Ahmed sontak terkejut bukan main ketika para agen dapat ditumbangkan dalam hitungan detik saja karena terkena peluru sniper. Begitu pula Kazayn dan Abby yang juga sama terkejutnya karena tidak menyadari kehadiran para sniper yang sudah bersiap dan mengintai mereka semua dari kejauhan. Kini, sudah hilang 20 agen berbakat milik sang duta besar Maroko tersebut karena kecerobohan dan sikap congkaknya yang menyepelekan lawan.
"Cepat minggir, Tuan Ahmed. Atau sahabatmu akan benar-benar tewas kehabisan darah," tukas Benvolio dingin.
Keadaan semakin ricuh di depan markas utama CNY Company. Agen-agen divisi lain milik Mataya mulai berdatangan kembali dan membawa tameng sebagai perlindungan diri. Begitu pula dengan kawanan mafia Benvolio yang mulai menampakkan diri dengan senjatanya.
Ahmed tak punya banyak waktu dan pilihan lain selain membukakan askes pintu markas utama dan membiarkan Benvolio dan Pavlo masuk ke dalam markas utama milik Mataya. Benvolio dan Pavlo diarahkan oleh Ahmed untuk menuju ke ruang medis agar luka-luka dan kondisi Mataya bisa segera diberi penanganan dan diobati secepatnya.
Mereka semua berhasil menarik perhatian para staff dan agen-agen yang ada. Semua fokus perhatian tertuju pada Benvolio yang membawa Mataya yang sedang sekarat dan Pavlo yang masih menggenggam shotgunnya.
Para staff dan agen-agen mulai bergosip dan membicarakan situasi apa yang sedang terjadi saat ini. Salah seorang bawahan Mataya tersebut tertangkap basah oleh Kazayn sedang membicarakan Mataya dan mengajak yang lainnya bergosip secara terang-terangan.
Kazayn tidak terima dan segera menghentikan mereka semua, "Apa kalian tidak ingin bekerja di sini lagi hingga membicarakan majikan kalian yang sedang sekarat seperti itu?! Cepat kembali bekerja dan urus masalah kalian masing-masing!"
Ahmed yang melihat percekcokan terjadi, tidak ambil pusing. Dia tetap fokus mengarahkan Benvolio jalan menuju ruangan medis di markas tersebut. Mereka semua diarahkan untuk masuk ke dalam lift khusus. Setelah semuanya telah masuk ke dalam lift tersebut, Ahmed segera menekan tombol lantai yang dituju.
Lift tersebut mengantarkan mereka semua ke lantai tujuan dengan sangat cepat. Tidak butuh waktu lama, kini mereka semua telah berada di lantai yang dimaksud---lantai yang berisikan ruangan medis.
Vla yang baru saja selesai mengajak berbicara Biserka---walaupun nihil hasilnya--- berpapasan dengan Ahmed di depan pintu ruangan tersebut. Betapa terkejutnya dia melihat kondisi Mataya yang berada di genggaman Benvolio seperti itu.
"Astaga, Taya!" ucapnya histeris.
Benvolio mengacuhkan respon Vla yang syok dan segera bergegas masuk ke dalam ruang medis yang berada tepat di samping ruangan medis 'Biserka' berada. Benvolio segera menyerahkan Mataya kepada para dokter yang ada di ruangan tersebut.
Sesaat setelah dirinya menyerahkan Mataya kepada dokter, Ahmed tiba-tiba menghajarnya. Dia pun tersungkur ke lantai karena serangan Ahmed yang begitu tiba-tiba. Sudut bibir Benvolio terluka dan mengeluarkan darah akibat hantaman Ahmed.
"Pengecut! Beraninya menghajar tiba-tiba seperti itu!" tukas Benvolio geram sambil mengusap kasar sudut bibirnya yang berdarah.
Benvolio sudah sangat sabar menghadapi Ahmed yang semena-mena kepada dirinya sedari di hutan tadi tanpa mau mendengarkan dulu penjelasan darinya. Dia mementingkan kondisi Mataya agar bisa segera mendapatkan penanganan.
Namun, sekarang Mataya sedang ditangani oleh para dokter dan tidak ada lagi alasan bagi Benvolio untuk menahan dirinya lebih lama, "Maju sini, brengsek!" Benvolio kemudian menghajar balik Ahmed.
Keadaan di luar ruang medis itu sangatlah rusuh. Baku hantam yang terjadi antara Ahmed dan Benvolio masih terus berlanjut. Tidak ada satu pun dari mereka yang ingin mengalah. Ego kedua pria ini sangatlah besar. Begitu pun dengan gengsi mereka berdua.
Vla tak tahan dengan keributan yang terjadi di situasi yang menegangkan seperti ini. Dia tidak bisa membiarkan mereka berdua terus baku hantam hingga salah satu dari mereka tewas, bukan? Dengan cepat tangannya melesat mengambil shotgun yang ada di tangan Pavlo lalu dia menembakkan shotgun tersebut ke atap.
'Dorr'
Suara tembakan peringatan shotgun tersebut berhasil menarik perhatian mereka berdua dan menghentikan baku hantamnya, "Sudah, cukup! Ahmed, kau jangan terbawa emosi seperti itu. Dan kau, Tuan Benvolio." Vla menatap Benvolio.
"Tolong jaga perilakumu di tempat ini jika kau masih ingin berada di sini lebih lama," lanjutnya dengan tegas.
Benvolio dan Ahmed akhirnya menghentikan aktivitas baku hantam mereka setelah Vla menembakkan peluru shotgun sebagai tanda peringatan atas sikap mereka.
Ahmed menderita luka yang lebih parah daripada yang Benvolio alami pada aktivitas baku hantam barusan. Ahmed menerima lebih banyak serangan dari Benvolio daripada dirinya mengenai Benvolio. Wajah Ahmed terlihat sangat babak belur dan penuh dengan lebam saat ini, sedangkan Benvolio hanya terluka di sudut bibir dan keningnya saja.
Keadaan di sana berangsur mulai tenang. Mereka semua menunggu dengan cemas dan berdoa agar Mataya dapat selamat serta berhasil melewati masa kritis di hidupnya. Ahmed terus saja berdiri di depan pintu sambil melihat keadaan Mataya melalui celah kaca pada pintu.
Dia mengusap luka di wajahnya dengan sapu tangan miliknya. Sekelibat kenangan-kenangan yang telah dia lalui bersama Mataya pun terpikirkan kembali dalam kepalanya. Dia tidak berani membayangkan bagaimana hidupnya nanti jika tidak ada kehadiran Mataya lagi.
Dokter keluar dari ruangan tersebut, semua orang berdiri menunggu kabar mengenai Mataya yang akan dokter itu katakan, "Nona Mataya kehilangan banyak sekali darah pada tubuhnya. Dia membutuhkan transfusi darah secepatnya atau dia benar-benar tidak akan selamat."
Vla menghembuskan napas berat, "Berapa lama dia bisa bertahan tanpa adanya transfusi darah dok?"
"Satu jam, atau bahkan bisa lebih cepat dari itu," dokter menundukkan kepalanya tidak kuasa mengatakan hal ini kepada Vla.
"Apakah Biserka boleh mentransfusikan darahnya dok?" tanya Vla.
"Tentu saja, Nona Biserka sudah boleh mentransfusikan darahnya. Tapi—" ucap dokter tersebut terpotong dan terdapat keraguan didalamnya.
"Tapi apa, dok?" Vla kembali bertanya.
"Sepertinya yang ada di ruang medis itu adalah Nona Biserka palsu, Nona Vla. Golongan darah Nona Mataya adalah AB- sedangkan yang selama ini perempuan yang kita anggap sebagai Nona Biserka, memiliki golongan darah O," ujarnya dengan sangat hati-hati mengatakan hal tersebut.
Mata Vla terbeliak mendengar ucapan sang dokter. Dia sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa mendengar kenyataan ini semua.
"Pantas saja dia tidak mau berbicara sejak siuman. Ternyata dia bukanlah Biserka," gumamnya.
Ahmed juga sama terkejutnya dengan Vla mendengar hal itu. Bawahannya telah salah membawa orang, lalu di mana Biserka yang asli sekarang?
"Kenapa kau baru mengatakannya pada kami sekarang?!" tanya Vla sedikit kesal dengan dokter yang baru memberitahu informasi penting itu.
"Maafkan, aku. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya. Hanya saja hasil lab baru keluar pagi tadi saat aku melakukan pengecekan total pada tubuhnya," jawab sang dokter menjelaskan alasannya.
"Lalu, bagaimana dengan transfusi darah Mataya, Ellie? Apakah kau sudah mencari pendonor dan sudah berhasil menemukan pendonor golongan darah itu?" tanya Ahmed kepada dokter tersebut yang memiliki nama Ellie.
Ellie adalah teman SMA Ahmed, Mataya, dan Biserka dan merupakan kakak kelas Vla.
Ellie menggelengkan kepalanya, raut wajahnya merasa bersalah, "Belum, Ahmed. Golongan AB- milik Mataya sangatlah langkah dan hanya sekitar 0,36% orang di dunia yang bergolongan darah sama dengannya."
Vla dan Ahmed sangat frustrasi mendengar penjelasan itu.
Benvolio bangun dari duduknya dan mengajukan diri untuk mendonorkan darah miliknya kepada Mataya. Pavlo yang melihatnya pun ikut terkejut, karena golongan darah milik Benvolio lebih langka dari golongan darah Mataya.
"Ben, apa kau yakin ingin mendonorkan darahmu? Darahmu lebih langka dari miliknya, bagaimana jika nanti terjadi sesuatu yang buruk padamu?" ujar Pavlo memastikan apa Benvolio yakin dengan keputusannya itu.
Benvolio menoleh ke arah Pavlo dan menepuk pundaknya pelan. "Tenang saja, aku tidak akan mati hanya dengan mendonorkan sedikit darah milikku. Kau lihat sendiri bukan, wanita itu sedang sekarat dan kita tidak punya banyak waktu lagi," tukasnya dengan nada datar.
Pandangan mereka semua sekarang tertuju pada Benvolio. Ellie segera menanyakan golongan darah milik Benvolio. "Jika kuboleh tau, apa golongan darah milikmu, Tuan?" tanyanya dengan sopan.
"Rh-null," jawab Benvolio singkat.
Ellie terkejut mendengar jawaban Benvolio. Bagaimana bisa dia rela mendonorkan 'Golden blood' miliknya kepada Mataya tanpa berpikir panjang. "R—Rh-null? Apa benar golongan darahmu Rh-null, 'Golden blood' itu, Tuan?"
Ahmed dan Vla yang tidak begitu paham dengan jenis golongan darah yang langka hanya bisa terdiam mendengar percakapan antara Ellie dan Benvolio.
Benvolio menganggukan kepalanya mengiyakan pertanyaan Ellie.
"Baiklah, kau bisa ikuti aku ke ruang medis untuk melakukan transfusi darah," ujar Ellie dengan sopan kepada Benvolio.
-bersambung-
*Note*
Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.
Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^
Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^
Dan jangan lupa untuk menshare cerita ini jika menurut kalian cerita ini menarik^^
Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^
Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 25 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^
Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^
Salam hangat
Chasalla
#Jadwal update: Sabtu & Minggu.
Halo semuanya! Terima kasih sudah membaca karyaku hingga di chapter ini! Jika ada kesalahan, jangan sungkan untuk memberitahuku ya^^
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.