terjadi?"
Rahang Roy mengeras saat pertanyaan terakhir yang Amanda lontarkan, emosinya kian memuncak. Sehingga dia refleks mengeluarkan kalimat yang tak sepatutnya untuk Amanda.
"Bukan urusan lo. Lo bukan siapa-siapa, jadi nggak usah kepo! Lo cuma orang yang baru jadi teman gue, jadinlo nggak usah ikut campur."
Bentakan Roy membuat Amanda tersentak, begitu pula dengan orang di dalam bus. Amanda memalingkan wajah ke jendela, dia tudak mau orang melihat matanya berkaca-kaca. Bentakan Roy membuat Amanda teringat dengan Nining. Dia tidak menyangka Roy membalas pertanyaan dengan bentakan. Sedangkan Roy tersentak dan baru menyadari kesalahannya yang membentak Amanda, dia merutuki diri sendiri mengapa harus kelepasan.
"Maaf, gue memang orang baru di kehidupan lo dan nggak berhak ikut campur di kehidupan li. Gue bertanya baik-baik kok, jadi lo nggak perlu bentak gue," lirih Amanda enggan menatap Roy.
Roy merutuki diri, dia menyesal karena membentak Amanda. Cewek itu nggak salah, dia korban pelampiasan kemarahannya. Roy menyentuh tangan Amanda tapi Amanda langsung menepisnya.
"Maaf, satu kata dari Roy.