Kirana melangkah pergi dengan tatapan tajam, ia langsung masuk ke dalam mobil sedan mewahnya itu. Bara tersenyum sinis, lalu kembali ke meja Septi. Septi menatap Bara penuh tanda tanya, sebenarnya apa yang mereka bicarakan? Dan darimana mereka kenal?
Bara menggenggam erat tangan Septi, ia menatap manik mata yang menyorotkan banyak tanda tanya itu.
"Apa yang ingin kamu tanyakan? Tanyakan padaku." guman Bara sambil menatap lembut ke dalam mata itu.
"Darimana kalian bisa kenal?"
"Kami satu sekolah waktu SMA dulu, Sayang." Bara menghela nafas panjang, "Aku cerita semua sejujur-jujurnya tapi tolong jangan ada perasaan apa-apa ya? Aku cuma sayang kamu, percayalah."
Septi tersenyum, ia kemudian mengangguk pelan. Bara makin erat menggenggam tangan itu, senyumnya tampak kikuk, ada sorot keraguan di mata itu dan Septi tahu betul itu.
"Ceritakan semuanya, aku akan berterimakasih jika kamu mau jujur apa adanya denganku, Abi." guman Septi lirih.
Bara menatap manik mata itu, lalu mulai menceritakan semuanya.
"Dia mantan pacar aku, Sayang. Kami putus karena kemudian dia pilih menikahi Yusrizal itu daripada aku."
Septi tercengang luar biasa, jadi antara dia dan Kirana dulu ada hubungan spesial? Dan mereka putus karena gadis itu lebih memilih anak presiden itu daripada Bara?
"Itu sudah dulu, dan tolong aku sudah tidak ada perasaan apapun dengan dia, Sayang." guman Bara lirih.
Septi hanya mengangguk pelan, ia tersenyum namun Bara tahu itu adalah senyum yang dipaksakan.
"Lantas ada urusan apa dia menemui mu?" tanya Septi getir.
"Dia ingin kembali padaku, tapi aku menolaknya."
"Karena ia masih bersuami kan?" tanya Septi sinis.
"Bukan ... bukan itu! Karena aku memilih kamu, aku mencintaimu Sep!" Bara kembali menegaskan perasannya.
Septi menundukkan kepalanya, kenapa ia baru tahu kalau kisah Bara seperti ini? Benarkah Bara sudah tidak mencintai Kirana lagi? Tentu cantik Kirana bukan dibandingkan dengan Septi? Dan posisi mereka menikah karena Kirana yang meninggalkan Bara, bukan sebaliknya.
"Boleh tanya?" tanya Septi getir.
"Tanya apapun yang ingin kamu tanyakan sayang, kujawab semua sejujur-jujurnya."
"Sejauh apa hubungan kalian, apakah sampai seperti yang kemarin kita lakukan?"
Bara menengang, ia menatap Septi dalam-dalam. Apa iya dia harus jujur perihal ini juga? Apakah nanti Septi bisa menerimanya? Mentoleransi dia?
"Bi ... bisa aku dapat jawabanku?" guman Septi sambil tersenyum kecut, matanya memerah.
Bara mengangguk, mau bagaimana lagi? Ia sudah janji akan jawab sejujurnya bukan? Bara bisa melihat dengan jelas air mata itu luruh dari mata Septi. Ia bergegas meraih tangan Septi, menggenggam erat tangan itu, kemudian menciumnya.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menjaga diriku untukmu, padahal kamu sudah menjaga dirimu sampai kemudian aku menyentuh mu." Bara paham jika Septi kecewa.
"Tapi tolong, aku hanya mencintai kamu, sekarang aku hanya ingin kamu, bukan dia atau siapapun sayang."
"Bisa kita pulang sekarang? Aku ingin menjernihkan pikiranku." guman Septi sambil menyeka air matanya.
"Katanya mau mampir ke rumah Oma, kerumah mama?" Bara mencoba membujuk.
"Lain kali saja," antara tangis dan senyum menjadi satu pada wajah itu. "Aku mau pulang."
"Sayang ... aku jujur semuanya, tolong jangan tinggalkan aku." Bara benar-benar takut jika ia harus kehilangan lagi sosok yang dicintainya itu.
"Abi, tolong aku mau pulang sekarang." titah Septi tegas.
Bara akhirnya mengangguk pelan, ia menghela nafas panjang kemudian bangkit dan meraih tangan Septi. Septi hanya diam saja ketika Bara menggandeng tangannya keluar.
"Aku balik dulu ya!" pamitnya pada para pegawainya.
Septi hanya tersenyum kecut, lalu menyembunyikan air matanya dengan menundukkan wajahnya dalam-dalam. Bara hanya melirik sosok itu sekilas, kenapa sih wanita itu harus datang kemari menemuinya?
***
Kirana merasa hatinya sangat sakit. Bara menolaknya! Padahal ia serius ingin mengajukan gugatan cerai pada Yusrizal. Hasil tes mereka sudah keluar dan terbukti bahwa suaminya itu infertil! Alias mandul! Padahal ia sangat ingin punya keturunan.
Kirana menghela nafas panjang, bagaimana kehidupan dia selanjutnya? Ia ingin punya keluarga lengkap. Ia ingin punya anak! Dan suaminya tidak bisa memberikan apa yang Kirana mau!
Bara ... benarkah gadis tadi calon istrinya? Tapi Bara tadi mencium mesra gadis itu bukan? Ahh ... rasanya sakit hati Kirana bertambah. Semudah itu kah Bara melupakan cinta mereka? Kirana memang sudah menikah, namun cinta Kirana untuk Bara masih utuh!
Apa yang harus ia lakukan untuk kembali mendapatkan Baranya kembali? Ia mau Bara nya kembali! Kirana memejamkan matanya, rasanya benar-benar sakit. Banyak sekali kejadian hari ini yang membuatnya terluka luar biasa dalam.
Tiba-tiba Kirana teringat sesuatu, ia teringat akan sosok itu. Dan Kirana yakin bahwa sosok itu yang dapat membantu menyelesaikan semua masalahnya. Pasti dia bisa membuat Bara kembali ke dalam pelukannya! Senyum Kirana merekah, ia kemudian menginstruksikan supir pribadinya untuk mengantar Kirana ke sebuah alamat.
"Mau ngapain ke sana, Non?"
"Sudahlah pak, ke sana aja. Dan tolong ini hanya kita yang tahu!" ancam Kirana pada supir pribadi dan seorang Paspamres yang selalu mengawal dirinya itu.
Mereka hanya mengangguk patuh, terlebih ketika kemudian Kirana menunjukkan hasil M-banking dari layar iPhone-nya. Sebuah notifikasi transfer yang berhasil itu. Senyum mereka merekah, dan anggukan kepala mereka makin kuat.
Kirana tersenyum, mudah bukan? Dan ia yakin Bara akan kembali kepadanya, bertekuk lutut kepadanya. Ia yakin itu!
***
"Kamu kecewa?" tanya Bara ketika sepanjang perjalanan Septi hanya diam memejamkan matanya.
"Entah ...,"
Bara menghela nafas panjang, ia tahu tentu saja pasti Septi sangat kecewa. Laki-laki yang menodainya ternyata hujan laki-laki yang suci, melainkan laki-laki yang sudah ternoda. Padahal Septi sudah memberikan hal berharga itu untuk Bara.
"Aku sayang kamu, sayang banget sama kamu Sayang." desis Bara lirih. "Tolong maafkan masa laluku."
Septi hanya menghela nafas panjang, ia kemudian mengangguk pelan. Bara tersenyum, namun ia tahu untuk saat ini Septi tidak ingin ia ganggu, pasti setelah ini dia lebih memilih mengurung dirinya sejenak. Rasanya Bara sedikit menyesal, sudah sejauh itu dengan Kirana dulu. Ia menyesal karena nafsu masa mudanya menyakiti gadis yang sekarang begitu ia cintai ini.
"Nanti tolong jangan ganggu aku dulu ya, aku pengen menjernihkan pikiran sejenak."
"Sayang aku nggak mau kehilangan kamu." Bara benar-benar takut, apakah ia akan kehilangan lagi?
"Nggak, aku hanya ingin menenangkan diri, bukan meninggalkan kamu."
Bara menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya. "Aku benar-benar ingin kamu Sayang, aku tidak mau kehilangan kamu."
"Iya aku mengerti." Septi mencoba tersenyum, sebuah senyuman yang sangat dipaksakan dan begitu kaku itu seolah menyayat hati Bara.
"Aku tidak mau tahu, bulan depan kita harus menikah! Harus!"
***
Hallo, maaf ya kemarin bolong nggak update, insyaallah bulan ini akan rajin update tiap hari.
Selamat membaca
Jangan lupa tinggalkan review ya kak
Terimakasih