Unduh Aplikasi
73.33% Be your self / Chapter 11: 10. Memalukan

Bab 11: 10. Memalukan

10. Memalukan

Luci berjalan menuju ke arah gerbang sekolah, bell pulang sekolah telah berbunyi dari 15 menit yang lalu, sekarang Luci sedang menunggu seseorang di parkiran bukan Aldo melainkan Abangnya yang tak kunjung datang.

"Mana si Abang, lama benget!" gerutu Luci sembari melirik ke sekelilingnya mencari sosok empu yang di carinya.

Luci tak sengaja melihat segerombolan anak laki- laki, sepertinya mereka baru selesai dari latihan basket, dan di sana Luci juga melihat ada Aldo.

"Aldo," panggilnya saat Aldo lewat di dekat dirinya.

Aldo yang merasa dirinya di panggil pun dia segera menatap ke arah Luci dengan menautkan alisnya.

"Eh ada Adek Luluci" sapa Robi dengan senyuman mengembang.

Luci hanya tersenyum menanggapi perkataan Robi.

Tiba-tiba Luci teringat perkataan Aldo sewaktu di taman belakang, seakan-akan perkataan Aldo itu terngiang-ngiang di pikirannya yang mengatakan bahwa "Lo bukan saudara gue, bukan pacar gue jadi lo nggak berhak ngatur-ngatur hidup gue!"

Luci menatap ke arah Aldo kemudian dia segera pergi dari gerbang sekolah, seolah-olah dia bersikap cuek kepada Aldo.

Aldo bingung melihat Luci pergi meninggalkan nya tiba-tiba, dia hanya mengangkat bahunya acuh kemudian dia segera berjalan menyusul teman-temannya.

***

Sekarang tepat pukul 16:36 wib Luci merasa bosan di rumah akhirnya dia memutuskan untuk berjalan jalan di sekitar kompleks rumahnya dengan menggunakan sepedanya.

Luci terus mendayung sepedanya sembari bersenandung kecil, hingga di suatu jalan penurunan dekat taman kompleks rumahnya Luci lupa bahwa sepedanya belum di perbaiki oleh Papanya karna remnya blong.

"AAAAA! MINGGIRRR LUCI MAU LEWATTT!!" teriaknya saat melihat seseorang.

Banyak orang-orang yang menghindari Luci, namun sepertinya nasib buruk memang ingin memghampiri Luci hari ini.

"AAAAAAA!" teriak Luci saat melihat ada mobil yang terparkir manis di hadapan Luci.

BRAKK!!

Aldo dan teman-temannya yang sedang makan batagor di taman dekat kompleks rumah Wisnu terkejut bukan main, tiba-tiba acara makan mereka terhenti saat mendengar suara teriakan seseorang kemudian mendengar suara sesuatu yang menabrak.

"Kecelakaan bro!" ujar Wisnu sembari berdiri dari duduknya.

"Ayo liat!" kata Gilang salah satu teman basket Aldo.

Aldo, Robi dan Sarif menganggukkan kepalanya kemudian mereka segera berlari kecil menuju ke tempat kejadian.

Luci merasakan nyeri pada lututnya, dan benar saja disini lututnya mengeluarkan darah.

"Ishh!" ringisnya sembari memegangi lututnya.

"Ya ampun Neng nggak papa? " tanya seorang bapak-bapak

"Apanya yang nggak papa, nggak liat apa lutut Luci luka sampai berdarah!" kata Luci menggeram dalam hati.

"Lutut Luci aja Pak rasanya nyeri," jawab Luci yang melihat ke arah lututnya.

"Luci?" kata Wisnu yang melihat Luci terduduk dengan lutut yang berdarah.

Aldo terkejut melihat Luci yang terduduk dengan lutut yang lumayan banyak mengeluarkan darah.

"Emang suka jatoh jayaknya." batin Aldo.

Luci yang merasa namanya di panggil kemudian dia segera melihat ke arah sumber suara tersebut.

Luci membelalakkan matanya betapa terkejutnya Luci saat melihat Aldo dan teman- temannya berdiri di hadapannya sekarang ini.

Ingin rasanya Luci hilang saja dari bumi sekarang ini, betapa malunya dirinya saat ini.

Luci menundukkan kepalanya kemudian dia berusaha untuk berdiri sehingga ada seseorang yang berbaik hati mengulurkan tangan.

Luci melihat ke arah orang itu dan betapa terkejutnya dia, karena Aldo lah yang telah mengulurkan tangan kepadanya.

"Makasih," kata Luci sembari menerima uluran tangan dari Aldo.

Aldo menganggukkan kepalanya.

"Dek Luluci kenapa bisa nabrak gini?" tanya Robi yang penasaran.

Luci menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " Remnya blong hehe," katanya sembari menyengir kuda.

Wisnu yang tidak tahan lagi ingin ketawa melihat reaksi Luci akhirnya dia tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Mangkanya lain kali periksa kendaraan dulu sebelum pergi," kata Wisnu di sela-sela tawanya.

Luci hanya menganggukkan kepalanya. "Yaudah kalau gitu Luci duluan ya semuanya." pamitnya karna dia merasa sangat malu, kemudian dia segera berjalan pergi dengan sedikit pincang.

"Kok gue kasian ya liat Luci." kata Sarif yang melihat Luci berjalan dengan pincang.

"Sama gue juga," jawab Wisnu.

"La ini sepedanya main tinggal aja," kata Gilang yang melihat sepeda Luci yang berada di dekat mereka.

"WOI CI SEPEDANYA KETINGGALAN!" teriak Robi namun tidak di gubris oleh Luci, dia terus berjalan menjauh.

"Sumpah kasian banget gue ngeliatnya, Do anterin pulang gi." perintah Wisnu.

"kenapa harus gue?" tanya Aldo dengan menaikkan satu alisnya.

"Kan lo dekat sama dia Do, lagian lo nggak kasian apa liat dia jalan pincang, pasti nyeri banget rasanya," kata Wisnu dengan wajah kasian.

Aldo sempat berpikir sejenak. "Gue duluan," kata Aldo entah dapat dorongan dari mana Aldo segera pergi meninggalkan teman-temannya dan segera menuju ke motornya.

Luci terus berjalan sambil menggerutu. "Ya Allah kenapa nasib Luci sial banget, sumpah Luci malu banget kenapa harus ada Aldo sama teman- temannya di sana," kata Luci sembari terus berjalan.

"Ishh! Kenapa juga ini kaki sakit banget," kesalnya yang merasa kakinya sangat perih.

Luci menghela nafasnya. "Nggak ada apa abang- abang ganteng yang baik hati dan tidak sombong yang ingin nolongi Luci, sumpah ini sakit banget!" lirihnya sembari terus berjalan dengan wajah yang kesal.

"Naik." ujar seseorang yang berhenti tepat di samping Luci.

Luci segera menoleh ke sumber suara. "Aldo!" kagetnya dengan membulatkan matanya.

"Naik sebelum gue berubah pikiran," kata Aldo kepada Luci sembari menyerahkan sebuah helm.

Luci segera naik ke motor Aldo dan kemudian memakai helm yang di berikan oleh Aldo.

Aldo yang melihat Luci telah naik ke motornya kemudian dia segera menjalankan motornya

"Makasih ya Allah engkau telah mengabulkan doa Luci." katanya dalam hati sembari tersenyum.

Sekitaran 7 menitan akhirnya mereka sampai di depan rumah Luci.

Luci segera turun dari motor aldo. "Makasih ya Do," katanya sembari tersenyum.

"Iya," jawab Aldo.

Luci tersenyum kearah Aldo kemudian dia segera berjalan memasuki gerbang rumahnya.

"Luci," panggil Aldo.

"Iya," jawab Luci antusias sembari membalikan tubuhnya menghadap ke arah Aldo.

"Helmnya," kata Aldo sembari menunjuk ke kepala Luci.

Luci mematung kenapa dia bisa sebodoh ini, hari ini sudah dua kali dia memalukan dirinya sendiri di depan Aldo.

Luci segera memberikan helm itu kepada Aldo. "Hehe maaf ya Luci lupa," setelah mengatakan itu Luci segera berlari memasuki gerbang rumahnya.

Aldo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Luci. "Cepat banget sembuh kakinya," ujar Aldo yang melihat Luci berlari memasuki gerbang rumahnya.

.

.

.Bersambung

Salam author

@hyo.yolan


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C11
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk