Unduh Aplikasi
19.23% Billionaire Baby / Chapter 5: Bagian 4.

Bab 5: Bagian 4.

Esoknya, Ervan menemani istrinya belanja beberapa kebutuhan, dan juga oleh-oleh untuk orang tuanya.

"Sayang, ini bagaimana? Cantik?" Fira menunjukkan sebuah kain sutra bahan dari sulam pada Ervan.

"Bagus!" jawab Ervan tanpa melihat struktur keterampilan pembuatnya. Ervan semakin aneh atas sikap istrinya. Tapi Ervan tidak ingin berpikir hal negatif tentang Fira.

Bisa saja pengaruh kehamilan, jadi wajar faktor hormon itu bisa buat wanita berubah-ubah. Seperti pertama kali kenal Fira, Fira berubah-ubah saat datang bulan. Kadang suka marah, kadang suka diam tiba-tiba. Jadi Ervan tidak mau buat perasaan Fira semakin kacau balau seperti dulu.

"Sayang, jangan beli terlalu banyak. Sayang untuk uangnya. Bukannya kamu bilang uang itu untuk melahirkan anak kita?" ucap Ervan, menghentikan aksi Fira yang semakin berlebih kalau belanjanya selalu boros sekali.

"Ini gak banyak kok, Sayang? Baru berapa potong. Kamu tenang saja, gak akan kekurangan kok," senyum Fira lanjut lagi berjalan sambil mencari-cari bahan-bahan yang bisa digunakan. Bahkan Fira bisa beli topi jerami seperti ke pantai, kaca mata hitam, terus keranjang terbuat dari bambu.

Ervan iya iya saja deh, asal istrinya senang belanja. Dua jam keliling ke pajak tradisional. Ervan pun memasukan belanjaan ke belakang mobil. Fira sedang menikmati satu botol minuman dingin. Berdiri tidak jauh di mana suaminya parkir mobil tersebut.

Setelah itu, Fira mencari tong sampah, dia merasa malas banget ke tempat sampah itu. Dengan cara praktis, dia melempar botol minuman itu ke arah tempat sampah. Namun disayangkan botol minuman itu tidak sampai ke tempatnya. Malah sisa air minum punya Fira terjatuh tepat mengenai sepatu seorang pria pas melewati tempat itu.

"Haisshh?!!" Pria itu mengeluh melihat kakinya ke jiplak air sisa minuman tersebut.

Fira yang memandang pun tidak berkedip. Soalnya tangan dia lempar tadi membuat pria itu memicingkan mata pada Fira. Fira dengan cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain pura-pura tidak tau. Lalu segera dia ke area parkiran.

Pria itu tentu tidak beri maaf pada siapa pun sudah mengotori sepatu yang baru saja di semir sampai kilat itu. Dia pun berjalan di mana wanita itu tuju.

"Tuan! Tuan mau ke mana?" Alberto ikut menyusul mengejar Alex. Alex berjalan sangat cepat.

"Hei!" Alex memanggil Fira. Tapi Fira pura-pura tidak dengar. Dia semakin cepat melangkah kakinya.

"Hei! Tunggu!" Fira tetap tidak mau terbalik. Dia cepat melangkahkan kakinya lebih cepat. Tetapi sebuah kereta dari arah berlawanan masuk, dengan cepat tangan Alex menarik Fira dari tempat bahaya itu.

Fira dengan ekspresi terkejutnya, sampai menabrak badan bidang Alex. Kereta itu melaju cepat, impas sudah air becek itu menjiplak celana hitam milik Fira.

"Haissh! Kalau mau lewat lihat-lihat dong! Kamu juga, main tarik-tarik segala. Lihat jadi kotor begini, kan?!" marak Fira pada Alex.

Justru Alex yang mengatakan  kalimat itu, tapi malah wanita itu duluan mencuri kalimat dia ucap. "Justru aku yang mengatakan kalimat itu, kau sudah mengotori sepatu aku dengan cara melempar botol minuman tidak bertanggungjawab?!" tuding Alex jauh tidak mau kalah dari Fira.

Fira yang dengar atas balasan dari pria tidak dia kenal. Malah memasang mata benci banget. "Jangan mengalihkan fitnah, ya?! Anda bisa di hajar massa kalau sembarang meng-fitnah tanpa bukti?!" balas Fira jauh tidak terima sudah meng-fitnah dirinya dengan cara mengotori sepatunya.

Ervan dari tadi mencari keberadaan istrinya. Ternyata dia bersama seorang pria sedang cekcok mulut. Dengan cepat Ervan menghampirinya.

"Sayang! Ternyata kamu di sini, aku kira kamu ke mana," ucap Ervan.

"Aku ada buktinya?! Kalau kau merasa tidak bersalah, kita bisa ke sekuriti memeriksa CCTV, siapa yang bersalah, kau apa aku?!" balas Alex makin heboh suaranya.

"Tuan! Tuan!" Alberto mencoba kembali menenangkan Alex. Semua penduduk di pajak ini sudah melihat arah sumber suara Alex membentak Fira.

"Apaan sih? Jelas-jelas dia tadi lempar botol minuman tepat di depan sepatu aku. Masih dia tidak mau mengangguk bersalah. Malah tuduh aku mengotori celana dari kereta lewat tadi?! Ini namanya mencemarkan nama baik!" pungkas Alex memberitahu kepada Alberto.

Alberto mencoba sekali menenangkan Alex. Bahaya kalau sampai semua penduduk berkumpul. Bisa-bisa muka Alex masuk ke media viral.

"Iya, saya tau Tuan, tapi itu masalah kecil bisa dibicarakan secara pelan-pelan tidak perlu dengan cara membesarkan suara," ucap Alberto sungguh sabar banget pria tua ini.

"Tapi dia duluan membentak aku, Alberto?!"

"Enak saja, aku merusak nama baik Anda, hanya karena sepatu saja, Anda menuduh aku mencemari nama baik Anda? Terus bilang aku duluan membentak Anda?!" Fira sudah tidak bisa memaafkan pria di depannya. Dia menarik baju panjangnya.

Alex yang melihat wanita itu bersiap melakukan sesuatu. "Kau mau apa?" Alex mundur.

"Dasar Oh ka...."

"Sayang!"

Ervan berhasil mencegah istrinya. Fira tidak puas, dia ingin sekali menarik baju pria itu. Kalau rasa dia memang sudah merusak nama baiknya.

"Sayang, ingat, kamu sedang hamil," Ervan mencoba mengingatkan pada Fira. Untung Fira bisa mengontrol emosinya. Sebenarnya Fira bisa saja mencabik-cabik baju pria songong itu.

Alex jadi takut sama wanita di depannya. Ternyata sanggar juga kalau sedang hamil gitu. Jadi teringat Ibu sihirnya.

"Maafin Mama ya, Dek! Mama gak maksud bikin kamu masalah. Kalau bukan pria songong ini, mungkin dia lebih pantas jadi gembel, mentang-mentang orang kaya baru, sok-sokan ngomong besar. Moga kamu gak kayak dia, ya, Dek. Amit-amit jaban bait," cicit Fira sambil ngelus perut yang belum terlihat itu.

Alex yang perhatikan dari tadi sikap wanita itu. Seakan wanita itu memang aneh, tidak waras. Terus Alex juga perhatikan samping wanita itu. Soalnya dia sempat panggil wanita itu sebutan "sayang" dari cara mereka bersikap seolah baru mendapat momen bahagia.

"Tuan, sebaiknya kita kembali, mereka sudah menunggu dari tadi," ucap Alberto kembali mengingatkan Alex.

Alex pun meninggalkan tempat itu, Alex merasa aneh pada dirinya setelah mendengar wanita itu hamil. Terus, ekspresinya juga tidak kalah dengan sikap padanya tadi. Bahkan Alex juga merasa sesuatu ganjil pada wajah wanita tadi.

"Untung Sayang ingatin, kalau gak, aku pasti sudah ...." Fira masih belum puas katai pria itu, tapi pria itu sudah tidak ada di dekatnya.

"Sudahlah, Sayang. Dimaklumi, namanya juga orang kaya, wajar sikap mereka angkuh begitu. Ayo kita berangkat, mereka sudah menunggu kedatangan kita di sana," ujar Ervan, merangkul istrinya, dan menyeberangi ke parkiran.

Alex masih memikirkan wajah wanita tadi, sampai pembahasan soal pemasaran bahan pokok dan lain-lain tidak disimak. Alex dari tadi melamun, sampai mengulangi semua kecelakaan tidak disengaja itu. Dia benar-benar penasaran pada wanita itu. Dia seperti pernah bertemu tapi lupa di mana.

"Jadi bagaimana dengan bahan pengelolaan ini? Sepertinya bagus  dan pasti banyak yang minat untuk ...."

"Haissh, benar-benar bikin kepala pusing saja," gerutu Alex bangun dari duduknya. Alberto yang melihat sikap tuannya jadi gimana gitu.

"Tuan, mau ke mana?"

"Jalan-jalan," jawabnya singkat.

Alberto senyum pada kliennya, sepertinya Alex kembali berulah lagi. Terpaksa Alberto turun tangan. "Kalau begitu dilain waktu kita bahas soal pasaran baru. Untuk dokumen dan proposal biar saya bawa, mungkin tuan kami sedang banyak pikiran, jadi saya permisi dulu."

Klien itu mau tak mau mempersilakan Alberto lebih dulu pergi. Padahal klien itu jengkel atas sikap Alex. Seakan dia datang tidak dihargai.

"Berengsek! Kalau saja bukan karena Ibunya. Aku juga tidak akan datang tempat seperti ini?!" umpat klien itu.

****


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C5
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk