Unduh Aplikasi
2.89% Awakening - Sixth Sense / Chapter 2: Mimpi yang Aneh

Bab 2: Mimpi yang Aneh

Saat pandangan kami saling bersentuhan, seketika aku dan Adellia berhenti melangkah. Ruang dan waktu serasa terhenti, hanya menyisakan kami yang saling memandang satu sama lain.

Entah kenapa, aku tak bisa melepaskan pandanganku dari pandangan matanya. Hingga jantungku mulai terasa berdebar-debar dengan sendirinya. Begitu juga rasa gugup yang mulai datang dan memenuhi sekujur tubuhku.

Mungkin ini yang disebut-sebut orang dengan cinta pada pandangan pertama. Baru kali ini aku merasakan hal semacam ini, rasanya sangat aneh. Dimana ada rasa senang dan gugup yang bercampur menjadi satu.

Saat aku terhanyut didalam pikiranku sendiri, tiba-tiba aku merasakan rasa sakit dibagian pundakku.

"Ternyata lo bisa mupeng juga ya Ram." bisik pelan Steven ditelingaku.

Sialan, ternyata Steven sedang memandangku dengan ekspresi tengilnya sembari mencubit pundakku berkali-kali.

"Ha??? Mupeng pala lo peang, gw sama dia sebenarnya satu kelompok ospek tau." jawabku dengan terbata-bata

"Gila, cantik bener dah." ucap Steven dengan ekspresi mesumnya

"Bantu kenalin ke gw dong Ram, itung-itung bantuin temen lo yg ganteng ini." pinta Steven dengan pedenya.

"Kenalan sendiri sana, gw juga baru kenal waktu ospek tadi. Lagian, nanti habis ospek juga dia udah lupa sama gw." jawabku dengan pesimis.

"Yah elu mah kebiasaan, belom nyoba udah nyerah duluan. Gw yang gerak nyamperin dia dluan deh, bye-bye." ucap Steven lalu berlari cepat menuju Adellia.

Belum sempat kurespon, lagi-lagi anak ini melakukan hal gila sesukanya. Mau tak mau, aku harus mengejarnya walau harus menanggung malu nantinya.

"Woi bangke, lo jangan malu-maluin gw ven." panggilku dengan frustasi

"Hai, kenalin nama gw Steven" ucap Steven sambil tersenyum sekaligus menjulurkan tangannya kepada Adellia.

Dengan nafas tergesa-gesa aku berdiri gugup disamping Steven yang sedang menjulurkan tangannya.

"Emang gila nih anak." ucapku didalam hati.

"Adellia" balas Adel singkat dengan senyum kecil sembari membalas uluran tangan dari Steven.

Melihat respon Adellia yang positif, Steven tersenyum sumringah lalu melanjutkan aksinya seraya mulai bertanya basa-basi ala playboy cap buaya.

"Omong-omong, asalnya darimana del?" tanya Steven dengan penuh ceria

"Surabaya." jawab Adellia dengan nada datar

Steven menaikkan salah satu alisnya lalu bertanya "Wah, kok sampe jauh-jauh datang kesini del?"

Adellia tampak berpikir sejenak, lalu menjawab Steven dengan suara pelan "Mau belajar mandiri aja sih sebenarnya."

"Ohhh, datang kekota ini cuma sendiri doang berarti?" tanya Steven tak habis-habisnya

"Iya." balas Adellia singkat

"Kalo boleh tau, tinggal dimana sekarang del?" tanya Steven

Aku merasa Steven terlalu agresif dan takutnya akan membuat Adellia merasa tak nyaman.

"Hush, banyak nanya lo." potongku

"Yaelahh, jangan sewot napa. Adellianya aja kagak marah tuh." balas Steven lalu menjulurkan lidahnya untuk mengejekku.

Adellia hanya tersenyum memerhatikan interaksi kami berdua.

"Gpp kok Ram haha. Kost-anku di sekitaran ini sih, tepatnya di gang kedua yang ada di jalan besar." jawab Adellia santai

"Lah, sama dong." ucap Steven dengan heran.

"Kalo kamu tinggal dimana Ram?" tanya Adellia tanpa memedulikan reaksi Steven.

"Ha? Kenapa del?" tanyaku dengan gugup

"Dia nanya lo tinggal dimana pret." ucap Steven sambil menyikut lenganku.

"Oooo, di gang dua jalan besar del, gw barengan sama Steven ngekostnya." jawabku

Belum sempat Adellia merespon, Steven langsung memotong.

"Nah, kalo gitu kita baliknya bareng aja del hehehe." ucap Steven dengan cengiran di wajahnya.

"Hmmm… Boleh juga tuh, oh iya besok mau bareng juga gak Ram berangkat ospeknya?" tanya Adellia sambil menatap mataku

Aku merasa aneh, kenapa Adellia selalu melontarkan pertanyaan kepadaku? Bukan melontarkan pertanyaan balik ke Steven?. Tapi aku tak mau berpikir aneh-aneh dan berharap, yang ada nantinya aku malu sendiri karena apa yang kusangka tak sesuai ekspektasiku.

"Boleh del." jawabku sambil menganggukkan kepala.

"Tapi ntar ketemuannya dimana del?" tanyaku

"Minta nomor HP kamu aja Ram, ntar aku kabarin lewat chat aja gimana?" balas Adel

Karena tak terbiasa mengingat nomor handphoneku sendiri, dengan sigap aku langsung merogoh handphone yang ada di saku celanaku. Lalu mencari namaku sendiri di daftar kontak handphoneku. Setelah mendapatkannya, aku langsung memberi handphoneku ke Adellia.

"Nih del." ucapku sembari menyerahkan handphone

Setelah selesai menyimpan nomor handphoneku, Adellia mengembalikannya kembali kepadaku sembari berkata.

"Ini udh gw save ya Ram, gw kasih nama mata elang di kontak gw." ucapnya sambil menahan tawa

Mendengar itu, Steven menatapku sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Pffftttttt hahaha…" Steven tak kuasa menahan dan tawanya pun seketika meledak

Sedangkan aku hanya bisa terpaku diam dan berusaha menahan malu.

"Telinga lo kok merah gitu Ram, hahaha." ejek Steven lagi

"Diem lo." ujarku ke Steven sambil mendorong badannya.

Bukannya berhenti, tiba-tiba Steven mendekat ke sebelahku lalu berbisik pelan ditelingaku.

"Lo naksir ya sama dia? dari tadi mupeng mulu lo liatin dia." ejek Steven dengan ekspresi tengilnya.

Aku sedikit terkejut mendengar ucapan Steven. Semoga saja Adellia tidak mendengar ucapannya, karena aku tak ingin dia merasa tidak nyaman karena itu.

Tanpa basa-basi, aku langsung membalas keisengannya dengan mencengkeram keras kedua pundaknya. Seketika dia langsung meringis dan menjerit kesakitan.

"Kalo kagak diem, gw lanjutin lagi nih." ancamku dengan kesal

"Iye-iye.. udahan nih.. kagak gw lanjutin lagi." ujar Steven tanda menyerah

Adellia hanya tersenyum melihat tingkah tak akur dari kami berdua. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan pulang ke arah yang sama. Sepanjang perjalanan pulang, kami bertiga hanya mengobrol santai mengenai ospek yang akan diadakan besok. Dan pastinya yang selalu mengoceh adalah Steven.

Hingga tak terasa, kami sudah sampai di gang dua. Mau tak mau, kami harus berpisah dan masuk ke dalam kost kami masing-masing.

Sambil tersenyum, Adellia berpamitan dengan kami didepan kost-annya. "Gw masuk duluan ya." ucapnya

Aku hanya mengangguk ke arahnya, sedangkan Steven membalas ucapannya "Ok del, sampai ketemu besok lagi." sambil mengedipkan salah satu matanya.

"Rasanya pengen gw jedorin ke tembok nih playboy." ucapku dalam hati.

Setelah masuk kedalam kost, aku dan Steven langsung masuk ke kamar kami masing-masing. Aku bergegas mandi untuk membersihkan tubuhku yang sudah terasa sangat lengket. Efek dari seharian mengikuti aktivitas ospek yang sangat melelahkan.

Selesai mandi, aku melanjutkan beres-beres di kamar sembari mempersiapkan peralatan dan juga mengerjakan tugas ospek untuk besok. Saat sedang sibuk mengerjakan tugas ospek, tiba-tiba aku mendengar suara handphoneku yang berbunyi, tanda adanya pesan yang masuk.

Sepertinya pesan yang kutunggu-tunggu telah tiba. Aku langsung bergegas mengeceknya dan ternyata benar sesuai dugaanku,

itu adalah pesan dari Adellia. Entah kenapa aku merasa senang saat menerima pesan darinya, sampai aku menjadi senyum-senyum sendiri seperti orang yang sudah gila.

Adellia : Tugas ospeknya udah kelar belum?

Rama : Masih ngerjain nih. Kalo lo gimana?

Adellia : Ini baru kelar, makanya langsung ngechat kamu.

Rama : Wah… kok bisa cepet bener ngerjainnya.

Adellia : Haha, omong-omong besok kita ketemuannya dimana nih?

Rama : Dipersimpangan gang aja del.

Adellia : Ok deh, supaya gak telat kita ketemuannya jam 7.10 ya.

Rama : Ok sip.

Adellia : Lanjutin ngerjain tugasnya gih, jangan ampe begadang.

Rama : Iyaaa, gw off dluan yaa.

Adellia : Byeee…

Selesai saling bertukar pesan, aku langsung melanjutkan mengerjakan tugas dan mempersiapkan peralatan untuk ospek besok. Setelah memakan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan semuanya, tak terasa waktu sudah jam dua malam. Tak terasa aku sudah berjam-jam mengerjakan semua tugas ospek yang ribet ini. Aku masih bingung kenapa Adellia bisa menyelesaikan tugasnya secepat itu. Kalau dia sepintar itu, dia benar-benar sosok wanita yang sempurna, baik itu secara fisik maupun intelektual.

Berhubung sudah sangat larut malam, aku langsung bergegas tidur secepatnya agar tidak telat esok paginya. Suasana malam itu terasa sangat hening, hanya suara kipas angin yang memenuhi seisi ruanganku. Tubuh dan pikiranku terasa sangat rileks, hingga secara perlahan kesadaranku pun mulai memudar.

Tak tahu sudah berapa lama kesadaranku menghilang. Hingga disaat tersadar, yang ada dipandanganku adalah sebuah pantai yang luas. Tampak juga lautan yang tak terlihat ujungnya beserta pasir berwarna emas dipesisirnya. Langit tampak biru cerah, membuat suasananya terasa sangat tenteram.

Baru saja mencoba untuk memerhatikan semua yang ada disekitarku. Tiba-tiba muncul dentuman besar seperti bom yang berhasil membuatku terkaget-kaget. Saat kuperhatikan, ternyata itu adalah suara dari dentuman ombak yang sedang saling menghantam. Berkat suara itu, aku mulai bisa sadar sepenuhnya, bahwa apa yang kurasakan ini terasa sangat nyata.

Aku baru menyadari bahwa tubuhku ternyata sedang melayang di udara. Saat kucoba bergerak, ternyata tubuhku bisa terbang dan melaju dengan kecepatan yang luar biasa, bagaikan kecepatan supersonik. Aku juga bisa merasakan gesekan angin yang sangat lebat disekujur tubuhku.

Karena penasaran, aku mencoba melayang dan bergerak menjelajah sekitar. Saat bergerak menyusuri pantai, ternyata terdapat hutan di sebelah kanan pantai tersebut. Tetapi aku merasakan hawa-hawa tidak enak yang membuatku takut berasal dari sana, jadi aku memutuskan untuk menjelajahi laut didepanku saja.

Baru beberapa detik aku bergerak ke arah laut, Tak sengaja aku melihat ombak yang sangat tinggi bagaikan tsunami mulai bergerak mendekat ke arahku. Ombak itu bergerak dengan sangat cepat dan liar, dan anehnya aku merasa ombak itu jelas-jelas sedang mengincarku.

Instingku menyiratkan bahwa ada sesuatu yang bersemayam di ombak itu. Secara spontan, aku langsung melarikan diri dan menjauh dari ombak tersebut. Tetapi sialnya, posisi ombak itu malah semakin mendekatiku. Anehnya aku merasa sedang bergerak di tempat, apakah usahaku untuk melarikan diri sia-sia?. Dan benar saja, jika kuperhatikan ternyata aku melihat jarak antara posisiku dan pesisir pantai masih tetap sama.

Perlahan demi perlahan ombak itu mulai mendekatiku. Begitu juga rasa takut yang menyelimutiku hingga membuatku menjadi diam kaku. Saat ombak itu berada didepan mataku, aku hanya bisa menerimanya dengan pasrah. Aku menyesal, kenapa aku memilih pergi menjelajahi lautan yang ada didepanku pada awalnya.

Hingga pada akhirnya ombak itu berhasil menangkap dan menenggelamkan diriku. Seketika aku tersentak dan melihat langit-langit kamar kostku sendiri. Perlahan aku menyadari bahwa yang kualami tadi hanyalah sebuah mimpi. Tapi apakah mimpi bisa terasa senyata itu? Aku menjadi merasa bingung dan ragu.

Begitu juga dengan kondisi tubuhku. Anehnya setelah terbangun, aku merasakan tubuhku terasa sangat ringan dan rileks. Tubuhku seperti penuh dengan energi dan juga dikerumuni udara sejuk yang segar. Jika diibaratkan, rasanya seperti sehabis mandi pagi.

Walaupun merasa segar, rasa takut dari mimpi itu masih terngiang diingatanku. Soalnya ini pertama kalinya aku mengalami mimpi senyata itu. Tak lupa, aku coba mengecek jam di handphoneku. Angka yang ditunjukkan di layar adalah angka empat, artinya waktu tidurku tadi hanya berkisar dua jam saja.

Aku merasa aneh dan bingung kenapa tubuhku rasanya tidak lelah. Rasa kantuk yang menghantuiku tadi malam juga menghilang seketika. Aku berbaring dan termenung diatas kasur sejenak. Hingga perlahan aku sadar, bahwa pagi ini aku harus bangun dengan cepat. Akan gawat ceritanya jika aku telat di hari ospek. Mau tak mau, aku harus memaksa diriku untuk tidur kembali.

Bersambung...


next chapter
Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C2
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk